29. Pilihan

970 127 10
                                    


Suara sepatu pantofel terdengar nyaring di kesunyian. Seorang pria yang mengenakan jas putih dokter berjalan dalam lorong gelap rumah sakit. Dia menggeser pintu ruang rawat begitu tiba di tempat tujuannya.

Mematikan pengharum ruangan berisi obat bius sebelum dia membuka masker wajahnya dan tersenyum melihat semua orang tampak tertidur pulas karna pengaruh obat bius miliknya.

"Kita bertemu lagi Jeon Taehyung" kata pria itu mendekati Taehyung yang tertidur di sofa. Menyentuh wajahnya, sedikit menelusurinya sembari menahan tawa.

Sebelum mengangkat tubuh Taehyung dari sofa dan membawanya keluar dari ruangan.

.

.

.

Seyoung menunduk ketika dia berdiri di hadapan meja Jungkook. Dia tidak tahu alasannya mengapa dokter sesibuk Jungkook memanggilnya di tengah malam padahal itu jelas bukan jam kerjanya.

"Kau tahu kenapa aku memanggilmu?" Tanya Jungkook dia melepaskan kacamata miliknya ketika dia berhenti menulis.

Gadis bernama Seyoung tiba-tiba menjadi gugup seketika. Itu jelas menunjukkan kalau dia memang bersalah, tangannya saling meremas dengan keringat dingin yang turun melalui dahinya.

Beberapa saat dalam keheningan dan Seyoung masih belum menjawab apapun. Dia gugup juga ketakutan. Bahkan ketika melihat Jungkook berdiri dari kursi untuk menuang air putih di atas nakas pikiran bertambah khawatir.

"Minumlah, kau terlihat pucat" kata Jungkook memberikan segelas air untuk Seyoung minum.

Gadis itu menerimanya dengan tangan gemetar.

"Dokter Jeon aku sungguh tidak tahu alasannya" jawab Seyoung menelan ludahnya secara susah payah.

"Apa kau yang memberikan obat untuk putriku?" Tanya Jungkook kemudian setelah dia melihat bahwa gadis itu benar-benar kebingungan.

"Hmm, aku melakukannya atas saran Dokter Min" Kata Seyoung menelan ludah lagi, kali ini dia menggigit bibir bawahnya dengan cemas.

"Apa maksudmu dengan memberinya obat kadaluwarsa?" Sarkas Jungkook padanya.

"Aku benar-benar tidak tahu apapun" kata Seyoung dengan terburu-buru.

"Benarkah?" Jungkook mengintimidasinya.

"Sungguh" Seyoung mengangguk dengan cepat.

"Lalu apa ini?" Tanya Jungkook menunjukkan rekaman kamera pengawas di bagian gudang obat, terlihat Seyoung mengambil obat-obatan kadaluwarsa dari rak yang akan dikirim ke pembakaran.

"Dokter Jeon tolong maafkan aku... Aku tidak bermaksud membunuh putrimu sungguh tapi Dokter Min menyuruhku untuk memberinya obat itu dan membayar seluruh hutangku" Seyoung berlutut dengan tiba-tiba sambil menangis dihadapan Jungkook. Memintanya untuk memberikan belas kasihan.

"Asal kau tahu kau hampir menjadi tersangka pembunuhan dan itu bisa menjeratmu ke dalam penjara seumur hidup dan kau pikir bisa lolos setelah menyetujui rencananya" Jungkook menekan wajah gadis itu dengan tangannya lalu melepaskannya dengan kasar.

"Pergilah sejauh mungkin dari hadapanku tetapi jika aku menemukanmu lagi, kau tidak akan pernah bisa lepas dariku. Apa kau mengerti?" Kata Jungkook lalu dia melihat gadis itu dengan terburu-buru pergi sambil menghapus air matanya.

.

.

.

Di sisi lain Taehyung baru tersadar dari pengaruh obat bius, dia membuka matanya lebar-lebar saat merasakan bahwa dirinya sedang terikat pada kursi. Dan dia mencium aroma besi yang terbakar dari sampingnya.

Seseorang tengah memanaskan besi di atas arang pembakaran.

"Siapa? Kau siapa?" Tanya Taehyung mengarahkan tatapan padanya dan orang itu pun menghentikan kegiatannya lalu berbalik dengan seringainya dan berjalan menuju ke arah Taehyung.

Secara spontan Taehyung bergerak mundur dari kursinya dengan terkejut, dia tidak menyangka jika Dokter Min akan melakukan ini padanya.

"Kenapa kau ketakutan hum? Seseorang sepertimu harusnya tidak memiliki perasaan takut" kata Dokter Min yang menunduk mengungkung Taehyung dibalik kursinya sembari memperhatikan wajahnya.

"Kumohon lepaskan aku" Pinta Taehyung.

"Ck...hahaha, tenanglah. Rasa sakitnya hanya sebentar sebelum maut menjemputmu" Kata Yoongi lalu dia pergi mengambil besi panas dari tungku dan tanpa aba-aba menempatkan ke paha Taehyung hingga melepuh.

"Akhh....! Hiks...hiks.... Kumohon hentikan! Aku sudah berubah, aku bukan lagi Vante. Hiks... Kumohon jangan bunuh aku...!" Taehyung terus memohon padanya, air matanya mengalir deras ke pipi. Kini terdapat bekas luka bakar di pahanya yang melepuh. Dia berusaha bergerak dari kursi ketika pria gila itu berencana menempatkan besi panas ke perutnya.

"Tidak...! tidak....! hiks....hiks...
Jangan sakiti bayiku hiks... Kumohon aku akan melakukan apapun tapi jangan sakiti bayi ini!" Taehyung berteriak sangat keras sampai suaranya terdengar serak dan air matanya terkuras habis. Dia memohon berkali-kali memohon agar dilepaskan.

Mengapa tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya berteriak?

"Baiklah aku akan memberimu sebuah pilihan, suamimu atau bayi itu" Yoongi menunjukkan ponsel miliknya yang menampilkan hitungan mundur dari bom waktu dan dia kemudian menunjuk ke arah perut buncit Taehyung.





.

.

.

TBC

Maaf karna dah lama gk publish

^_^

Psycho ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang