"All men do is lie!"
Yena berdecak karena dirinya benar-benar sudah kesal menunggu sendirian di luar gedung meskipun dirinya sebenarnya sedang berada di tengah keramaian. Dalam hati dirinya sudah berulang kali mengumpati Yeonjun karena lelaki itu memberikan harapan palsu padanya. Kenapa Yena hanya menyalahkan lelaki itu? Karena dirinya bisa maklum seandainya Hyewon memilih untuk berlama-lama dengan Yohan. Dirinya sendiri saat jatuh cinta juga bisa seperti itu.
"Maaf kalau gitu."
Yena yang tidak menduga seseorang akan menyahutinya -meski sebenarnya ia tidak yakin apakah itu ditujukan padanya atau tidak- lekas menggerakkan kepalanya untuk mencari sumber suara tersebut. Dirinya mengernyit saat mendapati sosok yang tidak asing baginya itu. "Lo ngapain di sini?"
"Gue punya banyak alasan untuk bisa ada di sini," balasnya sambil melangkah mendekat ke arah Yena. Yena yang melihat itu sontak merasa dirinya harus menjauh dan menjaga jarak. Dan itu jelas memberi dampak tersendiri bagi Changbin. "Sekarang lo jadi takut sama gue, Yen?"
"Lo liat aja badan lo segede itu. Siapa yang gak bakal takut coba?!"
"Justru badan gue segede gini tuh biar bisa lo manfaatin!"
"Manfaatin buat apa?"
"Buat menjaga jiwa raga lo yang sudah rapuh dan letih itu."
"Naon sih??? Prik banget!"
"Gue dikatain freak?!" respon Changbin dengan lebay. "Jir lah. Fak kata gua teh."
Yena terkekeh kecil setelahnya. Jika mengingat apa yang terakhir kali dilakukan lelaki itu padanya, seharusnya pertemuan ini tidak berjalan semulus ini. Yena harusnya sangat marah pada Changbin dan meninggalkan lelaki ini begitu saja. Namun setelah mengetahui dari Bomi jika Changbin juga orang yang menyelamatkannya hari itu, setidaknya itu sudah ia anggap jika lelaki itu bertanggung jawab.
Lagipula menyimpan dendam itu tidak baik. Jadi yang lalu biarlah berlalu.
"Tapi permintaan maaf barusan serius, Yen," ungkap Changbin kembali memulai pembicaraan. Lelaki itu kini lebih mendekat dan bersyukur saat Yena tidak lagi menghindarinya. "Maaf."
Yena memperhatikan Changbin yang benar-benar serius saat ini. Kelopak matanya mengerjap beberapa kali sebelum kemudian mengangguk, "Okay. Santai aja. Gue udah gak menyimpan dendam apapun sama lo kok. Udah gue maafin semuanya."
"Kok lo bisa semudah itu maafin gue sih, Yen?"
"Emang kenapa?" bingung Yena. "Lo sebenernya mau gue maafin apa enggak?"
"Mau dong. Cuman gue gak percaya aja kalau lo bakal maafin gue semudah ini," balas Changbin. "Padahal gue menduganya lo bakal nolak terus pergi ninggalin gue gitu aja dan gue harus dengan dramatisnya ngejar lo sampai lo menerima permintaan maaf gue."
Yena kembali mengernyit, "Lo abis nonton apa sampe punya pikiran begitu? Lagian kalau mau apa-apa sama gue yang simple aja. Lo tau gue orangnya gak mau ribet."
"Berarti ini udah dimaafin?" tanya Changbin memastikan dan Yena mengangguk sebagai jawaban. "Yakin? Tulus? Gak boleh ditarik lagi ucapannya."
"Iya, sial!"
"Yes!" seru Changbin dengan kedua tangan yang mengepal. Yena refleks memundurkan diri satu langkah. "Karena gue udah dimaafin, boleh dong kalau gue mau mulai semuanya dari awal sama lo?"
"Hah? Memulai dari awal gimana?"
Changbin kemudian mengulurkan tangan kanannya memberi gestur mengajak salaman ke arah Yena yang hanya ditatap bingung oleh gadis itu. "Jabat dong, Yen. Pegel tangan gue."
Yena berdecak pelan sebelum menuruti ucapan Changbin dan menjabat tangan besar lelaki itu. "Terus?"
"Kenalin, gue Seo Changbin."
Yena tangannya kini digenggam erat oleh Changbin hanya terdiam sambil kembali menatap bingung ke arah Changbin yang justru tersenyum ke arahnya. "Gue tau lo Seo Changbin. Terus apa?"
"Gue mau minta izin buat deketin lo."
"Hah?"
"Choi Yena."
