6. Tidak Peka.

170 32 5
                                    

"Selesai." Kata Jihyo dengan bangga setelah berhasil membungkus kado untuk anaknya Mina dan Chaeyoung.

"Gua masih gak habis pikir sama lo, kenapa lo bisa-bisanya beli sepatu bayi sih?" Ucap Sejeong pada Jihyo yang kini menatap sepasang sepatu bayi di meja tergeletak begitu saja.

"Gua juga gak tau kenapa bisa gua beli itu, Lucu aja sih." Balas Jihyo. Sejeong mendelik melihat perilaku teman nya itu.

Karena ketika mereka berdua berada di toko perlengkapan bayi tadi untuk mencari kado putri Mina dan Chaeyoung, Jihyo tanpa sengaja melihat sepasang sepatu bayi berwarna biru muda yang tampak menggemaskan baginya, dan dalam sekejap ia langsung membelinya. Sungguh aneh, bukan?

"Lucu banget gak sih?"

"Lo sakit ya? Aneh banget tau gak?" Sejeong mendekat ke arah Jihyo, ia berpura-pura mengecek suhu tubuh Jihyo.

"Apaan sih, Je." Tepis Jihyo.

"Lagian lo aneh banget, kenapa tiba-tiba beli itu sepatu bayi— apa lo lagi hamil?" Jihyo mengerutkan keningnya.

"Enggaklah, gila kali lo." Sanggah nya. Sejeong memincingkan matanya kepada Jihyo. "Gua cuman mikir kalo itu sepatu lucu aja, Seje." Lanjutnya.

"Gak ada tuh yang mikir selucu itu sampe beneran beli sepatu bayi yang padahal punya bayi aja belum. Kalo ada sesuatu yang pengen lo omongin, cerita aja ke gua." Sejeong mendekatkan diri ke arah Jihyo, berharap sahabatnya itu mau bercerita padanya.

"Gua cuman akhir-akhir ini ke distract sama kata bayi aja. Mungkin akan lucu kalo misalkan gua suatu saat nanti punya anak, gua jadi kebayang suasana kehidupan gua yang harmonis sama Tzuyu dan anak-anak."

"Berarti lo udah siap punya anak sekarang?"

"Kalo ditanya siap, ya gua siap aja selama ini. Umur gua juga udah tua... tapi gua gak berani untuk ngomongin ini sama Tzuyu, apalagi dia baru balik ke entertain."

"Jihyo sahabat gua yang unyu-unyu. Lo gak ingat masalah lo kemarin sama Tzuyu? Itu karena kalian berdua kurang komunikasi dan gak enakan untuk ngomongin apa yang kalian mau satu sama lain, lo mau kejadian itu terulang lagi?" Jihyo langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Cuman waktu nya masih terlalu awal Seje. Gua aja nikah baru berapa bulan."

"Semua keputusan ada di lo. Udah nih, minum dulu." Jihyo mengambil air putih yang di sodorkan Sejeong.

✨✨✨

"Hai kak, boleh minta foto?"  Tzuyu yang tengah mengantri untuk membeli kopi di sebuah kedai kopi dekat agensi nya menoleh ke bawah ketika melihat seorang perempuan kecil yang diperkirakan berusia 7-9 tahun berbicara padanya.

"Oh, iya hai. Boleh-boleh." Tzuyu menundukkan tubuh nya agar sejajar dengan bocah tersebut dan tersenyum pada kamera yang mengarah padanya, yang kemungkinan itu adalah ibu dari bocah kecil tersebut.

"Emangnya kamu kenal siapa aku?" Tanya Tzuyu ketika sudah selesai memotret, anak kecil tersebut mengangguk lucu. "Iya. Ibuku menonton mu dan grup mu hampir setiap hari, bahkan aku juga hapal lagumu..." Tzuyu tertawa gemas dan mengusap kepala bocah tersebut.

Tzuyu melihat kepada Ibu dari bocah tersebut dan tersenyum hangat, "Mari kita ambil foto bersama," Ajak Tzuyu yang membuat Ibu dari anak tersebut tersenyum malu-malu.

"Terimakasih, aku akan selalu mendukung karir mu. Dimana kak Jihyo?" Tanya Ibu itu.

"Sama-sama, makasih juga. Jihyo di rumah, aku sedang ada pekerjaan disini." Jawab Tzuyu dengan ramah.

"Sekali lagi terimakasih dan sukses selalu." Tzuyu melambai pada Ibu dan bocah kecil tersebut sampai keduanya menghilang keluar dari kedai tersebut.

Entah mengapa Tzuyu jadi memikirkan hal yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, apakah ia akan seperti itu jika memiliki anak? Anak? Kata itu saja masih terasa asing di lidah nya, tapi akan lucu jika membayangkan hal-hal seperti itu terjadi pada dirinya dan Jihyo.

"Maaf, mau pesan apa?" Seorang penjaga counter kedai tersebut menginterupsi kegiatan mengkhayal nya. "Ya, saya mau pesan..."

✨✨✨

"Chewy~" Teriak Jihyo ketika dirinya baru saja sampai di apartemen miliknya dengan kedua tangan penuh dengan barang belanjaan seusai bermain dengan Sejeong.

"Kamu beli apa lagi? Perasaan aku cuman bilang mau nitip kado buat anak Michaeng aja, kenapa jadi banyak banget begini?" Tzuyu mengambil sebagian papper bag itu dari tangan istrinya dan membawanya ke ruang tengah.

"Aku beli hal yang penting kok— nih, ada tempat buat naruh bumbu, ada cangkir lucu juga, terus..." Jihyo kesulitan mengeluarkan barang-barang yang ia beli, namun nampak antusias untuk membuka semuanya.

"Cangkir nya kok tiga?" Tanya Tzuyu.

"Iya, aku beli paket family. Lucu kan? Ada yang buat anak kecil juga. Itu aku beli karena ada promo." Tzuyu hanya geleng-geleng kepala mendengar nya.

"Handuk paket keluarga juga. Lucu kan?!" Jihyo menampilkan reaksi berlebihan nya pada barang-barang yang ia beli, "Iya lucu kok, cuman ini tuh gak penting-penting banget sih. Kita gak terlalu butuh barang ini, karena yang lama masih bagus." Jihyo mencebikkan bibirnya.

"Ishh." Tzuyu menelan ludah nya dengan kasar karena melihat Jihyo yang menatap nya tajam. "Setidaknya itu harga in dong, aku beli ini semua karena aku ingat terus sama keluarga... liat tuh, aku beli paket keluarga semua, itu karena aku juga mikirin kamu. Kok malah kesan nya aku yang kaya buang-buang waktu dan uang?! Gitu maksud kamu?!"  Jihyo meninggikan ucapan nya, ia kesal sekarang dan malu di saat yang bersamaan.

"Gak gitu sayang, cuman kan..." Tzuyu melakukan pembelaan, tapi Jihyo sudah malas membalas nya. "Udah lah, buang aja semuanya." Jihyo meninggalkan Tzuyu begitu saja, ia masuk ke dalam kamar sambil menutup pintu dengan keras.

"Sejeong sialan. Katanya bakal berhasil?!"

Dengan saran dari Sejeong yang katanya untuk membuat Tzuyu peka dengan keinginan nya mempunyai anak, malah menjadi pertengkaran dalam rumah tangga nya.

"Sialan."

✨✨✨

Halo. Selamat hari Nyepi.

Besok udah mulai puasa. Maapkeun kesalahan author ya. 🙏🏻💛

Jangan lupa untuk Vote & Komen kesan kalian terhadap cerita ini ya.

Lopp u all.

-CaCa-

Home | JitzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang