LF 11: BUTUH PELUKMU, PAH.

66 51 1
                                    


Happy reading all!

.

"Ga semua masalah itu penyelesaiannya dengan berantem, bisa juga dengan cara mengalah walau kadang sakit"

~LF

****

"Sudah puas kamu?" Jam sekarang berdetak menunjukkan pukul 6:00 pasalnya sepulang sekolah tadi shilla pergi ke pantai dulu, ia tak tahu keluarganya sudah pulang dari Singapore tadi sore.

Gadis itu berhenti dari jalannya, berbalik badan menatap ayahnya yang kini berdiri bersidekap dada.

"Maksud papa?" Tanyanya ragu.

"Anak gadis jam segini baru pulang sekolah? Mau jadi jalang kamu?" Ujar difto tanpa memikirkan perasaan anaknya.

"Maaf, pah. Aku tadi ke pantai dulu," ujar shilla menunduk, tak berani menatap mata sang ayah.

"Bagus! Pulang sekolah bukannya pulang malah keluyuran ga tentu arah. Mau jadi cewe gak bener?!" Ujar difto.

"Pah, papa bisa ga sih? Stop ngata-ngatain anak papa sendiri yang enggak-enggak? Hati aku sakit pah," ujar shilla mengeluarkan unek-uneknya.

"Berani kamu melawan saya? Kamu pikir kamu sudah dewasa?!"

"Aku udah gede pah, aku juga punya hati yang gak bisa terus-terusan papa sakiti kayak gini," papar gadis itu dengan mata berkacanya.

"Dasar anak tidak tau diri! Udah di baik-baikan malah ngelawan!"

"Shilla ngak ngelawan, pah."

"Terserah kamu saja, saya tidak punya waktu untuk berbicara dengan manusia keras kepala seperti kamu!" Ujarnya kemudian berjalan meninggalkan sang anak.

"Pah," lirih gadis itu membuat difto berhenti.

"Mau apa lagi kamu?" Tanyanya.

"Shilla boleh peluk papa ngga?" Namun pertanyaan itu diabaikan begitu saja oleh difto, dia beranjak pergi meninggalkan sang anak dengan perasaan sakit yang mendalam.

"Gue seburuk itu ternyata," lirihnya.

Shilla kini mematikan keran air yang berada dalam kamar mandinya, ia tatap pantulan kaca yang berisi dirinya itu dengan tatapan sayu.

"Seenggaknya tadi papa udah ngobrol sama gue, walaupun dengan cara marah-marah," ujar gadis itu sendiri.

Tok
Tok

Pintu kamar diketuk membuat shilla bergegas membukanya, dia melihat kakaknya yang menenteng tas belanjaan sudah berdiri disana.

"Kakak?" Ujarnya.

Mia tersenyum manis, lalu masuk ke kamar adiknya itu.

"Kakak masih boleh masuk kan?" Tanyanya sembari duduk di atas ranjang.

"Kan udah masuk," balas shilla.

"Sini dehh, sinii," ujar Mia menyuruh adiknya untuk duduk di sebelah.

"Kenapa sih?"

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang