28

1.1K 86 7
                                    

Iizuna penasaran dengan rupa dari tunangan sang pangeran yang kata para pelayan seperti dewi. Ia memberanikan dirinya memasuki ruangan itu, dengan mengubah sedikit penampilannya dengan sihirnya. Penjaga membuka pintu untuknya, untungnya tak menanyakan pertanyaan yang Iizuna hindari.

Didalam sangat ramai, tapi tenang. Semua bangsawan berbincang dengan suara pelan hampir seperti bisikan, tampak elegan dan mewah.

Iizuna bingung harus berbuat apa. Ia membawa dirinya ke sudut ruangan, berpura-pura menjadi tamu dengan memakan beberapa kudapan. Sembari manik hijaunya mencari sang pangeran dengan seksama.

Dan dapat.

Pangeran sedang berdansa dengan wanita di tengah ruangan. Wanita cantik yang seperti dewi, sangat cantik. Orang-orang disekitar Iizuna pasti berpikir keduanya adalah pasangan yang di takdirkan, terikat oleh benang merah.

Iizuna melamun, tapi manik hijaunya masih mengikuti gerakan dansa dari keduanya. Dengan tangannya yang memegang kudapan tanpa ada tanda-tanda akan dimakan.

Hatinya sakit, entah karena apa. Karena melihat pangeran yang disukainya bersama wanita dan tampak mesra, atau kecewa karena pangeran bahkan tak memberitahukannya tentang ini. Ia tidak tahu.

Tanpa Iizuna sadari, dansa diantara pangeran Kyo dan putri Kiyoko telah usai. Pangeran mundur untuk mengambilkan minuman untuk tunangannya, sementara Kiyoko berbincang dengan tamu undangan.

Saat pangeran berbalik, ia terkejut. Melihat Iizuna yang juga menatapnya.

"Iizuna" Bisiknya tak mengira pujaan hatinya akan bisa berada disini.

"Pangeran" Balas Iizuna dengan suara yang tak kalah pelan.

Kyo mendekat, menggenggam tangan Iizuna, menariknya keluar dari ruangan besar dan mewah itu. Menarik Iizuna hingga ke bagian belakang istana yang dilewati Iizuna tadi.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Kyo saat memastikan hanya ada mereka berdua disana.

"Shouya menarikku kesini" Jawab Iizuna jujur.

"Kau bodoh?"

Terkejut, tentu saja. Iizuna mengangkat wajahnya, menatap tak percaya pada apa yang dikatakan oleh sang pangeran.

"Dia hanya hewan, dia tak memiliki akal! Bagaimana bisa kau berkata bahwa dia yang membawamu kesini! Kau kira aku akan percaya?"

"Shouya bukan hanya seekor hewan! Dia lebih dari itu!" Tak terima dengan perkataan pangeran, Iizuna membalasnya dengan suara keras. Shouya yang menjadi perbincangan utama berada di bawah kaki mereka. Menatap keduanya bergantian.

"Lalu dia apa? Berhentilah berkhayal Iizuna! Dia tidak mengerti perkataanmu! Dan dia tidak akan memiliki pikiran untuk membawamu kesini! Jujur saja! Kenapa kau ada disini?"

Manik hijau Iizuna sudah berair.

"Aku tidak boleh ada disini?" Tanya Iizuna dengan suara pelan dan bergetar, seakan sentakan kecil bisa membuatnya menangis.

"Tentu saja! Kau pikir raja dan ratu akan menerima keberadaanmu?" Dan sang pangeran berhasil menumpahkan air mata si penyihir kecil, tapi bibir yang bergetar dan sedikit di gigit itu masih berusaha kuat untuk berbicara.

"Tapi pangeran selalu mengajakku kemari" Suaranya ia coba untuk sedikit meningg, untuk menunjukkan pada sang pangeran bahwa ia tak lemah.

"Itu tidak disaat ada banyak tamu! Sekarang sedang ada acara penting aku tak mau ada masalah!"

"Aku pembawa masalah?" Iizuna runtuh saat Kyo terdiam, tak menjawab atau bahkan mencoba menyangkalnya.

"Aku tidak berniat membuat masalah, aku hanya ingin melihat tunanganmu yang kata pelayan sangat cantik seperti dewi, dan mereka benar" Kyo masih diam, berdiri dengan kakinya yang lemah, tapi ia mencoba kuat, karena di balik dinding kaca istana ada seseorang, ibunya, sang ratu.

Ia tidak boleh melakukan apapun yang akan membahayakan Iizuna.

"Maafkan Iizuna, pangeran. Hanya saja, aku ini apa bagimu?"

