⚜GGMGM 19⚜

5.7K 175 2
                                    

“Sebαik-bαik kαliαn αdαlαh orαng yαng mempelαjαri Al-Qur'αn dαn mengαjαrkαnnyα.”

𖣠‌ ֪ ──── 𖣠‌ ֪ ────  𖣠‌ ֪ ──── 𖣠‌ ֪֪






















Gus Fachrul kembali ke ndalem dengan perasaan kesalnya. ya, gimana nggak kesal coba, ia melihat dengan jelas tangan laki-laki yang bernama Briand itu, menyentuh telapak tangan Calon istrinya.

"kamu sudah pulang?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari laki-laki paruh baya, yang kini sudah berada didepannya

"sudah abi." jawabnya

"bagaimana? kamu sudah memberikan makanan nya pada Zahra?"

Gus Fachrul baru ingat, kalau dirinya disuruh untuk mengantarkan makanan untuk Zahra. tapi apa? dirinya malah lupa! "emm.. Fachrul lupa abi. maaf.."

"kamu ini, gimana sih?! disuruh mengantarkan makanan, malah lupa. trus, itu gimana?"

"nanti Fachrul kasih ke Reza, atau Zaki saja. abi tenang saja, makanan buatan abi ini, tidak akan terbuang sia-sia gitu aja,"

"hm, yasudah."

"oh iya, Ummi mana abi?"

"lagi dipasar sama orang yang piket ndalem. abi nggak tau namanya siapa, yang intinya dia perempuan, dan--hari ini, jadwalnya dia piket di ndalem "

Gus Fachrul manggut-manggut mengerti. "Fachrul ke kamar dulu ya," ucap Gus Fachrul lalu dijawabi dengan sebuah anggukan oleh Kyai Shaleh.

Gus Fachrul merebahkan tubuhnya diatas ranjang. "huffttt capek juga," Gus Fachrul teringat kalau dirinya harus pergi ke ruang asatidz, untuk memeberikan sebuah makanan. ia beranjak dari ranjang nya, lalu mengganti bajunya dengan kaos hitam panjang. bawahannya ia memakai sarung berwarna putih. setelah selesai bersiap-siap ia pun langsung pergi ke ruangan asatidz.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

"wih, bawa apaan tuh, Gus?" celetuk Ustadz Imam

"makanan. mau nggak?"

"boleh-boleh" ucap Ustadz Imam, Ustadz Reza, Ustadz Zaki, dan juga Ustadz Rasya.

Gus Fachrul membuka bungkus makanannya. "silahkan," ucapnya seraya mempersilahkan mereka untuk makan bersama-sama. mereka mengangguk, lalu mencomot makanannya.

"fik, fat, nggak mau ikut makan juga?" tanya Gus Fachrul kepada Ustadz Rofik, dan juga Ustadz Fathul.

"hmm.. tidak Gus. kita tadi baru saja selesai makan. masa iya, mau makan lagi?"

"ya, nggak papa atuh. kalau masih laper mah, makan lagi aja. toh, ini masih banyak" ucap Gus Fachrul

"hm, tidak usah Gus."

"fwik, bmwain ana mwinum dwong. seret banget ini," pinta Ustadz Imam dengan mulut yang dipenuhi oleh makanan.

"itu, di kunyah dulu makanan nya Imam!" tegur Gus Fachrul

Ustadz Rofik mengangguk. ia beringsut mengambilkan Ustadz Imam minum.

Ustadz Imam dibuat melongo ketika melihat Ustadz Rofik membawa galon yang sebentar lagi mau habis. "eh, astaghfirullah.. ana minta dibawain minum pakai gelas. bukannya langsung sama galon-galonnya!"

"gapapa. daripada capek bolak-balik ngambil minum, mending langsung galon-galonnya aja. oh iya, tuh, gelasnya ada di sampingnya Reza" ucap Ustadz Rofik

dan benar saja, ketika Ustadz Imam melihat ke samping nya Ustadz Reza. disitu, ada gelas berwarna pink. mereka masa bodo amatan, dengan gelas yang berwarna pink itu. yang terpenting adalah, kegunaan dari gelas itu. "heh, Za. ambilin gelas pink itu dong" pinta Ustadz Imam

"ck! ambil sendiri napa! nyuruh-nyuruh mulu!" kesal Ustadz Reza

"heh! ana baru nyuruh ente ya!"

"cepetan ambilin. seret ini!" ucap Ustadz Imam sembari memegangi tenggorokannya.

"ck! iya-iya" Ustadz Reza pun mengambil gelas pink yang berada di sampingnya. "nih,"

"makasih Rezaa" ucap Ustadz Imam

"hm" singkat Ustadz Reza

Ustadz Imam mengambil air galon, lalu menuangkan nya didalam gelas pink itu. "ahh.. enakk"

"eh, itu gelasnya buang aja napa sih. warna nya pink! udah kayak perempuan aja" lontar Ustadz Fathul

Ustadz Zaki berkacak pinggang. "heh. biarin aja napa sih. emangnya kenapa kalau gelasnya warnanya pink?! ente emangnya mau ngebeliin gelas yang baru lagi? hah?!"

"mau-mau aja ana mah. kalau perlu, ana beli satu lousin! "

"heleh. bilangnya sih, gitu. nanti pas dapat transferan uang, lupa."

"heh, enggak ya! kali ini pasti nggak bakal lupa"

"inget nggak sih? pas transferan kemarin, si Fathul beli mainan hello kitty? "

"ah, iya. ana ingat!"

"hello kitty kan, identik dengan warna pink ya?"

"heh. mana ada. ana beli mainan itu, karna lucu aja ya.."

"heleh. ngeles aja!"

"kalau suka warna pink, bilang bang! nggak usah sok-sokan nggak doyan! "

"heh. enggak! ana nggak suka!"

"syutt.. udah-udah. kenapa jadi ngeributin warna pink sih? memangnya apa salahnya warna pink? warna pink juga bagus kok!" ujar Gus Fachrul

"tau tuh, si Fathul!"

"cuman gara-gara gelas warna pink aja, diributin. huh!"

"bagi dong mam" pinta Gus Fachrul ketika melihat Ustadz Imam yang membuka kotak rokoknya.

"eh, nggak boleh Gus!" sahut Ustadz Zaki

"apasih Zak. saya cuman minta satu batang doang. nggak lebih,"

"nggak. ujung-ujungnya bakalan lebih dari satu batang"

"tidak Zakiandra Emeryon! saya cuman minta satu batang doang"

"nih. satu batang permintaan Gus Fachrul" Ustadz Imam menyodorkan satu batang rokok pada Gus Fachrul

"Syukron Maulana Imam! ente baik deh,"

Ustadz Zaki membelalakkan matanya ketika melihat Ustadz Imam yang memberikan satu batang rokok pada Gus Fachrul. "hey, kenapa dikasih sih?! harusnya jangan!"

"yaudah sih. kan, cuman satu batang doang" setelah itu, Ustadz Imam menghisap rokok yang ada pada menyesap rokok pemberian Ustadz Imam.


uhuk uhuk.

"kenapa ruangannya jadi bau rokok sih?" tanya Ustadz Khoer yang baru saja masuk ke dalam ruangan asatidz.

Ustadz Zaki menuding ke arah Gus Fachrul dan juga Ustadz Imam yang sedang merokok. "nih. pelakunya dua orang ini,"

"ish. bau tau"

"tau tuh. merokok di dalam ruangan. harusnya diluar ruangan!"

"biarin. toh, ini pondok abi saya. kenapa kalian jadi ngatur-ngatur saya buat tidak merokok didalam ruangan?" Gus Fachrul sudah angkat bicara.





















Jangan lupa kasih vote, and
komennyaaa❣️

GADIS GENDUT MILIK GUS MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang