1

1.6K 126 9
                                    

Namaku Park jihye, sibungsu yang kabur dari rumah. Aku terlalu muak dengan ayah dan ibuku, mereka selalu membandingkan aku dengan kakak. Apapun yang aku lakukan tidak akan Berati bagi mereka.

Kemarin ibuku marah, ia mengataiku dengan segala bahasa kasarnya. Aku mencoba sabar, dan berpikir jernih dimana letak kesalahanku, bahkan aku baru tiba di rumah.

"Kau selalu membuat ibu marah!!."

"Tak bisakah kau menurut, ibu hanya ingin kau belajar dengan benar!!."

"Ad-ada apa Bu?." Tanyaku heran.

"Kau pura-pura tidak tau anak sialan?!.." teriak ibu dengan mata melotot.

"Tenangkan diri ibu, ini ada apa?."

Ibu berjalan menghampiri ku dan menampar pipiku dengan keras. Ia menunjukkan tespeck bergaris dua. Tersorot jelas kemarahan ibu dari matanya, mata yang memerah dan rahang yang saling berkatup. Aku mencoba menjelaskan, jika itu salah paham.

"Ibu tap..."

"Dasar kau anak pembawa sial. Ibu menyesal telah melahirkan mu. Cukup kakakmu saja yang hidup, sebaiknya kau mati!!."

Aku menatap kecewa pada ibu, ternyata benar dugaannya. Ibu tidak pernah menyayangiku, bahkan menginginkan diriku mati. Aku tersenyum dengan luka dibibir bekas tamparan orang yang telah melahirkan ku. Ibu tertegun sambil melihat ku takut.

"Hahhaha akhirnya... akhirnya aku bebas." Ucapku sambil tertawa seperti orang gila. Menyakinkan ibu bahwa anaknya ini benar-benar tak bisa dibanggakan dan hanya pembawa sial.

"Ka-kau gila." Kata ibu sambil berjalan mundur. Aku berjalan maju, menghampiri ibu yang terus mundur ke arah belakang, hingga punggungnya menyentuh tembok.

"Bukan cuma ibu yang menyesal, akupun menyesal dilahirkan oleh orang seperti mu." Bisikku penuh penekanan. Ibu mendorongku dengan keras, hingga aku terpental kearah lemari kaca. Aku melindungi kepalaku agar tak terkena serpihan kaca yang pecah.

"Pergi kau dari rumah!!." Usir ibu tanpa memperdulikan tanganku yang terluka.

Aku tersenyum paksa, membayangkan kejadian kemarin. Tapi aku juga senang, bisa bebas dari kekangan kedua orang tuanya. Dan yang terpenting juga, aku sudah punya rumah untuk ditinggali beberapa bulan kedepan. Uangku hanya cukup untuk menyewa apartemen murah didepan ini.

Bangunan yang sudah tua, rumput liat tumbuh dimana-mana, fasilitas yang sudah berkarat. Yang terpenting mereka masih mempunyai satpam yang berjaga. Kebetulan pak satpam sedang memotong rumput didepan pintu masuk.

Ternyata bukan aku saja yang baru pindah, lewat lelaki tampan membawa komputer di tangannya dan keyboard di tas belakang. Ia berjalan dengan tatapan kosong dan tidak memiliki semangat hidup.

Aku berjalan lebih cepat untuk menyamai langkah pemuda komputer ini. Sepertinya ia melamun dan tidak sadar aku ada disampingnya nya. Ku pegang pundaknya, ia berjingkat kaget.

"Maaf mengagetkanmu, aku tidak bermaksud hanya saja kau berjalan sambil melamun. Itu bisa membahayakan diri." Kata ku sambil tersenyum, ia hanya menatap ku sekilas lalu kembali berjalan.

"Kau baru pindah?." Tanyaku antusias, mungkin pemuda komputer ini akan jadi teman pertamaku.

"Iya." Balasnya pelan.

"Akupun... Jadi kita harus berteman."

Ia menghentikan langkahnya dan melisikku dengan kening berkerut, "dimana barang bawaanmu?." Tanyanya pelan.

SWEET HOME ••• [ FIGHTING to STAY ALIVE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang