"Sampai kapan aku harus ngertiin kamu?"
"Loh, kok jadi kamu yang ngertiin aku? Sejak kapan kamu ngertiin aku?"
"Terus apa yang aku lakuin selama tiga tahun hubungan kita? Kalo aku gak ngertiin kamu, udah putus kali kita dari dulu."
"Ini yang selalu kamu bicarakan setiap kali kita berantem, kamu selalu merasa kamu alasan utama kenapa kita masih bersama, kamu gak berpikir sedikitpun kalo aku juga ngeluarin usaha yang sama?"
"Usaha apa? Kamu setiap hari cuma fokus kerja, pernah kamu perhatian sama aku? Telfon aku? Chat aku? Gak pernah."
"Kamu terus mempermasalahkan hal kecil itu."
"Hal yang kamu pikir kecil itu besar untuk aku, aku pengen diperhatikan, aku pengen merasa dipedulikan. Pernah gak kamu nanya aku udah makan apa belum? Pernah kamu memastikan apa hari aku baik-baik aja? Sekedar nanya gimana hari yang aku jalanin aja kamu gak bisa."
"Oh jadi selama ini kamu merasa aku gak peduli sama kamu?"
"Okey kalo memang kamu gak terbiasa dengan semua basa-basi itu, tapi aku butuh kabar kamu saat kita gak ketemu, aku butuh memastikan apa pacar aku baik-baik aja atau ngga, aku butuh memastikan hari yang kamu jalanin itu sesuai yang kamu harapkan."
"Kamu tau apa aja yang aku lakuin, aku cuma bangun pagi untuk kerja dan pulang sore atau malam hari, kamu udah tau semuanya, apa aku harus terus kasih tau kamu tiap hari tentang hal monoton yang aku jalanin?
"Hanya sesederhana itu keinginan aku, kenapa itu sulit di mata kamu?"
"Aku gak pernah selingkuh, aku gak pernah menduakan kamu, aku gak pernah mencintai orang lain selain kamu, itu gak cukup untuk kamu sampai kamu terus-terusan menuntut aku?"
"Iya, kamu memang gak pernah melakukan itu semua, kamu gak pernah melakukan kesalahan besar, tapi kamu selalu meremehkan hal-hal kecil yang sebenarnya penting untuk aku. Kamu memang mencintai aku, aku tidak pernah ragu tentang itu sedikitpun, tapi kamu gak pernah meyakinkan aku kalo aku benar-benar dicintai."
"Hanya karna aku tidak sesuai dengan keinginan kamu, bukan berarti aku tidak mencintai kamu."
"Keinginan aku hanya sederhana, aku hanya-"
"-Silahkan cari orang yang bisa mencintai kamu sesuai dengan apa yang aku inginkan, kita selesai."
***
Terlihat awan mendung yang mulai menyelimuti langit. Langit sebentar lagi akan menangis, menumpahkan kerinduannya akan terpaan tetesnya terhadap dedaunan. Waktu terus berlalu, langit di penghujan sore ini terlihat semakin kelam, menghadirkan gumpalan-gumpalan awan hitam pekat dan jatuh tepat pada pandangan seorang perempuan yang tengah terduduk dengan tatapan lelah. Kala itu juga, titik demi titik air mulai berjatuhan menerpa bumi.
"Kamu baik-baik aja?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir seorang gadis yang duduk tepat di sebelahnya, gadis itu memandangnya khawatir. Sudah hampir dua jam ia berada di sini dan tidak ada yang ia temukan selain keheningan panjang, keheningan yang selalu membuatnya merasa sangat asing.
"Aku baik-baik aja, Shel." Gadis berambut pendek ini menunjukan senyumannya, berusaha menipu lawan bicaranya dengan senyuman itu. Namun, ia pembohong yang sangat buruk. Siapa yang akan mempercayainya ketika semua orang bisa melihat bahwa mendung itu berpindah pada sepasang matanya?
"Kamu gak bisa bohongin aku, sayang." Dia mengatakan yang sejujurnya. Sebenarnya ia sudah sangat muak dengan kebohongan dari kekasihnya itu. Selama tujuh bulan ia menjalani hubungan ini, selama itu juga ia tidak pernah melihat bahwa kekasihnya itu benar-benar bahagia bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA
FanfictionApa yang lebih sulit selain menjalin hubungan dengan seseorang yang masih terikat oleh masa lalunya?