Hujan mulai mengguyur sejak sore hari, orang-orang di jalanan berlarian mencari tempat untuk meneduh. Suasana cafe sore ini cukup sepi, hanya beberapa meja saja yang terisi pengunjung. Salah satu pengunjung di sana tak lain adalah Renjun yang sedang duduk di pojok cafe sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke permukaan meja, menunggu seseorang.Jarum jam di pergelangan tangannya menunjukkan angka setengah lima lewat. Harusnya seseorang yang ia tunggu sudah sampai, tapi entahlah mungkin jalanan sedang macet saat ini. Renjun menyandarkan tubuhnya pada sofa sambil melamun menatap buku menu di atas meja yang belum ia sentuh dari awal kedatangannya.
"Renjun." Seseorang menyapanya. Cukup nyaring terdengar karena suasana cafe yang sedikit sepi.
"Lama sekali," ucap Renjun melihat sang kakak yang datang dengan setelan jas kerjanya.
"Macet terus hujan." Doyoung menarik kursi di bawah meja, duduk berhadapan dengan Renjun.
Renjun hanya mengangguk mencoba memaklumi sang kakak yang telat hampir setengah jam. "Mau pesan apa? Aku belum pesan apa-apa dari tadi." Ia mendorong buku menu di atas meja ke hadapan Doyoung.
Doyoung melambaikan tangannya kepada pelayan cafe. Ia buka buku menu yang disodorkan oleh Renjun di meja, melihat-lihat menu di tiap halaman sebelum menyebut pesanan mereka masing-masing.
"Kenapa ingin bertemu?" tanya Renjun sedikit heran. Sejak siang tadi, sang kakak terus mengirimkannya pesan, bahkan tak segan meneleponnya untuk bertemu di sebuah cafe yang terletak di pusat kota.
"Tidak boleh memangnya?"
"Tidak apa sih, aneh saja."
Beberapa belas menit kemudian pesanan mereka sampai ke atas meja. Keduanya makan dan minum dalam diam. Seperti apa yang diajarkan keluarga mereka, bahwa tak ada yang boleh berbicara saat sedang makan.
Renjun meletakkan garpu dan sendoknya ke atas piring, makanannya kini sudah habis. Ia menenggak minumannya lalu menatap Doyoung di hadapannya yang melamun sambil mengunyah makanan. Sedikit aneh melihat hal itu, tapi karena tak ingin mengganggu, ia memilih menunggu sang kakak menyelesaikan makannya terlebih dahulu baru setelahnya bertanya.
"Kau baik-baik saja?"
"Harusnya aku yang bertanya, apa kau baik-baik saja?" Doyoung mendongak setelah mengelap bibirnya dengan tisu.
Renjun menelan ludahnya dengan gugup sebelum mengangguk terbata. Doyoung langsung berdecak melihatnya. "Aku kakakmu. Kau pikir aku bisa dibohongi?"
"Ada apa?" Renjun bingung, dahinya mengerut menatap sepasang mata yang nampak berbeda dari biasanya. Renjun tidak mengerti ke mana arah pembicaraan sang kakak.
Doyoung menghela napasnya pelan, lantas berkata. "Jelaskan semuanya."
"Jelaskan apanya!?" ucap Renjun sedikit membentak. Nafasnya memburu tiba-tiba. Ia tidak mengerti sama sekali maksud Doyoung.
"Aku melihatmu di rumah sakit. Di poly kandungan," lanjutnya.
"Kau mengikutiku?"
"Aku sedang menjenguk temanku, lalu tiba-tiba melihatmu datang bersama Jaehyun."
Renjun terdiam cukup lama hanya untuk merasakan kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Terkejut mendengar hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | JaeRen✔️
FanficBerawal dari kejadian di sebuah pesta, masalah mulai datang perlahan ke dalam hidupnya. Setiap Renjun berada dalam masalah itu, ia tanpa sengaja akan selalu bertemu dengan Jaehyun, penolongnya. Start : 25/04/23 Finish : 11/02/24 RANK #1 JAEREN 23/12...