"Apa?"
"Beberapa hari yang lalu gue disadarkan kalau sebenarnya selama ini orang yang gue suka itu lo," ungkap Changbin tiba-tiba. "Terlambat memang. Apalagi itu terjadi setelah apa yang gue perbuat ke lo. Tapi gue mau menjadikan itu sebagai pelajaran untuk gak lagi-lagi jadi cowok berengsek kayak gitu."
Yena masih diam dan mendengarkan segala penuturan Changbin yang tatapannya masih terkunci dengan miliknya. Yena tidak mendapati ada kebohongan dalam kalimat lelaki itu dan semuanya terasa sangat tulus hingga sampai ke hatinya dengan lancar. Jangan lupakan dengan tangan keduanya yang masih saling berjabat.
Oh? Atau mungkin Yena dihipnotis oleh Changbin?
Tentu tidak.
"Bin," panggil Yena saat Changbin berhenti.
"Gue gak minta lo untuk merespon pernyataan gue barusan. Gue cuman mau lo tau perasaan gue yang sebenarnya," sela Changbin.
"Tunggu dulu," ujar Yena sambil menarik tangannya dari genggaman Changbin. "Tuan Seo, gue udah bilang sebelumnya kalau gue gak tertarik terlibat lagi sama rencana pasangan pura-pura lo itu."
"Ini udah bukan pura-pura, Yen. Gue serius. Orang yang gue suka itu lo, Choi Yena."
"Heh! Lo punya cewek. Jangan selingkuh, setan!"
"Gak ada."
"Ihh? Gue aduin ke Chaewon loh entar!"
"Aduin aja."
"Kok malah nantangin?"
"Karena sekarang Chaewon udah bukan cewek gue lagi."
"Masa? Bohong pasti?"
"Serius, kita udah putus."
"Gak percaya! Lo juga bilangnya gitu sama orang tua lo padahal aslinya enggak," ujar Yena. "Kalau sama Papa Mama aja lo bisa bohong gitu, apalagi sama gue. Iya gak?"
"Gak salah sih," gumam Changbin membenarkan ucapan Yena tentang ulahnya. "Tapi sekarang beneran kok. Gue malah punya saksi."
"Saksi gadungan pasti. Udah lo bayar orangnya."
"Sebegitunyakah lo gak percaya sama gue, Yen?"
"Gak juga sih, gue ingin mencurigai lo aja," balas Yena kemudian terkekeh. "Tapi kayaknya lo emang jujur kali ini."
"Karena emang jujur."
"Terus kenapa putus?"
"Karena seharusnya emang kita gak bersama dari awal."
Yena terdiam beberapa saat. Dirinya ingat alasan kenapa Changbin mengatakan jika lelaki itu tidak bisa bersama Chaewon. "Berarti lo ...menyerah?"
"Menyerah apa?"
"Lo gak memperjuangkan lagi hubungan lo sama Chaewon. Artinya lo menyerah dong?"
"Sampai kapanpun gue gak akan mendapatkan apa-apa kalau memperjuangkan dia. Lagian gue harus mulai memperjuangkan orang lain kan sekarang?" balas Changbin disertai sebuah smirk yang menjadi ciri khasnya.
Yena dapat merasakan aura-aura yang dikeluarkan oleh Changbin. Apakah lelaki itu benar menaruh hati padanya?
"Gue sadar kalau gue masih harus membuktikan diri ke lo soal keseriusan gue. Jadi mulai hari ini gue bakal deketin lo secara terang-terangan dan gue harap lo gak keberatan kalau gue ngedeketin lo secara ugal-ugalan dan maju paling depan kalau ada lawan!" ujar Changbin penuh gairah dengan kedua tangan yang kembali mengepal menunjukkan otot-otot lengannya yang besar. "Tinggal kasih tau aja lo mau pembuktian macam apa dari gue, bakal gue turutin."
"Lo sadar betapa berbahayanya kalimat lo barusan gak?" tanya Yena dengan tatapan yang mulai memicing tanda jika dirinya memiliki pikiran jahil.
"Sadar sih."
Yena mengangguk kemudian dengan senyum puas, "Kalau gitu gue mau lo ngaku dulu sama temen-temen lo soal status lo sebelumnya. Terus lo harus minta izin ulang dari orang tua gue kalau lo mau deketin gue. Setuju?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nefarious - Choi Yena
FanficSemua orang itu jahat, yang bikin beda adalah bagaimana caranya setiap orang menunjukkan kejahatan mereka. "Menurut gue, lo jahat. Jadi kalau suatu saat gue balik jahatin lo, jangan kaget. Gue juga bisa sama jahatnya kaya lo!"