19 - 20

203 11 0
                                    

Keheningan menyelimuti dua insan yang tengah bergulat dalam pikiran masing-masing. Crystal masih tidak berhenti menitikkan air mata meski suara tangisnya sudah tak terdengar lagi, sementara Edward hanya memandangi wanita itu dari bawah seolah tidak ada lagi hal menarik di dunia ini selain wanita itu.

"Edward, apa aku boleh memberi pertanyaan?" tanya Crystal membuyarkan lamunan pria itu.

Edward masih menatap Crystal dengan pandangan kosong. "Tergantung apa yang bisa kau berikan setelah aku menjawab pertanyaanmu."

Crystal menghela nafasnya. Memperbaiki jalannya nafas agar berhenti sesenggukan. "Adam ... ada di mana sekarang?"

"Aku akan menjawab kalau kau mau menciumku selama lima menit penuh!" Edward menunjuk bibirnya sendiri. Tampaknya pria itu sudah sadar sepenuhnya setelah lama membayangkan banyak hal di kepala.

Hening sejenak, tiba-tiba jemari Crystal terulur menyentuh dagu tegas Edward. Dengan gerakan halus nan elegan, wanita itu mengusap lembut pipi pria itu, turun membelai leher.

Dengan gerakan sensual, dia memajukan wajahnya lalu mencium pria itu dengan penuh kehati-hatian.

"Egh!" Edward mengeram tertahan merasakan bibir mereka saling bertukar liur.

Aku menang banyak. Aku sampai bingung harus membunuh atau malah berterima kasih pada bajingan itu. Ah~ sepertinya aku harus berterima kasih pada kebodohannya, meninggalkan sesuatu yang indah seperti ini. Batin Edward merasa puas.

Edward memejamkan mata menikmati sentuhan lembut saat bibir mereka bertemu dan menyatu dalam gairah yang mengalir tak beraturan mengoyak hatinya. Ia membiarkan wanita itu memimpin. Nah, paman Delon dan ayah ... lihatlah, apa kalian masih berpikir wanita ini polos. Tidak, dia adalah wanita serigala yang mampu menyembunyikan taringnya.

Ciuman berakhir manis.

Crystal dan Edward terengah-engah. Lima menit berlalu begitu cepat. Dua orang itu saling menatap satu sama lain dan sibuk dengan pikiran mereka sendiri.

Benar.

Pendiam dan pendiam jika disatukan memang begini.

"Sekarang jawab!" Crystal membasahi bibirnya yang terlihat bengkak dengan ludahnya sendiri. "Dimana Adam saat ini?"

"Seoul."

"Korea Selatan?" Crystal menanyakan hal yang sudah pasti.

Hal itu membuat Edward sedikit terganggu. Edward pun pindah tempat duduk dan kembali ke kursi kemudi. "Ya. Memang Seoul ada di mana?"

Hati Crystal mencelos. Bukan karna ucapan sarkas Edward, tetapi soal Adam. Pikirannya menjadi kusut dan ia tak bisa memikirkan apapun selain keinginan untuk terbang ke Korea mencari Adam sekarang juga. Ia tahu itu tindakan yang sangat impulsif. Namun, hati dan pikirannya terus memberontak meminta penjelasan.

"Lebih baik buang keinginanmu untuk mencarinya. Aku bisa membawa bajingan itu ke sini." Edward seakan mengerti apa yang tengah menjadikan Crystal terdiam seribu bahasa.

Tidak. Kalau orang ini membantu, rencanaku untuk kabur bisa gagal total. Waktuku tinggal enam hari. Tapi, Adam. Crystal berada dalam keraguan. Dia ingin kabur dan menghilang dari hadapan Edward, tetapi dia sangat butuh informasi tentang Adam.

"Kalau kau membantuku, bantuan itu pasti tidak gratis. Bukan?" Crystal sengaja memprovokasi. "Aku malas. Seminggu ini, aku tidak ingin terlibat urusan denganmu, Edward!" lirihnya.

Mendengar itu, Edward terdiam cukup lama. Netra coklat cerahnya menatap ke depan seperti tengah bertarung dengan sesuatu. "Apa kau sebegitunya mencintai bajingan itu?"

Nikah Kontrak Dengan Tuan Muda ObsesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang