Sungguh makan malam yang teramat sunyi. Terhitung seminggu sejak terakhir kali Beomgyu makan malam bersama mereka. Kanghoon dan Soobin juga untuk pertama kalinya makan malam bersama setelah selama seminggu, Soobin mengerjakan semua pekerjaannya di kantor dan membuatnya pulang terlambat. Kai yang sering datang membawa makanan untuk Kanghoon, meski tak selalu bisa menemani Kanghoon makan.
Soobin bahkan hari ini memasak dan makan tanpa mengajak Kanghoon mengobrol. Kanghoon tidak perlu menebak alasannya Beomgyu juga, selama di sekolah menunjukkan dirinya menghindari Kanghoon. Saat pelajaran, Kanghoon juga menahan diri untuk tidak bertanya apa-apa atau manyapanya. Ia tau, Beomgyu sedang tak ingin bicara dengannya. Kanghoon memberinya ruang.
Ia akui ia bingung. Tapi, yang jelas, Soobin dan Beomgyu sedang bertengkar. Di sore hari saat mereka berdebat di teras minggu sebelumnya, sudah menjelaskannya. Iya, Kanghoon mengetahuinya. Kanghoon ada di balik pintu, di dalam rumah saat kedua orang itu berdebat.
Yang ia bingungkan adalah, kenapa topik mereka seperti itu? Mereka juga saling marahan. Tapi, Kanghoon juga berhak marah. Ia mendengar Soobin mengakui kebenaran bahwa dirinya diadopsi dari panti. Kanghoon juga tak mengajak Soobin berbicara seminggu ini.
Ia merenungi semuanya, setiap waktu yang ia habiskan dengan Soobin, setiap pujian orang-orang yang mengatakan dirinya sangat mirip dengan ayahnya, setiap Soobin menyebutnya "anakku" setiap kali ia berhasil mengeksplor hal baru ketika ia masih berada di usia belianya.
Setelah semua itu, ia justru mendengar dengan telinganya sendiri, dari mulut Soobin sendiri, bahwa ia diadopsi dari panti asuhan? Panti asuhan yang pernah ia datangi dengan Soobin? Apa itu alasan mengapa Soobin membawanya melihat panti asuhan itu pertama kali setelah mengantar Beomgyu pulang? Karena itu adalah tempat di mana Soobin mengadopsinya?
Apa semua itu sungguhan?
"Dad," Sebelum piring keduanya kosong, Kanghoon ingin sekali saja menanyakannya. Pertanyaan yang sebenarnya tak pernah dilontarkannya meski selalu terucap di dalam kepalanya sejak ia kecil. "Di mana orang yang melahirkan Kanghoon?"
Dengan sukses, pertanyaan itu membuat Soobin menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyendok sup di mangkok kecilnya.
"Kamu tidak pernah menanyakannya." Soobin kembali menggerakkan tangannya. "Kenapa tiba-tiba?" tanyanya balik tanpa menoleh ataupun melirik Kanghoon yang duduk di hadapannya.
"Apa.. daddy mengadopsiku?"
"Kanghoon."
Genggaman Kanghoon pada sumpitnya mengerat, seolah itu adalah satu-satunya benda yang bisa ia pegang. Ada rasa takut menjalar di tubuhnya saat mendengar nada tegas Soobin.
Kepala Kanghoon menunduk hingga pandangannya kepada Soobin tertutup poni hitamnya.
"Jangan berani menanyakannya lagi." ujar Soobin tegas, terdengar bak titah sang raja yang haram hukumnya untuk dilanggar.
Soobin tak mengatakan yang lain dan memilih berdiri dari duduknya. Meraih alat makannya dan memindahkannya ke wastafel. Memutuskan mencucinya besok. Ia lalu melangkah meninggalkan ruang makan.
Atau tidak karena Kanghoon kembali bersuara.
"Lantas berarti itu benar?" Kanghoon kali ini berani untuk mengangkat kepalanya. Ia turun dari kursinya dan berdiri menatap punggung Soobin. "Yang Beomgyu ssaem katakan. Aku diadopsi? Ah, bukankah daddy juga membenarkan perkataan Beomgyu ssaem? Beomgyu ssaem benar. Kenapa daddy mengatakan pada orang-orang kalau aku anak kandung daddy padahal bukan?"
Tangan Soobin spontan terkepal saat Kanghoon membawa nama Beomgyu, termasuk kejadian seminggu yang lalu. Ia marah mengingatnya kembali, meski faktanya, kejadian itu memang belum ia lupakan. Lebih marah lagi, saat mengetahui bahwa Kanghoon mendengarkan perdebatannya dengan Beomgyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔
FanficKehidupan masa muda Beomgyu hancur atas kelalaiannnya. Beomgyu marah, baik pada dirinya mau pun orang-orang yang ia anggap menghancurkan hidupnya. Dan di kala ia sudah kembali mendapatkan ketenangan hidupnya, bertemu seseorang memaksanya memutar wak...