38.

36 8 15
                                    

Pesawat yang membawa Widi pulang ke Indonesia mendarat dengan selamat. Ketika penumpang dibolehkan untuk turun, Ezra bergegas meninggalkan kabin bisnis. Widi agak bingung dengan sikap Ezra yang mendiamkannya sepanjang perjalanan. Tapi ia tetap berpikir positif, mungkin Ezra sedang gugup hendak menikahkan putrinya.

Widi dan keluarganya dijemput oleh sopir Tania. Mereka diantarkan ke kediaman Tania untuk bertemu dengan keluarga besar Tania. Rencananya Sarah dan Louisa akan menginap di sana, sementara Widi dan William memilih tinggal di rumah Widi di Bogor.

Rumah itu sudah rapi saat Widi datang. William terpesona melihat rumah sederhana itu, ia membayangkan peristiwa apa saja yang terjadi di sana.

“Apa kamu tahu masa lalu Ayah?” tanya Widi sambil meletakkan koper di sudut ruangan.

“Enggak tahu.”

Keduanya duduk berdampingan. Widi menatap setiap sisi yang bisa dilihatnya. Kenangan dahulu ketika ia harus berpisah dari orang tua dan memulai kehidupan baru sendirian di kota orang.

“Dulu Ayah mau dipasung oleh Bapak karena orientasi seksual yang berbeda. Tapi Ayah dibantu untuk kabur oleh kakak, Ibu, dan keluarga Papa. Ayah tinggal di sini sejak saat itu. Mulai dari menyelesaikan SMP sampai selesai kuliah. Setelah selesai kuliah, Ayah pergi ke Amerika Serikat.”

“Ayah kesepian?”

“Kesepian, sih. Ayah enggak bisa bertemu dengan keluarga. Dulu kan komunikasi masih terbatas. Keluarga Papa dan Tania berusaha agar mental Ayah stabil setelah dapat kekerasan dari Bapak.”

“Bapak itu Kakek, kan? Ayah dipukul Kakek?”

“Ya. Niatnya baik untuk menyadarkan Ayah. Tapi caranya salah. Sampai sekarang Ayah masih teringat sakitnya dipukul Kakek.”

Widi pergi ke dapur. Sebelum ke sini Tania berkata kalau ia telah mengisi kulkas dengan beberapa bahan makanan. Jadi Widi tinggal masak saja. Saat menatap meja makan, ia seolah melihat masa lalu. Jon akan duduk mengenakan kaos tanpa lengan sambil minum susu kedelai, laptop terbuka di atas meja dan menghadapnya. Di kursi lain ada Ezra yang masih mengenakan kaos oblong putih polos dan sarung warna biru seperti bapak-bapak perumahan. Ia akan minum teh manis hangat dan makan roti tawar yang dioles selai nanas. Biasanya rotinya disobek kecil-kecil dan dioles selai yang banyak.

Semua tampak indah sebelum cinta hadir di antara Ezra dan Widi. Semua tampak indah sebelum Jon tahu perselingkuhan itu.

“Ayah rindu dengan masa lalu?”

“Sedikit. Cuma bagian yang positif saja, sih. Sudah. Ayo, kita bereskan isi koper.”

“Baik, Ayah.”

*

Sujimin mengunyah singkong rebus yang empuk dengan gigi-giginya yang tersisa. Sore itu ia menunggu sang anak, Ezra, yang akan pulang ke rumah. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Sebuah taksi berhenti di depan gerbang rumahnya. Si sopir dan Ezra keluar dari sana dan mereka membantu mengeluarkan koper dari bagasi. Setelah membayar jasa sopir itu, Ezra menarik kopernya untuk masuk ke dalam rumah.

“Assalamu’alaikum,”

“Wa’alaikumsalam.” Sujimin bangkit dari kursinya dan mendekati Ezra.

“Sehat, Pak?” tanya Ezra sambil mencium tangan ayahnya.

“Sehat. Kamu sehat juga?”

“Sehat.”

Ezra duduk di salah satu kursi dan membuka sepatunya. Sujimin masuk ke dalam rumah untuk meminta dibuatkan minuman untuk Ezra kepada asisten rumah tangga. Setelah itu ia kembali duduk dan menyeruput kopi.

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang