Minuman instan dengan perisa matcha yang baru saja diedarkan di supermarket sudah menjadi buruan para pecinta matcha. Demi merasakan minuman instan tersebut, perempuan dengan pakaian santai bahkan lebih kepada yang penting menggunakan pakaian sudah berada di sebuah supermarket, tungkainya dibawa menelurusi lemari pendingin.
"Gotc—" kalimatnya menggantung tatkala dengan bersamaan sebuah tangan mengambil minuman itu juga.
"Maaf, aku terlebih dahulu yang mengambilnya."
"Huh Nona? Kau tidak melihat tangan siapa yang lebih dulu berada di atas minuman ini?"
"Itu milikku. Aku lebih dulu datang." perempuan itu mendelik tak suka kepada perangai lelaki jangkung di hadapannya yang sedang tersenyum menggoda.
"Begitukah Nona berambut pirang? Tapi kenyataannya aku yang lebih dulu memegangnya itu artinya minuman ini milikku." lagi, dengan senyum jahil.
"Kau tidak mau mengalah kepada perempuan? Lelaki tidak tahu malu." perempuan itu berbalik hendak melenggangkan tungkainya untuk melihat-lihat makanan atau minuman yang mungkin bisa saja menarik keinginannya.
"Eh tunggu! Walaupun kau sudah tidak sopan mengatai ku, ambil saja minuman ini, aku bisa membelinya di tempat lain." tak luput senyuman tebar pesonanya bak most wanted sekolah.
"Thanks."
Sudah dirasa cukup dengan camilan yang dibeli, perempuan yang dikatakan berambut pirang oleh lelaki jangkung asing yang ditemuinya, mengantre di depan kasir.
"Totalnya 186.000 rupiah."
Perempuan berambut pirang panik, tidak bisa menemukan dompet dalam tas selempangnya. "Bagaimana bisa aku meninggalkan dompet dan juga handphone?" merutuki kebodohannya dalam hati.
"Kau tidak punya uang? Lalu belanja sebanyak ini?" tak salah rungunya mendengar suara bariton lelaki yang beberapa saat lalu berdebat dengannya.
"186.000 ya?" sembari menyodorkan sejumlah uang.
"Bisa kau berikan nomor rekening? Akan aku ganti setelah sampai apartemen."
"Bagaimana bisa kau meninggalkan dompet padahal kau akan berbelanja?"
"Namanya lupa Tuan menyebalkan."
Lelaki itu hanya terkekeh atas jawaban perempuan yang tingginya hanya setinggi dada bidangnya.
"Tidak perlu ganti dengan uang, ganti dengan makan siang besok," Lelaki itu berujar. "Tidak menerima penolakan atau kau akan terus berhutang."
"See you, Eunji."
Perempuan yang dipanggil Eunji itu hanya mengernyitkan dahinya, bagaimana lelaki itu mengetahui namanya? Bagaimana bisa juga tadi ia tidak menolak?
===============================
Hai! feel free to kritik dan saran. Aku akan sangat senang dan berterimakasih jika kalian menekan vote bahkan memberikan komentar! Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan untuk mendapat notif kelanjutannya.
Terimakasih.
With love, kay.
KAMU SEDANG MEMBACA
a long time ago
RomanceSorry, if you found a typo. Back to writing after a long hiatus huft. Ready? Enjoy your reading!