Mirror

501 71 19
                                    










Pada jaman dahulu, hiduplah seorang ratu di kerajaan negeri Brittaine. Sebuah kerajaan yang makmur, dimana semua rakyat hidup dengan rukun karena melimpahnya sumber daya alam. Semua tak luput dari kepemimpinan sang raja yang bijaksana, yang pada akhirnya berbuah kejayaan untuk mereka.

Sang raja kini sedang berbahagia, lantaran calon pewaris kerajaan Brittaine akan segera lahir. Sebuah penantian panjang karena pasangan pemimpin ini sangat menantikan kehadirannya sejak lama.

"Jika saja aku memiliki anak seputih salju, bibir yang semerah darah, rambut sehitam kayu ebony, mungkin aku akan menjadi ibu paling bahagia di dunia"

Sang ratu bergumam pelan sambil mengusap perutnya yang membuncit. Ia berdoa kepada Tuhan, mempasrahkan apapun yang ia punya untuk sebuah permintaan mulia. Ibu mana yang tak berharap anaknya lahir dengan sempurna?

Semua berjalan masih pada alurnya hingga hari itu datang.

Satu-satunya kerajaan dari negeri Wina datang menyerang. Tanpa aba-aba, mereka datang dengan membawa pasukan zirah untuk memulai peperangan. Raja yang merasa tak siap akan penyerangan tentu kalang kabut. Ditambah dengan pasukan miliknya yang kurang, membuat dirinya kalah telak.

Semuanya rata dengan tanah, bahkan nyawa dari sosok yang diagung-agungkan hilang.

Sang Raja gugur dengan panah tertancap pada dada sebelah kiri..

Kerajaan Brittaine berada pada posisi paling chaos sebelum akhirnya perdana menteri mengambil alih kekuasaan sementara. Memerintahkan siapapun untuk maju melawan, hingga berhasil memukul balik musuh, melumpuhkan mereka hingga bendera putih dikibarkan tinggi-tinggi.

Pada saat yang bersamaan sang Ratu tengah berjuang melahirkan sosok penerus yang sudah dinanti. Ia diasingkan di sebuah tempat rahasia—menghindari musuh yang masih mengincarnya.

Peluh bercucuran, air mata berlomba-lomba keluar, jeritan kesakitan dan pilu kesedihan bercampur menjadi satu.

Sosok penerus itu laki-laki, dengan kulit seputih salju, bibir semerah darah dan rambut sehitam kayu ebony. Tuhan maha baik mengabulkan doa seorang Ratu yang kehilangan Raja, Istri yang kehilangan suami, sekaligus orangtua tunggal dari sang calon penerus.

Semua bersuka cita dalam duka. Kepergian Raja memang membawa luka, Namun setidaknya ada obat yang mampu meringankan itu semua.

"Lihat, pangeran kecil tersenyum."

Salah seorang pelayan berucap heboh, diikuti beberapa lainnya yang ikut mengerubungi ranjang tempat sang ratu beristirahat. Bayi yang baru saja lahir ini tersenyum seakan mengerti situasi.

"Kelak anak ini akan menjadi anak yang paling cantik di negeri ini. Kecantikannya akan membuat semua orang terpana, tak peduli manusia atau makhluk hidup lainnya." Peramal kerajaan meletakkan telunjuknya di kening bayi.

"Bagaimana anda menamai anak ini Yang Mulia?"

Sang Ratu mengalihkan tatapannya pada manik caramel anaknya. "Jillian." Tepat ketika namanya disebut, bayi itu mengerjapkan matanya seolah mengerti. Dengan sedikit elusan di dahi, ia akhirnya terlelap.

"Jillian, mulia dan penuh keyakinan. Seperti karakteristik seorang calon pemimpin. Kami berharap anak ini bisa membuat negeri ini semakin makmur."

Ratu mengernyit mendengar ucapan sang peramal. "Dia tidak akan pernah bisa melampauiku." Ucapnya lirih tanpa bisa terdengar siapapun. Karena terlalu lelah, Ratu menyerahkan bayinya kepada pelayan dan lantas tertidur tanpa mengatakan apapun lagi.








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Genealogy of Red, White & BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang