01 - Mimpi yang saya dapatkan setiap hari.

92 14 19
                                    


Ada fenomena aneh yang beberapa hari ini selalu terjadi pada saya. Tentang sebuah mimpi yang berulang. Hari demi hari di setiap tidur, saya selalu mendapatkan mimpi tersebut. Mimpi yang sama, memunculkan kisah masa depan saya seakan-akan itu memang sudah terjadi. Saya enggan untuk percaya lantaran mimpi hanyalah bunga tidur. Namun, dari seringnya mimpi itu datang membuat saya tidak bisa lagi tidur nyenyak.

Ada seseorang yang pernah saya ceritakan perihal mimpi ini. Meskipun saya tidak menceritakan secara detail isi mimpinya, tetapi saya menceritakan sedikit dari mimpi tersebut. Saya mengatakan, di dalam mimpi di masa depan saya akan mati dan melihat sedikit gambaran menuju kematian tersebut. Aslinya, banyak. Saya banyak melihat gambaran dari perjalanan hidup saya dimulai dari ini hingga nanti di waktu kematian tiba.

Orang tersebut bercerita balik terhadap saya bahwa dahulu ia pernah berguru pada seorang priest–orang suci gereja–dan mendapatkan banyak ilmu kebatinan. Salah satunya ia mendapat pengetahuan mengenai mimpi, bahwa mimpi itu bisa jadi juga adalah petunjuk dari Dewa. Terkadang Dewa menyampaikan wahyunya kepada orang terpilih melalui mimpi-mimpi mereka.

Mendengar penuturan demikian, saya penasaran dengan seorang priest yang ia bicarakan dan memutuskan untuk pergi menemuinya. Priest tersebut adalah utusan Dewa Kematian. Di kuil Dewa Kematian, saya berkonsultasi kepada seseorang yang berjaga di depan pintu masuk dan saya pun dipersilakan menemui priest di sini.

Saya diam di tempat dalam posisi duduk melipat kedua kaki dan kepala tertunduk dalam. Sedang priest yang bertugas ini memegangi kepala saya cukup lama. Saat ia tidak lagi menyentuh bagian kepala saya, saya pun mendongak dan mendapati ia yang menyatukan dua telapak tangannya di depan dada. Matanya terpejam dengan mulut bergerak. Mungkin merapal sesuatu yang tidak saya ketahui itu apa.

Hanya berselang beberapa puluh detik dari itu, ia pun membuka mata serasa berucap, "Ada jiwa lain yang mendiami tubuhmu."

"A-Apa?" Saya tidak mengerti apa yang dimaksud olehnya.

"Ada jiwa dari orang yang sudah mati terjebak dalam tubuhmu. Ia tidak bisa tinggal dengan sempurna tetapi juga tidak bisa pergi." Itu penjelasan yang terlalu fantasi untuk bisa saya mengerti. Saya tahu bahwa di dunia ini memang ada yang namanya sihir. Namun, mengetahui ada jiwa orang lain di tubuh saya rasanya agak mustahil.

Penyihir mana yang melakukan hal demikian? Saya mengingat-ingat waktu kehidupan saya sedari lama tetapi tidak menemukan bahwa saya memiliki musuh seorang penyihir. Meskipun status sebagai seorang putra bungsu Duke membuat saya banyak dimusuhi apalagi oleh musuh-musuh di medan perang. Namun, sekarang mau berkata tidak mungkin pun sudah tidak bisa. Kemungkinan-kemungkinan mustahil yang ada di otak saya sudah terbantahkan oleh fakta. Bahwa ada penyihir yang mengirim jiwa mati ke diri saya meskipun entah tujuannya dan efeknya seperti apa.

"Apa itu akan berdampak buruk pada saya, Tuan Priest?" Saya bertanya.

"Jiwa itu terkutuk." Sial sudah nasib saya mendengar jawaban itu. Fakta ada jiwa lain saja sudah membuat tidak nyaman dan sekarang fakta lain terungkap.

"Apa kutukan yang dibawanya akan berpengaruh pada saya?" Saya bertanya lagi.

Priest adalah orang pilihan Dewa yang memiliki kebatinan tinggi hingga mampu mendengar suara Dewa. Ia berkata, "Dewa Kematian memberitahu saya bahwa jiwa itu tidak bisa pergi ke alam kematian karena masih terhubung dengan dunia ini melalui Anda."

"B-Bagaimana bisa terhubung dengan saya?" Saya bertanya lagi.

