Bahagia itu sederhana. Saat kita dicintai orang yang tepat tanpa takut diadili oleh kesalahan.
***
Minjae melihat ke luar jendela untuk yang kesekian kali. Ramalan cuaca pagi ini ternyata benar. Hujan akan turun mulai sore hari sampai malam. Sementara ia masih terjebak di ruang kerjanya padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Minjae beralih pada ponsel di atas meja. Tidak ada pesan balasan atau telepon dari suaminya. Dia menggigit bibir cemas. Dari arah kaca ruangan, Minjae melihat sisa karyawan yang sejak tadi bertahan dengannya pun sekarang sudah bersiap untuk pulang.
Akhirnya Minjae raih lagi ponsel itu. Dia tekan tombol voice note.
"Kak, aku nggak tahu kamu dimana. Aku udah coba telepon dari tadi. Aku pulang sendiri ya? "
Dia mengirim pesan itu. Keraguan tiba-tiba hadir. Pulang sendirian jelas berbahaya. Apalagi Minjae tidak terbiasa naik bis atau taksi. Belum apa-apa dia sudah membayangkan skenario buruk yang mungkin terjadi. Kecelakaan, atau mungkin penyerangan acak yang beberapa kurun waktu terakhir marak jadi isu.
"Kak, ini kenapa sih ceklis satu terus? Ya udah aku pulang sekarang. "
Dengan perasaan kesal, Minjae mematikan komputer, membereskan barang-barang pribadinya lalu keluar dari ruangan. Dia berpapasan dengan beberapa karyawan yang juga hendak naik lift untuk turun.
"Kak Minjae dijemput? " tanya salah satu dari mereka waktu mereka mencapai lobi.
"Yaahhh kayaknya_" jawab Minjae tidak yakin sambil melihat ke pelataran parkir.
"Pasti dijemputlah. Suami Kak Minjae itu paling konsisten pokoknya. Apalagi hujan-hujan gini, " temannya yang lain berseloroh.
Minjae mengulum senyum. Mereka lalu berpamitan dan setengah berlari keluar dari area pelataran kantor untuk naik taksi. Tinggal Minjae sendiri di sana. Pemuda itu kemudian membuka payung bewarna putihnya dan mulai menyusuri jalanan kota yang ternyata masih cukup ramai oleh pejalan kaki.
Si omega mungil merapatkan jaket. Dia melihat sekeliling dengan waspada. Langkahnya sedikit tersendat, menghindari pejalan kaki lain agar tetap berjarak dengannya. Setelah setengah mati berusaha mengatasi ketakutan dalam beberapa menit perjalanan, Minjae akhirnya sampai di halte bis. Namun kekhawatiran itu bukannya hilang, malah semakin menjadi. Berapa kali bis lewat dan membukakan pintu tapi dia tidak menaikinya. Minjae menatap ke arah bis yang hanya diisi beberapa penumpang itu berlalu menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLEMNRAIN 🔞 || KIM MINJAE
FanficUniverse Kim Minjae dan tiga galaksi yang mengelilinginya. Terdiri dari berbagai jenis cerita, one shoot atau long book ❤❤ cover by : hobiholygraph