BAB 7 - Sederhana, tapi Pak Pala enggak suka

78 16 13
                                    

Aku bersyukur Pak Pala tahu ke mana dia harus menyetir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bersyukur Pak Pala tahu ke mana dia harus menyetir. Kupikir, apa yang dikatakan Ben waktu itu akan terjadi. Untungnya, tidak. Kami sampai lokasi tujuan dengan selamat. Yah, memang beberapa kali sempat salah belok, tapi tak butuh waktu lama bagi Pak Pala untuk ingat jalur sebenarnya.

Saat akhirnya mobil yang kami tumpangi berhenti di parkiran sebuah bangunan dua lantai, matahari sudah beranjak. Udara dingin agak berkabut langsung menyerang begitu aku keluar dari mobil. Untung saja aku mengenakan kemeja lengan panjang dan celana kain. Pak Pala juga mengenakan kemeja lengan panjang dan celana kain. Dia sudah kembali ke kostum formalnya. Mungkin, sudah saatnya aku berjaga-jaga untuk menghadapi Pak Pala yang seorang bos.

 Mungkin, sudah saatnya aku berjaga-jaga untuk menghadapi Pak Pala yang seorang bos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, Pak, Mbak." Seorang laki-laki paruh baya menyambut kedatangan kami. Dia menjabat tangan kami satu per satu.

"Pagi," jawab Pak Pala membalas jabat tangan laki-laki itu.

Aku juga membalas jabat tangan yang sama. "Pagi, Pak."

Di samping laki-laki itu, berdiri dalam balutan celana jeans biru dan kemeja hijau army, ada Mas Sagara. Dia pun turut menjabat tangan kami. Namun, alih-alih mengucapkan selamat pagi, Mas Sagara malah menanyakan hal yang kupikir tidak dia ketahui. "Gimana, Gris? Udah baikan?"

Aku memandangnya agak terkejut sebelum menjawab dengan malu-malu. Ternyata insiden sakit perut itu sampai juga di telinga Mas Sagara. "Udah, Mas. Udah nggak apa-apa sekarang."

Setelah basa-basi sebentar dengan laki-laki asing itu, yang ternyata bernama Hendru, kami masuk ke bangunan dua lantai itu. Pak Hendru mengajak kami berkeliling ke setiap ruang dalam bangunan itu. Sementara Pak Pala berjalan di samping Pak Hendru, aku berjalan di samping Mas Sagara, sekitar dua langkah di belakang Pak Pala.

Semalam aku sudah membaca ulang laporan singkat yang dibuat oleh Mas Sagara kemarin. Laporan itu sebenarnya dikirim oleh Mas Sagara ke Pak Pala, tapi Pak Pala mem-forward-nya ke email-ku juga. Katanya, ini penting untuk dipelajari sebelum kunjungan ke lapangan.

Dari laporan singkat yang aku pelajari, bangunan dua lantai ini akan difungsikan menjadi laboratorium baru JCTC. Ini akan jadi bagian dari JCTC Jawa Tengah, khusus untuk produksi bibit sayur. Tugas Pak Pala, Mas Sagara, dan aku di sini adalah untuk memastikan semua sudah siap untuk dioperasikan dalam satu bulan ke depan.

BAMBUSA WISHES (Gerha Purana Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang