15.Hanya Malam Ini

410 26 22
                                    

Patricia melangkah mundur, menghindari Josh yang terus mengikis jarak, mendekat padanya.

"Josh, pergilah, kumohon."

Di sisa-sisa kesempatan, Patricia masih berusaha menghentikan Josh. Tapi, usahanya sia-sia belaka, langkahnya terjegal tepi ranjang, hingga jatuh terduduk di atasnya.

Habislah....

"Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu...," bujuknya, dengan sorot mata yang tak lepas dari kemolekan tubuh Patricia yang hanya terbalut pakaian minim.

Mana mungkin Patricia percaya dengan bujukan pria yang sedang dibelenggu nafsu, dari tatapannya saja sudah membuat merinding.

Patricia berangsur mundur sampai punggungnya mentok di sandaran ranjang. Di saat terpojok, tiba-tiba layar ponsel di sampingnya menyala akibat tertekan telapak tangan. Layar kunci ponselnya menampakkan foto Patricia bersama kekasihnya.

Josh tak kuasa melihat semua itu lebih lama, hanya sepintas saja sudah membuat dadanya terbakar. Ingatannya mundur ke belakang saat Patricia berciuman dengan kekasihnya di parkiran basemen jazz bar.

Tertampar kenyataan.

Tangan Josh terkepal kuat. Ingin rasanya membanting hp itu sampai remuk.

Gairah yang menggebu seketika padam, seperti bara tersiram air. Josh duduk di tepian ranjang membelakangi Patricia. Akhirnya sadar, memaksakan kehendak hanya akan membuat Patricia semakin jauh darinya. Sedangkan, untuk mengembalikan kepercayaannya tidaklah mudah.

Patricia belum beranjak dari tempatnya, mengamati Josh yang semula beringas, dalam sekejap tertunduk lesu. Apa Patricia merasa, di balik diamnya lelaki itu terdapat hati yang remuk redam. Kegagalan terbesar dalam hidupnya, tidak bisa memiliki wanita yang dicintai.

Ada rasa tidak tega dalam benak Patricia melihat sosok gagah itu, pasrah dirundung sesal.

"Aku hanya punya satu hati, semua habis di kamu, Patricia. Aku tidak tahu bagaimana menjalani hidup bila kamu kembali menghilang. Kamu tahu, betapa bahagianya bisa kembali melihatmu setelah sekian lama. Kamu yang membawa semangat hidupku kembali. Mungkin, Tuhan tidak membiarkanku menjadi manusia serakah, bisa jadi partner kerjamu saja harusnya sudah bersyukur."

Patricia mendengarkan baik-baik curahan hati Josh Bastian. Hatinya kembali terombang-ambing dalam kebimbangan. Meski berat mengakui, kenyataannya Josh adalah cinta pertamanya, dan hingga saat ini belum ada yang bisa menggantikan.

Mata yang sedang terpejam terbuka perlahan, ada kehangatan menyentuh punggungnya, diikuti dekapan sepasang tangan di pinggangnya. Wajah muramnya menoleh ke belakang, hampir tak percaya sosok mungil itu lebih dulu memeluknya. Josh membiarkannya selama beberapa saat, menikmati lembut dan hangatnya pelukan sampai ke hatinya. Josh merasakan punggungnya yang tidak terbalut kain apa pun, dibasahi air mata. Josh tidak bisa membiarkan Patricia berlarut-larut dalam tangis, membalikkan badan, mendekap tubuhnya erat-erat.

Josh singkap rambut di wajah Patricia, menyelipkan di belakang telinganya. "Bila di balik tangismu hanya ada rasa kasihan, itu sama sekali tidak perlu. Aku akan berlapang dada menerima kenyataan."

Patricia menggeleng. Air matanya semakin deras berjatuhan. "Menahan perasaan ini sungguh menyiksa. Bila aku jujur, aku cinta kamu, apa kamu akan percaya?"

Josh menghela napas panjang, menghembuskan perlahan. Memang itu yang ingin didengarnya, namun entah mengapa kini terasa hampa.

"Sekalipun kamu tidak bilang, naluriku lebih tajam membaca isi hatimu."

Josh kembali membawa Patricia dalam dekapan hangatnya. Membenamkan kecupan dalam-dalam di puncak kepalanya.

Josh merapatkan telapak tangannya di kedua sisi wajah Patricia. Bibir ranum itu selalu berhasil menghipnotisnya, menariknya untuk mereguk manisnya madu. Josh selalu dibuat terlena dengan lembutnya bibir Patricia. Tanpa ada keraguan, Patricia membalas ciumannya. Tangannya merapat di punggung kokoh lelaki itu. Padahal bukan yang pertama, namun rasanya selalu seperti first kiss yang membuatnya penasaran, ingin terus mengulangnya.

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang