KITTEN 1 ➺[𝗘𝗡𝗗]✔

43.

─── ･ ｡ﾟ☆: *.☽ .* :☆ﾟ. ───
༺𝓒𝓻𝓾𝓼𝓽𝔂 𝓒𝓻𝓪𝓫 ༻

『••✎••』

Keesokan harinya,

Olivia menatap derasnya hujan dihalaman rumahnya melalui jendela kamarnya, ia terdiam dengan isakan kecil dibibirnya

Hari ini adalah hari yang paling berat untuknya, yaitu mengikut pemakaman kakak tercintanya, Felix.

Olivia sungguh tidak sanggup untuk mengikuti semua ini, tapi keadaan memaksanya untuk melakukan semua nya.

Ditengah kesedihannya, tiba-tiba sebuah sentuhan mendarat di pundaknya. Olivia berbalik

Ternyata itu adalah kakak perempuan nya, Rachel.

"Ayo? Kita harus bersiap" ucap Rachel dengan suara yang serak

Olivia menghapus air matanya dan mengangguk pasrah.

Ia harus kuat. Demi keluarganya.

Sementara itu disisi lain,

Kondisi anak SKZ lainnya tak kalah memprihatinkan. Semuanya nampak kacau.

Sejak semalam mereka terus menangis disamping peti jenazah Felix. Tak ada satu pun dari mereka yang berpindah dari sana atau bahkan tertidur

Sesaat mereka mencoba tertidur dan berharap ketika mereka terbangun nanti, semua ini hanya lah mimpi. Tapi meski sudah mencoba beberapa kali, mereka masih kembali pada kenyataannya. Yaitu kenyataan bahwa Felix mereka telah tiada

Seandainya Tn. Lee tidak memaksa mereka untuk membersihkan diri dan berganti pakaian, mungkin mereka sudah jadi patung menyedihkan disamping peti jenazah putranya saat ini

Untuk saat ini kabar kematian Felix memang sudah tersebar, bahkan banyak media yang sudah menunggu mereka di pemakaman saat ini. Para penggemar dari Felix, berbaris disepanjang jalan untuk mengiringi keberangkatan idol kesayangan mereka menuju tempat peristirahatan terakhir nya

Ditengah rasa duka itu, Ny. Lee justru sibuk dengan cucu nya yang sedari tadi terus menangis dan tidak mau berhenti meski ia sudah memberinya susu.

Ny. Lee khawatir karena kemungkinan besar cucu nya ini sedang menangisi kepergian dari Ibu nya yaitu Felix.

"Lebih baik kamu diam dirumah saja dan jaga cucu kita. Lagipun diluar sedang hujan, tidak baik untuk dia dibawa ditengah-tengah hujan begini" ucap Tn. Lee pada sang istri

Ny. Lee hanya mengangguk lemah, ia tak punya pilihan lain. Meski dirinya ingin menghantarkan putranya ke tempat peristirahatan terakhirnya, tapi dia juga lebih khawatir tentang cucu nya ini. Tidak mungkin dia meninggalkan nya seorang diri di rumah apalagi dengan keadaan menangis begini