23

4.7K 550 12
                                    

Tok Tok Tok

Derryl melongok ke dalam ruangan dari celah pintu yang terbuka sedikit. Ia lihat Klein tengah sibuk mondar-mandir mengecek setiap sudut dan tempat di dalam ruang kerjanya. Seolah sedang mencari sesuatu.

"Kau sedang apa? Tidak ke ruang rapat? Yang lain sudah menunggu dari tadi."

Klein asik menyibak tirai, mencari dibalik pot tanaman hias, mengintip ke sela-sela buku di rak tapi ia masih tak menemukan apa yang ia cari.

"Ada apa sih?" Akhirnya Derryl melangkah masuk ke dalam.

"Hilang...." Klein bersandar dengan lemah di samping kursi kerjanya.

"Apanya yang hilang?"

"Benda itu... Ric.... Mati aku kalau dia sampai tau aku menghilangkannya."

Klein hanya bergumam tak jelas membuat Derryl kesal sendiri. Mau tak mau dia menarik lengan ketua LE itu dengan paksa untuk mengikutinya ke ruang rapat.

'Benda apa sih? Ric...? Bukannya itu nama kucing yang dipungut Klein waktu itu?'

Sementara Derryl membatin dengan perasaan dongkol di tempat lain 'benda' yang dimaksudkan tengah bertahan antara hidup dan mati.

Kucing abu-abu yang lucu itu tengah bergelantungan di dahan pohon demi keselamatan hidupnya saat ini. Sementara di bawah pohon itu segerombolan serigala yang terinfeksi menggila berusaha menggapainya.

"Hahahaha....." Di dahan pohon seberangnya seorang anak laki-laki dengan jubah coklat tua memegangi perutnya tertawa terpingkal-pingkal. Seolah-olah kemalangan kucing kecil itu adalah hiburan baginya.

"Haha... haduh dasar makhluk lemah...." Dia mengontrol tawanya bersamaan dengan angin berhembus membuat tudung jubahnya terbuka dan terlihatlah rambut perak yang pekat dan indah. Pasti kalian sudah bisa menebak siapa anak bermata merah itu, tentu saja dia Xander kita yang manis😊.

Bocah itu meloncat turun sehingga perhatian kawanan serigala teralih padanya. Namun hanya dengan sekali sapuan tangan semua serigala itu terhempas kesana kemari.

"Nah kucing penakut," Xander mendongak pada kucing yang masih gemetaran di atas sana. Dia tersenyum cerita sembari merentangkan tangannya, "Ayo turun sini."

Namun kucing itu masih was-was dan tampak memusuhi Xander.

Xander berpangku tangan. Ia mengelus dagunya tampak berpikir keras.

"Hmm.... Memangnya aku semenyeramkan itu?" Monolognya sambil mengamat-amati tubuhnya sendiri. "Padahal aku yang sekarang kelihatan seperti anak baik-baik yang penurut. Kenapa dia setakut itu ya?"

Lalu dia mendongak lagi pada kucing di atas sana, "Ah aku tau. Kau pasti benci setengah mati dengan orang yang menggunakan tubuh mu seenaknya kan, Ric?"

Xander menunjukkan seringai yang terlihat kontras dengan wajahnya yang terkesan manis, "Heh.... Siapa suruh kau itu lemah sekali."

Dan Cedric yang terjebak dalam tubuh kucing abu-abu itu merinding sekaligus kesal, "Hiiii dasar iblis gila! Kembalikan tubuhku dasar brengsek huhuuuu....."

Kucing itu malah berguling-guling diatas sana dengan suara tangisnya yang berisik. Xander sampai harus menutup telinga karena suaranya sangat mengganggu. Dia berdecak sebal.

"Inilah kenapa aku benci anak kecil."

Begitu katanya. Sama sekali tidak sadar kalau dia itu juga masihlah seorang bocah ingusan yang akan ribut begitu juga kalau sudah dianiaya Liam.

||||||||

Liam mengusap-usap telinganya yang berdenging. Ia mengernyit sementara kakinya terus melangkah menyusuri area hutan di belakang akademi. Begitu mendengar suara tawa anak kecil sayup-sayup ia mempercepat langkah ke arah sumber suara.

Be The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang