Hari-hari di SMA48 selalu terasa monoton bagi Gabriel Abigail, pemuda berbakat di bidang bulutangkis. Sementara itu, Callista Alifia, seorang gadis berkepribadian cerah dan ketua PMR di sekolah, menjalani rutinitasnya dengan semangat. Meskipun berada di lingkungan yang sama, dunia mereka berdua tak pernah bersinggungan.
Suatu pagi, di ruang tengah SMA48 yang sibuk, Gabriel tanpa sengaja menabrak Callista. Tas mereka terjatuh bersamaan, menciptakan momen tak terduga. Keduanya bingung sejenak, lalu mata mereka bertemu.
"GABRIELLLll bisa nggak sehari aja nggak buat masalahh??!!," ujar Callista kesal sambil mengumpulkan barang-barangnya.
Gaby tersenyum lembut, "gue nggak sengaja call."
ketiga teman Gabriel mentertawakan mereka, Amanda, Giselle dan Raisha. "Diem kalian, bukannya nolongin" ucap Callie kesal.
"Udah Call, berantem mulu.. capek gue liatnya." saut Indira sambil membantu callie mengumpulkan barangnya.
"tuh dengerin ayang gue, lu berdua jangan berantem mulu" sahut Amanda
"BRuKKkkkk.."
"Ngomong lagi sekali gue pukul lagi lu" ucap Indira kesal menatap Amanda.
"udah yok masuk kelas, bentar lagi bel nih" ajak Giselle
Raisha hanya tersenyum lalu bergegas ke kelasnya, Gaby dan teman-temannya satu klas pun juga dengan Callie dan Indira, kelas 11 IPA 2 sedangkan Raisha kelas 10 IPA 2.
-----
Bel istirahat berbunyi "Tettttt.... Tettt.. TEttttt.." Seakan memainkan lagu kebebasan bagi para siswa, memecah keheningan pelajaran dan menggantinya dengan suasananya yang penuh warna.
Gaby dan teman-temannya langsung bergerak menuju kantin. Hari itu, mereka memutuskan untuk melewatkan pelajaran ke-2 dengan izin latihan, seperti rutinitas mereka yang biasa.
Namun, keputusan itu tidak sepenuhnya diikuti oleh Raisha, yang menyatakan, "Gue nggak ikut latihan nih, gue ada ulangan."
Giselle langsung memberikan respons, "Lah, lu kan tanding lusa, ege. Yakin lu nggak latihan?"
"Iya bang, males gue nyusul. Soal tanding mah gampang, pasti menang gue," jawab Raisha dengan wajah datar.
"Gab, cici gue mana?" tanya Raisha, mencari keberadaan Callie.
Semua mulai menghitung, "Satu... dua... tiga..."
"Gabriellllllll!" suara melengking dari kejauhan, jelas itu Callie.
"Kan, kaan dateng. Lu sih Sha pake nyebut nama cici lu, dateng kan," ucap Gaby kesal.
Callie dan Indira bergabung di meja Gaby dan teman-temannya. "Brukk!" Callie memukul meja.
"Apa lagi ini, Callie? Hmm," Gaby menghembuskan nafas berat.
"Lu gue bilangin ngeyel yaaa, mana list jadwal latihan lo? Anak PMR biar bisa rekap jadwal. Dari kemarin gue minta, lu nggak kirim," tegas Callie.
Sambil mendengarkan, Gaby menulis pesanan pada kertas dan menyuruh Amanda memesan di Bu Sari (ibu kantin). "Stttttt," Gaby menutup bibir Callie di depan teman-temannya.
"Udah? Iya, nanti gue kirim. Berisik mulu lu," lanjutnya.
Teman-temannya sudah tidak heran lagi dengan perlakuan Gaby. Meskipun dia sangat dingin, terlihat jelas bahwa dia suka pada Callista. Pesanan datang, tapi Callie terkejut karena merasa tidak memesan apa-apa. Dia bingung dan saling lirik dengan Indira. "Gue nggak pes-" belum selesai bicara, tiba-tiba Gaby menutup bibirnya lagi, membuat Callie merasa canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going You at a Speed of 8706 : Gabriel&Callie
Teen FictionDi sekolah menengah SMA48, dua dunia bertabrakan ketika Gabriel, pemain bulutangkis terkenal dengan sikap dingin dan keangkuhannya, dipertemukan dengan Callista, seorang kutu buku ceria dan aktif sebagai anggota PMR. Keduanya sama-sama memiliki kepr...