18 || the rising of

16 3 27
                                    

p.s. cuy, aku mw crita, stelah menghilang berbulan-bulan aku akhirnya kembali. jd Ibrat kta aku blm 'forget where you belong'. nah fyi, si sunshaneyx sring bgt nyindir, nyinyirin, bhkan brkali² mention qr/sr—dia pkir aku bsa balik ges😏

IYA LGI NJIIRT, MLAH BALIK. D TAGIH DOUBLE UP MLAH_-

enjoy la bre, aku pusinc

••••••

Reece terus memperhatikan semuanya dengan saksama. Takut jika lelaki di depannya malah diam-diam melakukan tindakan bodoh kepadanya. Sejujurnya ini juga cukup gegabah, is tak seharusnya kemari demi kode file yang diincar semua orang.

Namun, rencana adalah rencana. Berusaha membuat orang percaya padanya, kemudian mencari titik tumpu kelemahannya. Bukankah itu yang sering di lakukan 'Assassin Alpha' dalam bertindak?

"Remember when I said you weren't the first person who wanted the code file, Reece?" Suara Louis menginterupsi. Sejenak mereka berdiri diambang pintu kayu. Saling berhadapan, seolah sang tuan tengah menunggu jawaban atas pertanyaan retorisnya.

"Ya, karena mendiang Bryan orang pertama?"

Senyum Louis mengembang, tampak kilatan bangganya tersorot di mata birunya. Seolah ia telah menantikan saat-saat seperti ini sebelumnya.

"Selain Bryan McFadden yang berusaha mendapatkannya, ada Shane Fillan, Kian Egan—" Louis berheti pada mobil yang terparkir tak cukup jauh dari reruntuhan bangunan. "—Winter Malik."

"Who?"

Louis tersenyum bangga menyadari Reece mulai sedikit demi sedikit kehilangan pertahanan. "Ya, Bibby. Winter yang sama yang kau temui di sekolah. Winter yang sama yang kau minta jadi pasangan dansamu di acara perpisahan."

Tangan lelaki Doncaster itu membuka pintu mobil tanpa mengindahkan kecamuk pikiran sang lawan. "Winter yang sama yang kau tinggalkan karena wanita lain."

"Bagaimana—" Reece menelan ludah dengan susah payah. Rencana awal untuk memojokkan Louis tiba-tiba buyar ketika tanpa diduga sang lawan malah menyebutkan nama wanita yang pernah ia cintai itu.

"Winter selalu bercerita tentu saja." Louis mengangkat bahunya seolah acuh dengan semuanya. Seorang manipulasi dan Nicky Byrne pasti sangat menyesal karena salah memilih lawan. Harusnya mereka sadar dengan itu.

Menaiki mobil tersebut, dia dengan cepat pula menutup kembali pintunya. Tatapannya sudah mula fokus ke depan. "Jadi sekarang, kau akan ikut denganku atau aku harus pergi sendiri?"

Dari samping dia bisa melihat bagaimana dilemanya seorang bocah ketika otak dan hatinya telah terkontaminasi. Benar-benar langkah yang gegabah dan tentu saja ini akan dijadikan sebagai senjata bagi seorang Louis yang membutuhkan balas dendam.

"Aku ikut."

━━━🍂━━━

"Apa yang kau butuhkan?" Tanya lelaki keriting di depannya. "Aku tak punya banyak waktu."

"Oh, ya?" Di sisi lain, sang wanita familiar itu tampak santai mengacak-acak isi tasnya, mencari sesuatu yang hendak ia beri kepada si pemuda. "Aku tak menyangka Crystal sudah membuka hatinya untukmu."

"Dia tidak melakukan apapun." Sanggah Ashton cepat. Bisa dikatakan ia tidak pernah suka seseorang tidak menunjukkan sikap menghormati wanita yang merupakan ibu dari anak-anak mendiang sahabatnya.

"Ah? Jadi dia tidak sedikitpun memberikan tanda-tanda menghargai dirimu?" Wanita itu mengulurkan tangannya dengan secarik surat ia berikan. "Benar-benar buruk, bukan? Mencintai seseorang yang bahkan tak memberikan perasaan yang sama kepadamu. You love her, she loves you, but not in the same way."

𝐒𝐔𝐏𝐄𝐑 𝐑𝐈𝐎𝐓 「CONTINUED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang