"Dia itu ketua osis, sebenernya dia itu ketos yang tegas dan berwibawa tapi, dia gak suka kasar sama cewek. Makanya, tadi dia cuma minta maaf abis itu pergi. Beda lagi kalo sama cowok, bisa-bisa di tegur habis-habisan," ungkap Karina.
"Ketos, ya.."
"Udah selesai kan kelilingnya? Kita ke kelas aja yok," ajak Karina sembari menarik tangan Athayaa.
Mereka segera bergegas menuju kelas. Sesampainya di kelas, mereka membuka pintu lalu melihat ada guru yang sedang mengajar.
"Oh no!! Ini hari sial yang gaada di kalender," lirih Karina.
"Darimana saja kalian!? Ini sudah sangat terlambat! Kalian perlu belajar untuk lebih disiplin. Sekarang cepat berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran saya habis!" titah sang guru.
"Baik.. Bu," ujar Karina.
"Sebelumnya kami meminta maaf atas keterlambatan kami, sungguh kami sangat menyesal," ujar Athayaa lalu keluar dari kelas bersama Karina.
"Huft.. Sial banget kita hari ini,"
"Mana tadi yang ngajar guru killer!" kesal Karina.
"Shttt.. pelanin suara mu, jangan keras-keras nanti kedengeran," sahut Athayaa.
─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─
Bel pulang mulai berbunyi, para murid mulai merapikan buku mereka. Begitu juga dengan Athayaa dan Karina, mereka berjalan melewati taman sambil berbincang sebentar. Selain itu Athayaa juga meminta nomer ponsel Karina. Lalu mereka pulang ke rumahnya masing-masing.
─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─
Malam telah berlalu, kini matahari sudah kembali menampakkan sinarnya. Sekarang, jam sudah menunjukkan pukul 07.00,dan Athayaa baru saja terbangun dari tidurnya. Saat melihat jam, ia sangat histeris dan buru-buru mandi lalu bersiap. Ia pergi ke sekolah tanpa sarapan karena sudah sangat kesiangan.
"Duhh, kenapa bisa kesiangan sih!"
Tentu saja karena Athayaa tadi malam keasikan chatingan sama Karina sampai larut malam.
─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─ ⋯ ─
Athayaa sangat beruntung, jika dia telat 5 menit saja, maka gerbang akan di tutup. Disaat Athayaa menghela nafas lega, Tiba-tiba seorang lelaki melaju kencang mengendarai motornya. Lelaki itu tidak lain adalah Alvaro, lelaki yang kemarin dijumpai oleh Athayaa. Karena terlambat datang, mereka berdua dihukum oleh ketua osis.
"Ck, lo lagi, lo lagi!" lirih Alvaro.
"Sebagai hukuman, kalian keliling lapangan 2 putaran," pinta ketua osis.
"Ck, apa-apaan? Siapa lo berani ngehukum gue?" bantah Alva.
"Tambah lagi 1 putaran,"
"Hah? Maksud lo apaan anjing!" kesal Alvaro.
"Jaga mulut lo! Tambah 2 putaran!,"
"Bacot anjing."
"Udah lah, lo diem aja biar gak di tambahin," cetus Athayaa.
"Ck! Oke udah, cukup."
"Atha, kamu keliling lapangan 2 putaran," ujar Thomas pada Athayaa.
"Eh? Okee!" balas Athayaa.
"Gak adil bangke, pilih kasih anjing!" geram Alvaro.
"Alva! Nambah 2 putaran lagi! Punya mulut ga di jaga!"
"Ck, sialan anjing." gumam Alvaro.
Mereka berdua mulai mengelilingi lapangan, Athayaa selesai lebih dulu lallu duduk dengan nafas terengah-engah.
"Nih, minum dulu. Pasti cape ya? Lain kali jangan telat lagi," ujar Thomas sambil menyodorkan minuman dingin.
Beberapa lama kemudian, Alvaro sudah menyelesaikan hukumannya dan duduk dengan keringat yang bercucuran membasahi wajahnya.
Alvaro melihat mereka lalu memutar matanya, "Apaan dah anjir, ketos kok gatel ama cewe gila anjing."
"Mulut lo kayak gak pernah di sekolahin. Coba ulang, bilang apa lo tadi?" kesal Thomas alis nya mengerut.
"Apa?? Lo pikir gue takut sama lo?" balas Alvaro dengan nada cukup tinggi.
"Berani lo? Maju sini!" pekik Thomas sambil menyilangkan kedua tangannya.
Alva sedikit terkejut dan darah nya mendidih wajahnya memerah karena marah " Ketos sialan lo Thomas!" geram Alvaro, tangan nya mengepal.
"Jaga omongan lo brengsek!" balas Thomas.
Leovin sedang berjalan jalan dengan Harrison lalu mereka mendengar suara keributan dan segera menghampiri nya.
"Wihhh ada orang gelud anjayyyy!!!" sorak Leovin.
"Husss diem, Al napa lo teriak-teriak? Dari sana kedengaran loh, " Harrison berbicara dengan nada sedikit kecewa.
"Thomas yang mulai, bukan gue," jawab Alvaro dengan nada kesal.
"Nyalahin gue? Jelas-jelas lo yang mulai duluan!" balas Thomas.
"Lo"
"Enak aja, lo"
"Pokoknya lo"
Mereka terus mengulangi sehingga membuat Harrison muak.
"Cukup woi! Diem kalian berdua!, " Harrison mencoba untuk tenang dan Leovin tercengang dan dia tepuk tangan.
"Kerennn! Kerennn!" sorak Leovin.
Athayaa menggelengkan kepalanya "Udah, Gausah ribut bisa ga sih? masalah gitu aja ribut. kayak bocah," Athayaa menghela nafas dan berjalan pergi meninggalkan mereka
Thomas dan Alvaro saling berpandangan tajam dan dingin, lalu mereka saling memberi jari tengah dan mulai berjalan pergi ke arah yang berbeda, tiba-tiba Alvaro tersandung batu.
"Argh sial, siapa yang naroh batu di sini woi!?" teriak Alvaro yang kesal.
Hal yang sama pun terjadi kepada Thomas.
"F*ck!" Thomas sedikit kesakitan.
Leovin tercengang pada hal ini lalu dia bertepuk tangan lagi.
"Anjayyy behhh behhh, sama coyyy, sama-sama kena batu awokawok!"
Leovin tertawa terbahak-bahak dan Harrison menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.៚ ⋯⋯⋯⋯⋯⋯⋯ ༄
Terlihat seorang perempuan melihat kerusuhan yang di sebabkan oleh Alvaro dan Thomas.
Perempuan itu berkata, "Hadeh, dasar bocah."
Lalu seorang lelaki menghampiri perempuan itu dan bertanya, "Ada apa?"
"Itu si Alva rusuh lagi," ucap perempuan yang sedang memperhatikan kerusuhan dua orang yang sedang berada di lapangan.
Lelaki itu hanya tersenyum lalu berkata, "Sudahlah biarkan saja dia rusuh."
Perempuan itu hanya bisa menghela nafas.
Siapakah perempuan yang memperhatikan Alvaro dari kejauhan? Dan siapa lelaki yang bersama perempuan itu? Tunggu di bab selanjutnya.
≿————- ❈ ————-≾
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐞𝐛𝐨𝐡𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 (ON-GOING)
Novela JuvenilMenceritakan tentang Athayaa Claudia Sanjaya yang pindah sekolah dari London ke Indonesia dikarenakan bisnis ayahnya dengan perusahaan di Indonesia. Atha dipindahkan ke SMA Rajasanagara di Jakarta, di hari pertama ia masuk ia sangat populer karena...