Chapter 28 - Para Pengusik

22 9 3
                                    

Malamnya, Reihan mengantar Jessi ke rumahnya. Ada dua mobil terparkir di depan rumah Jessi saat mereka tiba di sana.

"Rame banget. Tamunya ke rumah kamu bukan?"

"Gak tahu juga, sih. Ponselku mati, lupa charge tadi."

"Ih, kebiasaan jelek. Kalau ada hal penting gimana?"

Reihan ikut turun untuk memastikan keadaan aman di rumah Jessi. Lalu, ada Om Bram yang menganyunkan tangan padanya, menyuruhnya ikut bergabung bersama dengan kumpulan orang yang berada di teras rumah.

"Rei, ayo, sini dulu."

Reihan agak kikuk. Namun, ia merasa tidak enak juga untuk menolak, jadi Reihan mencoba untuk bergabung.

"Wah, ramai, ya, Om."

"Iya, ini ada teman satu gereja yang kebetulan lewat sini, jadi mampir dulu." Om Bram menerangkan kepada Reihan.

Sayup-sayup terdengar suara Tante Ruth yang sedang memperkenalkan seseorang kepada Jessi. "Ini Daniel, mau ngambil S2 di Jakarta. Baru seminggu yang lalu pindah dari Malang. Kata mamanya, dia masih jomlo, loh."

Jessi hanya mengangguk dan menjabat tangan yang Daniel ulurkan. Jessi menanggapi obrolan yang Daniel mulai. Ternyata Daniel dan Jessi kuliah di jurusan yang sama, sehingga obrolan mereka langsung nyambung.

Reihan masih di teras, tidak dipungkiri jika ia sedikit panas melihat kedekatan Jessi dan lelaki itu. Reihan mengotak-atik ponselnya, mencari bapa bantuan agar ia bisa bebas dari sini.

Reihan Sagara
Jay, telepon gue dong. Urgent


Satu, dua menit tidak ada jawaban. Reihan ingin segera melarikan diri dari rumah Jessi. Akhirnya Reihan meminta bala bantuan dari anggota grup.

Huru Hara Sehari-hari


Reihan Sagara
Siapapun tolong telepon gue


Arjuna Mahitala
Sekarang?

Reihan Sagara
Nanti pas lebaran monyet


Lentera Terang
Lo dimana?

Reihan Sagara
Rumah Jessi


Geanala Himawari
Di rumah camer kok minta
ditelepon sih?

Hagi Chandra W.
Halah cupu


Reihan Sagara
Cepetan anjeng


Marvello Ivannov
STFU

Chaka Kalindra
Wanjir serem gitu kalau pak ketua udah mengumpat


Dering telepon terdengar dari ponsel Reihan dan Reihan permisi kepada Om Bram untuk mengangkatnya.

"Apaan lo?"

"Gue pengen balik. Disini rame banget orang."

"Keluarga Jessi?"

"Bukan, teman gereja Papinya. Dah ya makasih Vel. Gua jadi ada alasan buat balik."

Reihan menutup panggilan dari Marvel, ia berniat pamit kepada Om Bram, Tante Ruth dan Jessi. Namun, netranya menangkap sesuatu yang janggal. Ia dapat melihat binar mata yang lain pada lelaki yang sedang mengobrol bersama Jessi. Reihan hanya bisa tersenyum kecut. Lelaki itu sangat antusias mencoba mengobrol dengan Jessi.

Au Revoir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang