*Mina POV
"Yes, aku menang" Ucapku dengan girang karena memenangkan game dari laptopku. Haha, aku bangga pada diriku. Lagi pula ini kali pertama aku memenangkannya, karena lawanku lah yang biasa menenangkannya. Ya, dia sangat pandai dan jago bermain game, tapi kali ini pasti dia mengakui kekalahannya.
[Cheer up baby...Cheer up baby....]
Ponselku berdering, aku sudah tahu siapa yang meneleponku? Kulihat namanya di layar dan tentu saja tebakanku benar. Aku segera mengangkatnya.
Pip
📲 "Bisa kutebak saat ini kamu sangat bahagia Minari" Godanya yang membuatku tersipu.
📲 "Tentu saja, karena aku pada akhirnya bisa mengalahkanmu" Kataku senang.
📲 "Ya, aku mengakui kekalahanku. Kini, kamu sudah pandai bermain game" Katanya.
📲 "Itu juga karenamu, bukankah kamu yang mengajariku?" Ujarku yang benar adanya. Ya, dia adalah orang yang mengajariku banyak hal dalam bermain game. Bagaimana bersikap fokus, melumpuhkan lawan, dan menyusun strategi lainnya. Sudah kukatakan dia memang jago, tapi entah kenapa kali ini aku menang? Ia mengalah atau memang karena kerja kerasku? Ah, terlepas dari itu aku tetap senang.
📲 "Aku sangat berterima kasih kamu telah mengajariku" Kataku lagi.
📲 "Ne, tapi harus ingat itu adalah kerja kerasmu" Katanya.
📲 "Tapi lain kali aku akan memenangkannya kembali" Sambungnya dengan tawanya.
📲 "Tapi aku tidak memberikanmu kesempatan lagi" Kataku yang sedikit sombong.
📲 "Wow, aku penasaran bagaimana Minari memiliki kepercayaan diri seperti ini?" Katanya lagi-lagi menggodaku.
📲 "Ah, ti-tidak. Ya, mungkin saat ini aku sedang senang" Kataku.
📲 "Oke, mari kita lihat besok Minari. Aku atau kamu yang menang?" Katanya.
📲 "Baiklah, mari besok kita bermain lagi" Kataku.
📲 "Oke, jika begitu selamat malam Minari. Jangan lupa mimpikan aku dalam tidurmu"
📲 "Mengapa kamu selalu mengatakan ini?" Kataku. Ya, dia selalu mengatakan ini setiap meneleponku. Aku penasaran?
📲 "Aku berharap suatu hari nanti kita dapat bertemu, dan sebelum kita bertemu, biar ada rasa nyaman dan getar dalam kalbu" Jelasnya yang membuatku tersenyum.
📲 "Tapi bagaimana aku tahu kamu hadir dalam mimpiku, jika aku saja tidak tahu wajahmu?" Kataku.
📲 "Cukup kamu rasakan saja. Lagi pula aku tidak tahu bagaimana wajahmu? Yang kutahu kamu memiliki tahi lalat seperti yang kamu katakan saat itu" Jelasnya.
📲 "Itu tidak bisa menjadi definisi yang khusus" Kataku. Ya, tentu saja. Bagaimana mungkin juga ia membayangkanku dengan hal yang pernah kukatakan sebelumnya? itu artinya aku juga mendefinisikan dia seorang pria tinggi yang memiliki lesung pipi seperti yang ia katakan juga selama ini. Bukankah kami sama-sama memberikan ciri-ciri yang sangat umum?
Namun, bila mengingat mimpi? ya, aku sangat pernah memimpikannya. Dia memiliki tubuh yang sangat indah, suara lembut yang menghangatkan dan senyuman yang sangat manis, meskipun wajahnya terlihat samar-samar, tapi sedikit kukenali dia terlihat tampan. Ya, dalam mimpi atau pun saat menelepon seperti sekarang ini, harus kuakui ada getaran yang sama, tapi aku tidak tahu getaran apakah ini? mungkin karena aku penasaran dengannya?
📲 "Halo, Minari. Apakah kau masih disana?" Katanya yang membuyarkan lamunanku.
📲 "Ah, Ne" Kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT (SATZU/MITZU/JITZU)
De TodoCerita hanyalah karangan Penulis. Saya berusaha memberikan karya-karya yang baik. 🍭Story tentang couple Satzu, Mitzu, Jitzu atau salah satunya. 🍭Atau mungkin hanya sekedar POV saja.