Rellona mencoba membuang pikiran buruknya untuk beberapa saat.
Kini, disampingnya, Riga terlihat berjalan menuju sebuah nakas yang ada di tepi ruangan. Mengambil benda kecil yang entah benda apa, ketika kembali, lelaki itu langsung menghampiri Rellona dan kemudian meraih satu tangan gadis itu. Rupanya, Riga mengambil sebuah jam tangan arloji dan memasangkannya di pergelangan tangan Rellona tanpa ragu. Ketiga temannya hanya memperhatikannya seksama, seolah mereka sudah tahu, dan bahkan seperti bagian dari rencana yang telah disusun sebelumnya.
"Jam ini adalah alat buat lo teleportasi ke tempat ini." Riga akhirnya bersuara setelah berhasil menautkan beda itu. "Tapi inget, kalo lo ada di luar tempat ini, jangan lupa buat nonakatifkan jamnya. Tekan satu kali tombol merah itu, dan lakuin hal yang sama kalo lo mau aktifin lagi. Buat teleportasinya, lo harus tekan tombol itu dua kali."
"Kalo gue ngebiarin jam ini aktif terus di luar tempat ini, gimana?" Rellona mengajukan rasa penasaran.
"Kalo dikasih rulles, yaudah ikutin!" Dozi berujar ketus.
Mendapat sorotan tajam dari Rellona atas jawaban sarkas itu, Riga akhirnya membenarkan jawabannya.
"Usahain lo tetep ngelakuin aturannya. Karena jam ini bukan jam biasa, ini sebuah alat yang udah dirancang khusus buat teleportasi, dan tentunya mesin yang terpasang di dalamnya itu terdapat lokasi keberadaan tempat ini." Pria itu menjeda sesaat untuk sekedar menelan ludahnya. Kemudian setelahnya ia kembali melanjutkan. "Dan perlu lo ingat, tempat ini tidak terdeteksi lokasinya oleh pemerintah. Alias tersembunyi."
Rellona kemudian menanggapinya dengan membulatkan bibir, lalu mengangguk-angguk seolah memahami apa yang telah disampaikan.
"Sebenernya, jam itu milik Prof. Lexa. Lebih tepatnya itu benda kedua yang beliau ciptakan setelah tempat rahasia ini." Riga kembali melanjutkan. Membuat ekspresi Rellona berangsur berubah.
Raut wajah gadis itu menaut bingung. "Jadi, tempat ini bukan kalian yang ciptain?" tanyanya sedikit menaikan nada suara.
"Cih, orang awam kaya kita mana bisa ciptain tempat model beginian?" ujar Drey, ia memberi jeda. "Dan perlu lo tau, semua benda yang ada di tempat ini berasal dari dimensi asal kita. Lebih tepatnya Prof. Lexa yang melakukannya."
"Prof. Lexa itu orang biasa kaya kita yang pertama terjun ke dimensi ini." imbuh Gena. Pria itu beralih untuk duduk karena merasa pegal sedari tadi terus berdiri.
"Dia udah melakukan beberapa penelitian dan percobaan buat balik ke dunia asalnya. Tapi semuanya selalu dengan hasil yang sama, gak pernah menemukan jawaban."
"Komputer, makanan, pakaian, benda-benda lainnya seperti meja, sofa, nakas, bahkan buku-buku di sini 60% berasal dari dimensi kita." Gena memperjelas.
Namun mendengar itu, tentu membuat Rellona langsung berspekulasi. "Berarti itu tandanya udah ada cara buat kembali ke dunia kita dong?" serunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Научная фантастика[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...