Priest itu tidak menjawab. Ia berpindah tempat ke sebuah altar dan mengambil sesuatu dari meja panjang yang ada di sana. Ia menggumamkan sesuatu lalu menyentuh benda berbentuk mangkuk emas tersebut. Sepertinya ia membaca do'a.

Lantas, ia mendekat lalu menyerahkan semangkuk air putih dan meminta saya menerimanya. Ia berucap, "Minumlah itu sebelum tidur. Saya sudah memberikan do'a agar Anda bisa bertemu dengan jiwa yang menghantui Anda."

Saya menerima semangkuk air do'a pemberian sang priest lantas kembali pulang saat sudah tak ada lagi yang bisa kami bicarakan. Sebelum pulang, priest memberi saya pesan bahwa kapanpun saya butuh untuk urusan hal tersebut bisa datang kapan saja ke kuil Dewa Kematian. Ya, saya harap dengan meminum air pemberian priest bisa membuat saya bertemu dengan jiwa mati itu dan memulangkannya dengan baik. Jikalau saya tidak bisa mendapatkan titik terang akan hal itu, mungkin saya perlu untuk kembali datang ke kuil Dewa Kematian dan melakukan pengusiran.

Setibanya di kediaman, saya memberikan air pemberian priest pada pelayan dan memintanya untuk menyiapkan di kamar saya setiap malam. Kemudian saya beranjak pergi ke halaman belakang kediaman, melihat-lihat rumah kaca yang biasanya saya pakai untuk bersantai. Namun, saya tidak jadi melangkahkan kaki saat kakak tertua sedang duduk bersantai dengan seorang wanita berambut pirang panjang dan mengenakan mahkota di kepalanya.

Saya tersenyum simpul melihat bagaimana interaksi keduanya yang terlihat manis. Kakak saya, putra pertama sekaligus calon penerus keluarga Duke von Stuart, sedang bersama dengan tunangannya, Yang Mulia Putri Esmeralda.

"Ergan." Suara seseorang memanggil. Saya secara spontan menolah dan mendapati kakak kedua saya menghampiri. Ia berjalan santai dengan senyum manisnya.

"Ada apa, Kak Elbar?" tanya saya saat ia sudah berdiri dekat di sini.

"Apa kau iri melihat Kak Etran akan menikah dengan putri seorang raja?" tanyanya. Mata Elbar sedikit menyipit seakan ia sedang menggoda adik bungsunya.

Saya hanya terkekeh pelan. "Saya tidak iri dan tidak memikirkan hal-hal seperti itu, Kakak."

Decakan lidah terdengar dari Elbar. Ia menyikutkan lengannya pada badan saya. Lantas ia lanjut bicara, "Suatu saat kau juga harus menikah, Ergan. Banyak wanita bangsawan sudah mendekatimu dan kau masih saja acuh tak acuh."

"Saya bermimpi suatu saat nanti saya bisa menjadi pedang bagi raja," balas saya.

Benar. Impian terbesar saya adalah menjadi kekuatan yang bisa menopang pertahanan kerajaan ini. Jika dibandingkan dengan kakak pertama–Etran von Stuart–yang akan menjadi Duke sekaligus panglima perang di kerajaan ini, saya lebih ingin menjadi kesatria yang bergerak hanya untuk raja itu sendiri.

Saya mengagumi Yang Mulia Raja saat ini sekaligus Putra Mahkota yang akan menjadi penerusnya. Mereka adalah orang-orang hebat yang begitu memedulikan rakyat. Kerajaan Timathus sejahtera di bawah kepemimpinan bijaksana mereka. Ke depannya pun akan seperti itu dengan saya yang akan mengabdikan diri sepenuhnya pada kerajaan dan siapapun yang duduk di atas tahtanya.

Namun, mimpi saya benar-benar mengganggu. Jika memang mimpi tersebut adalah petunjuk dari Dewa, mengapa Dewa memperlihatkan pada saya tentang jadwal hukuman mati diri saya sendiri? Bahkan saya melihat di dalam mimpi, orang yang memenggal kepala saya adalah Putra Mahkota yang baru saja naik tahta.

Saya segera menggelengkan kepala untuk mengenyahkan mimpi tidak jelas seperti itu. Tekad yang saya bangun tidak boleh sampai longgar hanya karena mimpi yang belum pasti benar.

.

.

Dipublikasikan pertama kali pada :
Jum'at 29 Desember 2023, 08:04 WIB.

.

A/N : Sedang mencoba gaya bahasa baru ~
Semoga suka~

🌹Resti Queen.

Not Your Typical Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang