SEMBILAN BELAS | Anugrah Ketiga
"Mungkin memang ini rencana terbaik dari Tuhan, memberinya anugrah ketiga untuk mempererat hubungan mereka yang sempat retak."
🌸🌸🌸
Kanaya menemui Tamara untuk menceritakan pertemuannya dengan Windy. Sahabatnya itu tidak berkomentar dan hanya menyesap kopinya.
"Nggak ada tatapan ganjen ke Jevano, nggak ada interaksi berlebihan di antara mereka. Tapi nggak tahu kenapa gue keganggu, perasaan ini wajar nggak si Mar?" ujar Kanaya sembari mengunyah blackforest keduanya. Di meja itu penuh dengan dessert pesanan Kanaya. Ada slice cake, blackforest, banana pound cake, pudding, dan segelas milkshake. Tadi Kanaya memesannya karena tampilannya terlihat menggoda di etalase.
Sedang Tamara hanya menyuap satu sendok tiramisunya sebelum dia anggurkan karena terlalu manis.
"Katanya mereka teman kuliah, tapi gue yakin hubungan mereka nggak sesederhana itu dulu!" Kanaya bersungut-sungut sambil menarik tiramisu milik Tamara.
"Jangan dipikir berlebihan, itu cuma bakal ngerusak pikiran lo. Lagian nggak mungkin Jevano selingkuhin lo."
Kanaya tahu Jevano cinta mati padanya, tapi tidak menutup kemungkinan selama dua tahun ini nama Windy juga mulai mengambil tempat di hatinya.
"Gue belum bisa lega pokoknya."
"Terus mau gimana? Lo selidikin?"
Kanaya mengendik, dia juga tidak tahu. Kini fokusnya hanya menyantap dessert-dessert lucu itu.
"Lo tumben banget doyan makanan manis, lagi PMS?" Tamara hanya berkata santai, tapi Kanaya langsung menatapnya dengan horor. Membuatnya kebingungan, mungkin dia lupa kalau sedang diet?
"Tanggal berapa sekarang?" tanya Kanaya sambil mengecak-acak tasnya untuk mencari ponselnya. Terlihat panik. Setelah menemukan benda persegi panjang itu, dia segera membuka aplikasi kalender menstruasi. Alis Tamara mengerut.
"Lo abis balikan nggak lupa pakai kontrasepsi kan?" giliran Tamara yang menatap Kanaya horor. Curiga karena Kanaya sekaget itu ketika disinggung terkait datang bulan. Sedang yang diberi tatapan hanya menggeleng lemah sambil menggigit jari.
"Goblok!" sontak Tamara mengumpat, bahu Kanaya anjlok usai melihat tanggal di mana seharusnya dia menstruasi yang ternyata sudah jauh terlewati.
"Telat berapa minggu?" Tamara teringat cerita Kanaya yang bermain tanpa tahu tempat. Dia yakin dari semua permainan itu keduanya sama-sama mengabaikan menggunakan alat kontrasepsi.
Wajah Kanaya langsung lesu, dessert di depannya jadi tak menarik lagi. Tubuhnya bersandar lemas di punggung kursi sambil mengelus perutnya dan mengingat beberapa tanda kehamilan yang tidak dia sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
After October
RomantizmPernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan. *** Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...