Ah sial, ingin sekali ia memeluk tubuh mungil Iizuna untuk ia tenangkan, kalau bisa membawanya pergi agar ia terlepas dari bebannya sebagai pewaris tahta dan hanya bersama Iizuna.

Berdua, yang hanya akan memikirkan kemana mereka akan berpiknik, kemana mereka akan menghabiskan musim dingin mereka.

Alih-alih semua keinginan dikepalanya ia ucapnya, sang pangeran dengan nada berat menjawab.

"Teman"

Air mata Iizuna yang jatuh ingin sekali ia hapus dengan tangannya dan menenangkannya, memunculkan kembali senyum cantik itu.

Tapi lagi-lagi, ia hanya diam.

"Hanya itu?"

"Ya, kau mengharapkan apa?"

Ah sial!

"Abaikan saja, sepertinya aku yang terlalu berharap. Saya permisi pangeran semoga kebahagiaan selalu menyertai Anda" Iizuna sedikit membungkukkan tubuhnya, memberi penghormatan pada sang pangeran.

Untuk yang terakhir kalinya.

Iizuna pergi melewati sang pangeran yang tak mengeluarkan sepatah katapun, bahkan tak menoleh padanya. Hatinya sakit, menangis di sepanjang jalan menuju rumah pohonnya. Dengan Shouya terbang di atasnya, mencoba tak mengganggunya.

Sementara ia tak tahu, Kyo bergerak ingin mengejarnya, tapi tertahan oleh tangan sang ratu yang sudah ada di belakangnya.

"Mau kemana? Kamu sudah benar Kyo. Penyihir kecil itu tidak pantas berada disisimu"

"Kembalilah ke dalam, dan jangan mengecewakanku" Bisik sang ratu, yang entah kenapa membuat Kyo menurut, jelas ia tak bisa membatah perkataan ibu kandungnya. Masuk ke dalam istana untuk bergabung kembali ke pesta yang ia tinggalkan.

•••

Iizuna mengharapkan kehadiran pangeran Kyo seperti hari-hari sebelumnya. Tapi di jam yang biasanya sang pangeran sudah datang, masih tak menunjukkan kehadirannya. Ia sedih dan semakin sakit hati, dengan perkataan sang pangeran.

Dan tanpa ia tahu semuanya disaksikan oleh makhluk dari masa depan.

Sakusa Kiyoomi kini bisa menyimpulkan kenapa Iizuna punya dendam, ia pikir permasalahannya hanya sebatas ini, tapi tidak saat ia kembali di tarik dalam dimensi waktu dan terdampar pada waktu yang berbeda.

Perkiraannya ada setahun lebih ia melompati waktu. Menatap pada Iizuna yang masih diam di rumah pohon itu dengan manik hijaunya melamun, dengan Shouya yang sudah tumbuh menjadi gagak dewasa yang setia menemaninya.

"Dia bahkan tak berniat mengunjungiku lagi" Gumam penyihir muda itu "apa aku membuat masalah, Shouya?" Tanyanya pada gagak peliharaannya. Gagak itu menggeleng seolah mengerti perkataannya, karena ia memang mengerti.

Lagi-lagi pertanyaan seperti itu muncul, itu pastinya menghantui hari-hari Iizuna dan menyakiti perasaannya. Dan itu di perparah hingga tengah malam, dimana bunga api mekar di langit.

Itu berasal dari istana, bunga api yang indah itu tak membuat Iizuna terpesona, ia semakin sakit hati dan semakin sakit, karena Shouya yang pergi kesana kembali dengan kabar yang tak ingin ia dengar.

Pangeran menikah.

Malam itu, Iizuna menangis, tangisan paling menyedihkan, dengan semua rasa sakit tersampaikan disana.

Ia dikhianati, dibohongi, oleh pria yang ia sukai, pria yang ia cintai, pria yang memberinya harapan untuk mewujudkan semua mimpinya.

Iizuna meringkuk di lantai, punggungnya bergetar dengan wajah penuh air mata. Shouya disisinya mencoba segala cara untuk menenangkan tuannya.

Sakusa duduk disana, menyaksikan itu membuatnya ikut merasakan sakit.

Tentu saja, Iizuna menjadi seperti ini. Ia sendirian, tanpa keluarga disini, dan pangeran datang sebagai harapannya. Tapi itu dipatahkan oleh kata-kata manis yang hanya kebohongan.

Andai saja Iizuna tahu, bahwa Kyo lemah dalam membantah perkataan orang tuanya, bahwa sang pangeran sangat mencintainya dan menyesal dengan perkataannya.

•••
Tbc

My Vampire [OmiHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang