1. 🥀

18 3 0
                                    

"Teruntuk yang tersayang. Aku kembali, kita akan terus bersama selama yang kamu inginkan!"

***

"Bodohnya orang ini. Gue baru sampai rumah, bisa gak sih, ditunda dulu. Gue capek, mau istirahat!" kesal Alana yang baru saja mengganti pakaiannya. Ia baru saja pulang dari kampus, setelah berjam-jam lamanya menghadapi materi-materi yang memenuhi otaknya.

Tringg!

Tringg!

"Ahkk! Sialan!" umpat Alana kesal, saat melihat ponselnya berdering.

"Apa?" tanya Alana langsung, saat ia mengangkat telepon tersebut.

"Gak bisa baca apa gimana? Gue suruh kumpul, sekarang bodoh!" balas Devan, dari sebrang telepon. Alana menghembuskan nafasnya sejenak, berusaha meredam kesalnya yang memuncak.

"Kenapa sih? Ada apa? Ngapain kumpul, capek gue nih. Gue baru balik," ucap Alana berusaha sabar.

"Gak ada alasan. Datang! Gue tunggu 15 menit!" balas Devan dan langsung mematikan panggilan teleponnya sepihak.

"Ahkk, kapten bodoh!" umpat Alana setelah beberapa saat terdiam, berusaha meredam kesalnya. Namun, itu hanya sia-sia
Walaupun kesal dan lelah. Alana tetap mengikuti ucapan Devan. Ia dengan cepat bersiap-siap dan pamit kepada orang rumah untuk keluar. Ia langsung menuju motornya yang terparkir di depan rumahnya dan langsung melajukannya dengan cepat.

Setelah hampir 15 menit, akhirnya Alana sampai di sebuah bangunan yang tampak lusuh dari arah luar dan ada beberapa orang yang tengah bersantai di luar bangunan tersebut.

"Apa?" tanya Alana langsung, setelah masuk ke dalam ruangan tersebut. Semua mata langsung menatap ke arahnya.

"Lama!" balas Devan menatap Alana kesal.

"Tolong yah, Devan. Gue nih baru balik, gue capek. Bisa ngerti gak?" tanya Alana kesal.

"Gue tau. Tapi ini penting, gue gak tau ini penting buat lo apa enggak. Intinya, ini penting buat kita semua!" balas Devan. Ia tahu, bagaimana keseharian Alana, jadi ia maklum saja menghadapi sikap kesal Alana.

"15 menit!" pinta Alana cepat.

"Gue yakin sih, kita gak bubar secepat itu!" ucap Arthur yang melewati Alana begitu saja.

"Duduk dulu, Alana. Gak capek diri muluh?" tanya Melody yang juga ikut muncul bersamaan dengan Arthur.

"Males gue. Cepatlah!" balas Alana.

"Duduk dulu, Al," pinta seseorang dari arah belakang Alana. Alana terdiam sejenak, hingga pada akhirnya ia berbalik dan melihat orang itu. Seketika, semua rasa lelah dan kesal yang tadinya memenuhi dirinya, kini hilang entah ke mana.

"Ini alasannya?" tanya Alana berbalik menatap Devan. Devan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Kalau itu, udahkan? Gue mau balik!" pamit Alana. Senang? Sedih? Terkejut? Yah, semuanya menjadi satu padu dalam perasaan Alana.

"Duduk Alana!" suara itu berhasil menghentikan aksi Alana yang ingin melangkah keluar.

"Astaga!" ucap Alana tertahan dan pada akhirnya menurut. Ia duduk di samping Devan dan Acle yang berhasil menghentikan aksi Alana tadi, duduk di samping Rangga yang berhasil membuat perasaan Alana berantakan.

"Kalian pasti dah tau secara garis besarnya, alasan kita kumpul sekarang. Dia." Devan memulai pembicaraan setelah semuanya sudah duduk tenang.

Rangga (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang