EPISODE 2

40 9 0
                                    


Aku masih berada di perpustakaan yang luas nan megah. Saat ini, aku duduk di kursi yang sangat nyaman, mengenakan jubah putih yang 'menenggelamkan' tubuhku. Bagaimana aku mendapatkannya? Dari seorang pria berpakaian layaknya bangsawan Eropa yang muncul tiba-tiba, mengatakan bahwa seragam SMA-ku seperti pakaian pengemis paling miskin di kerajaannya.

"Perpustakaan ini adalah ruang pribadiku. Bahkan seekor tikus pun tidak bisa masuk tanpa izinku. Lantas, bagaimana kau bisa berada di sini?" Pria itu duduk di depanku dengan elegan. Tubuhnya tinggi dan gagah, matanya biru berkilauan, menatapku dengan tajam.

"Tempat apa ini? Apakah kau tuan rumahnya?" Bukannya menjawab, aku malah balik bertanya.

Kerutan muncul di dahinya, hanya beberapa detik. "Kau sungguh tidak tahu siapa diriku?"

Aku menggeleng.

"Dugaanku benar. Kau bukan bagian dari istana ini."

Istana? Apapun itu, aku harus menjelaskan semuanya sebelum dituduh sebagai penyusup.

"Namaku Aylira Anjani. Beberapa jam lalu, aku hanyalah siswi SMA yang ingin bolos di perpustakaan." Aku menunjuk buku aneh di tanganku. "Sampai buku sialan ini, entah bagaimana, membawaku ke sini."

Pria di depanku mengamati buku itu dengan saksama, membalik halaman demi halaman. Kosong, tanpa huruf atau jejak tinta.

"Aku sudah mencobanya, membolak-balik halaman, membacakan mantra, bahkan membantingnya. Tapi, aku tetap tidak bisa kembali ke tempat asalku."

Tanpa aba-aba, ia meletakkan buku itu dan berdiri. "Senang bertemu denganmu, Lir. Pangeran Muda dari Kekaisaran Ayrus menyambutmu sebagai tamu kehormatan. Tinggallah di istana ini dengan nyaman sampai kau bisa kembali ke duniamu." Senyumnya elegan dan menawan, memukau dalam segala hal.

"Selamat beristirahat, Lir." Dia pergi.

---

Mataku terpesona lagi. Bagaimana tidak? Ruangan ini luasnya mungkin lebih besar daripada kelasku. Tempat tidur yang lebar dan empuk, meski sedikit kuno, tampak sangat nyaman. Ada perpustakaan mini, dan sebuah pintu menghubungkan ke lemari pakaian yang lebih mirip toko gaun! Banyak sekali gaunnya! Aku bahkan harus menutup mulutku, takut berteriak kegirangan.

"Ini adalah ruangan pribadi Anda selama menjadi tamu kehormatan Kekaisaran Ayrus, Nona." Oh iya, hampir saja aku lupa bahwa wanita dengan rambut putih yang hampir menutupi seluruh kepalanya masih berdiri di sini. Dialah yang membawaku ke tempat ini. "Saya akan menjadi pelayan pribadi Anda selama berada di istana. Nona bisa memanggil saya Pelayan Kal."

"Baiklah, Bibi Kal. Bolehkah saya mengajukan beberapa pertanyaan?" Merasa ini akan menjadi obrolan panjang, aku duduk di atas kasur yang empuk.

"Silakan, Nona," jawabnya dengan sopan, masih menundukkan kepala.

"Apakah saat ini aku sedang berada di istana seperti dalam dongeng-dongeng itu?"

Bibi Kal terdiam sejenak, tampak berpikir. "Benar, Nona. Anda berada di satu-satunya istana Kekaisaran Ayrus."

"Lalu pemuda yang berbicara denganku tadi, apakah Bibi Kal mengenalnya?"

"Seluruh Kekaisaran Ayrus pasti mengenal beliau, Nona. Beliau adalah Pangeran Muda, putra Raja dan mendiang Ratu Kekaisaran Ayrus."

Baiklah, intinya aku sekarang berada di tempat antah-berantah bernama Kekaisaran Ayrus, dan entah bagaimana bisa menjadi tamu kehormatan di istananya. Terkejut? Tentu saja. Siapa yang tidak terkejut ketika beberapa jam lalu masih berada di dunia modern, lalu tiba-tiba berada di dunia kuno yang bahkan telepon pun mungkin tidak mereka miliki?

"Oh iya! Satu lagi, mengapa Pangeran Muda itu memanggilku Lir? Padahal namaku Aylira Anjani."

"Penduduk Kekaisaran Ayrus tidak terbiasa dengan nama yang panjang, Nona. Kami lebih nyaman dengan nama yang hanya memiliki satu suku kata. Mungkin itulah sebabnya beliau memanggil Anda dengan nama yang lebih pendek."

Aku mengangguk, mengerti. Setiap tempat memang memiliki kebiasaan dan ciri khas masing-masing. Di duniaku juga begitu, seperti di Korea Selatan di mana nama penduduknya terdiri dari tiga suku kata, dengan marga di suku kata pertama.

"Apakah ada hal lain yang Anda butuhkan, Nona?"

"Tidak ada, Bibi Kal. Terima kasih sudah menjawab rasa penasaranku."

"Sudah menjadi tugas saya, Nona. Untuk makan malam, apakah Nona ingin makan di ruang makan atau di ruangan ini?"

Oh, benar juga. Pencahayaan di luar semakin redup, mungkin sudah sore. Dengan semua hal yang tiba-tiba terjadi, aku bahkan lupa bahwa aku belum makan sejak pagi.

"Saya akan makan di ruang makan setelah beristirahat sebentar, Bibi Kal."

"Akan saya siapkan, Nona. Saya permisi."

Miracle4714, 06/12/23

AYRUS {The Legend Of Last Stone}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang