Sepulang dari piknik akhir pekan yang sangat mengesankan, Paris melangkahkan kakinya memasuki share house dengan suasana hati yang gembira. Ruangan seolah dipenuh dengan aroma segar dari piknik yang telah dinikmati dan langit mulai berubah warna sebab sang mentari mulai terbenam memberikan cahaya lembutnya yang mengisi seantero ruangan melalui cela jendela.
Memasuki ruang tamu, atensi Paris tertarik melihat pribadi Jasmine yang beberapa hari menghilang tanpa kabar sedang duduk bersandar pada sofa. Wanita pemilik suara serak itu terlihat tenggelam dalam dunianya sendiri—memakai earphone yang terpasang apik pada kedua telinganya dan volume yang jelas sangat tinggi. Suara musik bak memecahkan keheningan itu nyaris terdengar hingga keluar sehingga Paris bisa mendengarkan lagu apa yang sedang Jasmine dengarkan.
Fase berdiam diri itu Paris akhiri. Ia dengan lancang menarik sebelah kiri earphone yang Jasmine kenakan dengan kasar hingga sang empunya menatap Paris dengan tatapan tidak suka—mengerutkan kedua keningnya dan tatapan sinis.
"Berhenti melukai dirimu sendiri," tegas Paris pada Jasmine setelah ia menarik earphone tersebut dengan keras. Karena ia tahu bahwa mendengarkan musik dengan volume tinggi bisa membuat telinga berdarah dan sama saja hal tersebut melukai diri sendiri.
Jasmine menatap Paris dan mengangguk. Ia lepaskan sebelah earphone yang ia kena—menggulungnya dengan rapi lalu ia masukkan ke dalam saku celananya.
"Ayo ke atap," ajak Jasmine pada Paris yang kini sedang meletakkan tasnya di atas meja yang berada di depan sofa.
Dalam perjalanan menuju atap, kala kaki-kaki itu menepis jarak dan menaiki setiap anak tangga, Jasmine kembali membuka suara bertanya kepada Paris yang berada di belakangnya.
"Kenapa share house sepi? Bahkan Tuan Harley tadi aku lihat sedang buru-buru pergi menggunakan motor Sydney." tanya Jasmine dan menoleh kecil ke arah belakang menatap Paris yang masih menundukkan kepalanya memperhatikan setiap langkah yang ia ambil.
Paris menatap punggung Jasmine yang memimpin jalan di depan. "Sydney menyusul Puma dan Georgia yang masih berada di perpustakaan. Mungkin mereka ingin menghabiskan akhir pekan bersama."
Begitu menapakkan kaki pada permukaan lantai atap, Jasmine dan Paris duduk berdampingan di atas permukaan meja besar. Sebelum mengatakan apa yang sedari tadi ia tahan, kedua tangan Jasmine ke arah belakang untuk menumpu berat badannya yang sedang bersandar pada kedua tangannya tersebut.
"Aku sangat kesal pada Puma."
Paris menatap Jasmine yang masih setia mendongakkan kepalanya menatap langit dengan sinar senja yang merona indah bak membelai lembut wajahnya.
"Dan aku juga merasa kesal pada ibuku," lanjut Jasmine yang kini menundukkan kepalanya, kedua bahunya yang kokoh itu luluh dan terdengar hembusan napas kekecewaannya.
Paris masih diam membatu. Ia tidak ingin memotong pembicaraan Jasmine karena ia tahu masalah wanita itu tidak sederhana. Ia memilih untuk mendengarkannya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Favorite Villain
FanfictionCast : ‐ Bae Suzy as Paris - Rose Blackpink as Georgia - Park Juhyun as Jasmine - DPR Ian as Sydney - DPR LIVE as Puma - V BTS as Moony - Suga BTS as Gemini - Choi Woosik as Zero - Nam Yoon Soo as Summer - Kim Nam Gil as Harley - Shin Ha Kyun as Gre...