Untuk ke sekian kalinya, Eveline kembali membaca pesan yang beberapa waktu dikirim Bahi. Saat ini ia sedang ada di mobil bersama sopir menuju salah satu kafe tempat janji temu mereka.Sejujurnya saat ajakan itu ia setujui, ada keraguan dan kegugupan yang makin lama makin terasa. Namun, di antara perasaan itu ada hal yang menggelitik hingga perasaan tak sabar dan berakhir membuat Eveline rutin mengecek waktu di ponselnya.
Sekarang setelah sampai di depan kafe bernuansa vintage, keraguan Eveline justru yang paling dominan. Ia mulai memikirkan apa tindakan menyetujui pertemuan ini adalah hal yang tepat, sebab sebenarnya kekecewaan tujuh tahun lalu masih sedikit terasa. Meski hanya sepotong kisah remaja, tapi saat itu ia benar-benar menganggap hubungan antara mereka terjalin serius.
Mirisnya, mungkin hanya Eveline yang beranggapan seperti itu.
Seraya menarik napas panjang, Eveline yang malam ini tampil dengan kemeja polos berwarna cream dipadu jins panjang mulai mendorong pintu penumpang.
"Pak Anton pulang aja, nanti kalau urusan saya udah selesai saya kabari. Tapi kalau misal gak saya kabari, berarti saya pulang sama temen, ya."
Pria yang ada di balik kemudi langsung menoleh ke kursi belakang. "Oh, baik Non," ujarnya patuh.
Mengangguk samar, Eveline melanjutkan gerakannya keluar dari kereta besi itu lalu berjalan menuju pintu masuk kafe yang terbuat dari material kaca. Saat masuk, sosok tinggi yang seolah memiliki magnet langsung menyedot perhatiannya.
Bahi sepertinya sedang mengabsen siapa saja yang memasuki kafe karena saat Eveline masuk, pria itu langsung berdiri sambil mengangkat tangan. Kemudian, tersenyum tipis hingga beberapa wanita yang duduk di meja tak jauh darinya tampak berbisik-bisik.
Eveline merasa de javu. Dulu pun seperti itu. Saat ia dan Bahi sedang jalan berdua, pasti ada saja gadis yang menatap kagum secara terang-terangan meski melihat dirinya berdiri di samping Bahi. Hal tersebut terasa menjengkelkan dan untuk sekarang, Eveline sedang berusaha mengabaikan.
"Gak macet, kan?"
Eveline menggeleng setelah mendaratkan bokong di kursi yang berhadapan dengan Bahi. "Lo udah lama, Bah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong?
Acak(HIATUS) Hanya sekelumit kisah remaja di bangku SMA yang kecewanya masih terasa hingga dewasa. Eveline Carolina, wanita berusia 27 tahun itu tak menyangka kisah asmara yang kandas saat SMA, masih menyisakan perasaan marah sekaligus kecewa saat berte...