"Guru sialan, mereka pikir kita apaan? Robot?" maki Jeongwoo seraya menendang kerikil kecil di jalan."Ya elah Woo, kayak ga tau guru IPA aja lo," timpal Junghwan.
"Ya seenggaknya diterangkan dulu!" bantah Jeongwoo.
"Eh, eh, Woo."
"Ngapa?!"
Junghwan menarik tangan Jeongwoo menuju lorong gelap yang sepi, Jeongwoo hampir saja berteriak jika Junghwan tak membungkam mulutnya. Mereka berdua menghampiri gumpalan sesuatu yang berbulu putih, entah apa itu.
"Apaan cok!" teriak Jeongwoo.
"Sstt!" Junghwan meletakkan jari telunjuknya di bibir Jeongwoo.
Perlahan, tangan besar Junghwan mendekati gumpalan berbulu yang bergetar itu. Junghwan menyentuhnya, sontak si gumpalan terkejut dan semakin meringkuk. Junghwan mulai jongkok, ia mengangkat si gumpalan dan membersihkan bulu putihnya yang terkena tanah. Jeongwoo mengerjab bingung, ternyata itu adalah seekor kelinci. Lantas mengapa Junghwan mengangkatnya? Bukankah Junghwan tak suka hewan?
"Sstt, tenang.. ga papa.." gumam Junghwan seolah menenangkan si kelinci.
"Wan, tuh kelinci mau lo apain?" tanya Jeongwoo yang sedari tadi menahan gejolak penasaran di hatinya.
"Pelihara," jawab Junghwan singkat. Entah sadar atau tidak, Junghwan melengkungkan bibirnya ke atas, menciptakan kurva yang indah.
Jeongwoo dibuat semakin bingung dengan munculnya kurva indah itu, Junghwan tak pernah tersenyum hanya karena seekor binatang. Dan ia tak pernah melihat Junghwan menyentuh hewan bahkan sekalipun. Melupakan rasa bingungnya, Jeongwoo menggerakkan tangan untuk mengelus bulu lembut si kelinci.
"Lucu," gumam Jeongwoo.
"Iya, kan? Nama-nya Dobby."
"Lah? Emang dia ga ada yang punya? Main pelihara aja lo," ujar Jeongwoo berniat menggoda.
"Belum. Liat lehernya, ga ada kalung," elak Junghwan.
"Iya, sih.."
ฅ(^・ω・^ฅ)
Jeongwoo merebahkan tubuh lelahnya di kasur asrama, mengundang tatapan bingung dari sang senior. Jihoon, senior itu mendekati Jeongwoo dan menepuk paha Jeongwoo keras sehingga Jeongwoo berteriak kesakitan.
"Buset kak," ujar Jeongwoo seraya mengelus paha-nya yang terasa panas.
"Pulang sekolah tuh ganti dulu seragamnya, bukannya malah tidur!" nasehat Jihoon.
"Iya, iya," Jeongwoo mengerucutkan bibirnya.
Jeongwoo melepas kancing seragamnya, lalu melepas seragam itu sehingga menampakkan tubuhnya yang cukup terbentuk. Jihoon melebarkan mata bulatnya, sedikit tidak percaya dengan adik kelasnya yang memiliki perut atletis sepertinya. Walau milik Jihoon lebih terbentuk tentunya. Merasa tersaingi, Jihoon ikut melepas kaos olahraga khas seragam sekolahnya. Lalu Jihoon tersenyum sinis, membuat Jeongwoo terkekeh santai.
"Mau adu perut, kak? Duh, kalau adu perut mah, gw kalah ya. Kalau adu yang di bawah paling besaran punya gw," ujar Jeongwoo.
"Dih, punya gw tigapuluh centi! Pasti lo lebih kecil, kan?" balas Jihoon tak terima.
"Alah, selisih empat centi sama gw."
"Lo duapuluh enam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Kitten?? || JeongHaru
Fantasy"ANAK KUCING SAPE NIH?!" - Jeongwoo "PERATURAN ASRAMA NOMER DUA, GA BOLEH TERIAK!!" - Jihoon "Lo juga teriak, jingan!" - Jeongwoo bagaimana jika kalian menemukan seekor anak kucing tertidur di samping kasur asrama kalian? kaget, pastinya. begitu pul...