M. Adrian Bansema [23]; Rembulan

2 0 0
                                    

Malam yang dingin di taman kota, perempuan yang duduk sendirian menatap cantiknya rembulan yang secantik dirinya. Terlihat sangat amat kesepian perempuan itu, selalu menikmati cantiknya rembulan seorang diri, karena tidak memiliki teman maupun keluarga. Keluarga dan teman-teman nya meninggal karena bencana alam tsunami yang melanda kota kelahirannya, pada tanggal 30 Desember 2013 saat usianya 17 tahun, dan hanya dia yang tersisa.

Disuatu malam pada pertengahan bulan desember. Lagi dan lagi, Tara duduk ditaman kota menyendiri sambil menatap langit yang dipenuhi bintang, disaat yang lain sibuk dengan pasangan dan keluarga mereka, Tara hanya terdiam menyendiri ditengah ramainya taman kota. Tiba-tiba ada lelaki yang mendekati Tara dan duduk disebelah Tara, lelaki tersebut mengenakan topi biru yang sangat mencolok.

Tara hanya terdiam saat laki-laki bertopi biru itu duduk disampingnya, mereka berdua duduk sembari melihat langit malam dan mereka berdua hanya diam tidak mengatakan satu katapun. Setelah 5 menit berlalu, laki-laki bertopi biru itu membuka percakapan dengan mengatakan " hai ", tapi tidak ada jawaban dari Tara.

Laki-laki bertopi biru itu bertanya, " apa yang kamu lakukan disini sendirian? ".

" tidak ada, hanya melihat langit dan orang-orang yang sibuk dengan teman mereka" Jawab Tara dengan ekspresi yang datar.

Laki-laki bertopi biru itu bertanya ke Tara, "apakah kamu melihat langit yang sangat indah ini sendiri? atau ada teman yang menemani mu?"

"tidak ada, aku tidak mempunyai teman lagi"
jawab Tara dengan ekspresi yang masih sama.

Laki-laki tersebut kebingungan apa maksud dari perkataan Tara, dan ia pun bertanya lagi, "apa boleh aku menjadi temanmu?"
"perkenalkan namaku Asoka , biasanya aku selalu ke taman ini ketika aku sedang merasa kesepian".

Tara pun mengalihkan pandangannya dari langit dan melihat ke arah Asoka. Tara berkata, "namaku Nayntara, ibuku memanggil ku Tara"
"wah, nama yang bagus Tara" jawab soka sambil tersenyum.

Saat sedang asik duduk di taman kota, 2 orang berbadan kekar dan berpakaian rapi menghampiri mereka berdua dan menyuruh Soka untuk mengikuti mereka, Soka pun menurutinya. Tara yang melihatnya pun merasa bingung dan ia hanya diam tidak berkata apapun.

Sebulan kemudian, Tara pergi menghadiri acara wisudanya. Ia baru saja lulus dan telah resmi menjadi Dokter spesialis bedah dengan peringkat tertinggi di kotanya. Sekarang, ia bekerja disalah satu rumah sakit terbesar di ibu kota. Ia menjalani hari harinya sebagai dokter ahli bedah dengan menghabiskan 8-12 jam di dalam ruang operasi. Tara sangat sibuk dengan pekerjaannya sampai ia tidak sempat untuk mengunjungi taman yang dulu sering ia datangi bersama ibunya.

Hari minggu pun tiba, semua orang tampak berkumpul dengan keluarga dan teman temannya. Akan tetapi, Tara yang sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi memutuskan untuk pergi ke taman, merenung dengan ekspresi wajah yang kelelahan seorang diri. Sampainya di taman, Tara melihat laki laki yang ia lihat sebulan yang lalu. Tara mendatanginya dan menyapa Soka yang sedang duduk sendiri.
Tara dan Soka duduk sambil mengobrol layaknya teman yang sudah lama tidak bertemu.

Soka menanyai apa kesibukan Tara selama sebulan ini, karena Soka tidak melihat Tara di taman selama sebulan ini. Tara memberi tahu jika ia bekerja sebagai dokter di Rumah sakit.
Mereka berdua duduk dengan suasana hati yang tenang melihat rembulan yang sangat cantik, sampai handphone dari Soka berbunyi dan Soka pun mengangkat telepon tersebut.

Tidak tahu apa yang dibicarakan, Tara hanya menatap Soka dan akhirnya Soka selesai menelpon. Dengan muka yang tidak mengenakan, Soka berkata kepada Tara, “maaf Tara, aku harus segera pergi, ada urusan yang mengharuskan ku untuk pergi sekarang juga.”

ANTOLOGI CERPEN X PS3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang