Aku berdiri di depan pintu gedung milik Injun Oppa dengan jantung yang berdegup kencang. Seperti bunyi tamburin yang ditabuh dengan sekuat tenaga. Kadang-kadang, otot dan otakku tidak bekerja dengan sinkron. Sebelum aku bisa memikirkan bagaimana menghadapi Injun Oppa setelah kejadian kemarin dan setelah pembicaraanku dengan Akkinta, tiba-tiba saja aku sudah berada di depan gedungnya, menunggu waktu untuk bertemu Injun Oppa dengan dalih mengantarkan sarapan yang dia pesan.
Aku menghela napas panjang lalu menundukkan kepala. Tatapanku bertemu dengan satu porsi roti isi dada ayam panggang dan satu cup teh herbal yang dipesan oleh Injun Oppa sebagai menu sarapannya. Sekian detik aku menatap makanan dan minuman tersebut. Berharap tiba-tiba akan ide yang melintas di kepalaku dari sana sebagai bahan pembicaraan kami nanti.
"Makanan itu akan dingin kalau kau masih berdiri seperti orang bodoh di situ....."
Sesegera mungkin aku mengangkat kepalaku dan menoleh ke arah suara yang baru saja aku dengar. Aku langsung mengerutkan wajahku ketika melihat Akkinta sudah berdiri di sampingnya.
"Tumben sekali kau muncul di sini....." ucapku ketus pada Akkinta.
Aku bisa mendengar Akkinta mendecakkan lidahnya.
"Setelah pembicaraan kita semalam, apa kau pikir aku tidak bertambah penasaran dengan Injun Oppamu..."
Aku sudah ingin mengumpat, namun aku menahannya. Aku baru ingat, saat ini hanya aku yang bisa melihat Akkinta. Aku juga tidak menggunakan earphone supaya aku bisa dengan leluasa melampiaskan rasa kesalku pada Akkinta. Jadi yang bisa aku lakukan hanyalah menggertakkan gigiku lalu menarik napas dalam-dalam sebelum mendorong pintu dengan tanganku yang bebas.
"Minhyung- kun !!!" Aku berteriak memanggil nama yang digunakan oleh Injun Oppa di negara ini. Aku masih sempat menolehkan kepalaku ke samping. Akkinta ternyata juga ikut masuk ke dalam gedung milik Injun Oppa ini.
Suara derap langkah kaki terdengar kemudian. Aku melihat Injun Oppa turun dari lantai dua dengan menggunakan hoodie warna putih serta kacamata yang membingkai wajah polosnya.
"Maaf merepotkanmu, Kaoru-chan....." kata Injun Oppa ketika dia berjalan menghampiriku dan mengambil pesanan sarapannya yang aku bawa.Aku segera menggelengkan kepalaku.
"Sama sekali tidak repot kok..... Ini kan bagian dari pekerjaanku....." jawabku cepat.
Injun Oppa tersenyum.
"Apa kau sudah sarapan ?" tanya Injun Oppa
"Katakan belum......" Akkinta tiba-tiba berbisik di telingaku.
"Ah.... Belum.... Aku belum sempat sarapan....."
Injun Oppa kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unmei no Akai Ito
Fiksi PenggemarUnmei no Akai Ito, selanjutnya disebut sebagai Benang Merah Takdir, merupakan kepercayaan Jepang yang sebetulnya berasal dari Cina. Konon, di jari kelingking setiap orang ada benang merah yang tak kasat mata, yang akan terhubung dengan jodohnya. Han...