Season 2

77 4 0
                                    

__________

Season 2

__________

Sambil menunggu tatanan rambutnya selesai bocah itu memilih menggerak-gerakan tangan adiknya yang kebetulan sudah bangun. Dia sedang mengajak Jaken bermain agar tak menangis.

Tapi selanjutnya dia menanyakan sesuatu yang sulit dijelaskan oleh Nayeon.

"Mama marah dengan daddy ya?"

"Heum? Apa?"

"Mama marah dengan daddy"

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Kadang-kadang aku melihat mama menatap daddy dengan tatapan tak suka, seperti ini" kata Ocean sembari menirukan ekspresi wajah sang ibu. Melihat itu Nayeon tersenyum.

"Mama seperti itu?"

"Ya. Kenapa mama marah dengan daddy?"

"Karena daddy membuat mama kecewa. Jeyn, saat dulu daddy menyuruhmu berbohong pada mama tentang kakimu terluka, apa kau tidak marah dengan daddy? Kau tidak sedih?"

"Aku kan berbohong agar mama dan daddy tidak bertengkar. Aku juga sudah tidak marah. Biasanya aku membuat mama dan daddy marah, tapi kalian memaafkan aku. Jadi aku juga tak akan marah terlalu lama" jawab Ocean.

"Apa daddy belum meminta maaf pada mama?" tanya Ocean.

"Sudah"

"Tapi kenapa mama masih marah?"

"Terkadang daddy mengulangi kesalahannya dan meminta maaf lagi. Terus seperti itu, jadi mama masih kesal"

"Kalau daddy membuat mama marah lalu meminta maaf ya dimaafkan" Ocean.

"Kalau daddy membuat mama marah lagi bagaimana?" Nayeon bertanya.

"Kalau daddy meminta maaf ya dimaafkan lagi. Bukankah kita harus memaafkan?" Ocean dengan pemikiran anak-anaknya.

Ya, Ocean masih belum paham akan itu. Yang dia tau adalah harus memaafkan sesama, seperti yang selalu diajarkan orang tuanya. Tapi untuk permasalahan orang dewasa cara seperti itu agaknya tak berlaku.

___^_^___

"Hallo Nay?"

"Apa aku mengganggumu?" tanya Nayeon.

"Tidak. Aku baru saja sampai di rumah. Ada apa?"

"Kata Jeyn aku harus memaafkanmu" ujar Nayeon.

Jungkook sepertinya terkikik, dia pasti membayangkan putrinya.

"Kalau tak mau, kau tak harus memaafkan aku. Tapi tolong jangan menjauh, itu saja" Jungkook terdengar pasrah namun masih tertawa kecil.

"Yahh... Bukankah kau berharap kita rujuk? Apa kau sudah tak mengharapkan itu?"

"Sepertinya sulit mengharapkan wanita yang bisa hidup mandiri sepertimu"

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang