30 || Teror

5K 321 26
                                    

Good evening, guys

Lama gak update ya, semoga kalian baik-baik saja. Terima kasih untuk yang sudah menunggu...

Semoga kalian puas dengan part ini.

Happy reading..



"Huh.. huh.. huft." Nafas Elbara tersengal setelah ia berlari menaiki anak tangga. Membuka kasar pintu kamarnya dan semakin terkejut melihat William yang berdiri di dekat mejanya tengah membuka sebuah berkas.

Pintu yang dibuka secara kasar membuat William menoleh kearah sumber suara, menatap sang kakak dengan kerutan di dahinya yang tercetak jelas tanda ia bingung.

"Lo habis ngapain, bang? Ngos-ngosan gitu." tanya William.

Elbara tidak menjawab pertanyaan sang adik melainkan ia merampas kasar berkas yang berada di tangan William. Dengan posisi ia yang membelakangi meja.

Saat tangan kanan Elbara merampas berkas, bersamaan dengan itu tangan kirinya, ia bawa untuk menyembunyikan sebuah frame foto pada tumpukan berkas-berkas yang juga berada di atas meja.

"Ngapain masuk kamar gue tanpa izin? Bukannya lo tau gue gak suka." William tidak paham dengan yang di ucapkan kakaknya itu. Alisnya lagi-lagi berkerut melihat wajah datar Elbara.

"Bukannya lo ngechat gue nyuruh ambilkan berkas yang ketinggalan ya?"

"Ngechat lo?"

"Iya, ini ada nomor baru masuk dan nyuruh gue buat nyari satu berkas yang lo butuhin."

"Nomor baru? Jangan-jangan nomor yang sama dengan yang selama ini neror gue?"

"Coba gue lihat nomornya?" William merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih metalik itu, memberikannya pada Elbara.

"Beda? Terus ini siapa yang ngirim pesan kek gini? gue sama sekali gak nyuruh anak kantor buat ngambil berkas."

"Ini bukan nomor anak kantor, lagian gue gak nyuruh siapapun buat ngambil berkas apapun." jelasnya.

"Lah? Terus ini nomornya siapa?"

"Abaikan aja, Wil. Lain kali kalo ada yang ngechat lo dari nomor gak dikenal kek gini dan nyuruh hal aneh-aneh mending lo tanya langsung sama yang bersangkutan, takutnya dia ada maksud lain." Mendengar penjelasan dari sang abang, William hanya mengangguk paham.

"Sekarang lo boleh keluar." Tanpa basa-basi akhirnya William berjalan meninggalkan kamar Elbara. Meninggalkan si pemilik dengan pikiran yang berkecamuk.

Setelah memastikan William sudah keluar dari kamarnya, Elbara meraih frame foto yang ia sembunyikan tadi.

"Hampir saja, Flo."

Elbara berjalan mendekat kearah jendela yang menampilkan suasana perumahan dengan gedung-gedung pencakar langit.

"Apa itu orang yang sama dengan orang yang selama ini udah neror gue? Kalo iya, apa yang sebenarnya dia mau?"

Benar, selama ini Elbara tidak lah tenang. Ia setiap harinya selalu dibuat gelisah karena pesan-pesan yang dikirim dari nomor tak dikenal. Bukan pesan biasa, melainkan bukti-bukti akan suatu hal yang jelas Elbara terlibat di dalamnya?

✯✯✯

Brak

Punggung Helena menabrak lemari kayu yang berada persis dibelakangnya. Tangannya bergetar, matanya terbelalak, bergerak secara liar.

KANAYA OR KANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang