:28: Kalian?

204 26 0
                                    


Merupakan sebuah hal baru bagi Naya berpacaran dengan temannya sendiri. Ya, teman yang sudah lama ia kenal. Naya pikir sudah hampir 7 atau 8 tahun yang lalu saat dia melihat Darrel di parkiran kampus sebagai mahasiswa baru. Meskipun mereka tidak terlalu dekat pada awalnya dan mulai dekat beberapa tahun yang lalu saat Naya tau jika Derrel menyukai Jennie. Pertemuan pertama Derrel dan Jennie mungkin terjadi pada saat Jennie menerbitkan buku pertamanya. Derrel yang merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan percetakan itu merasa tertarik dengan sosok Jennie yang ceria. Begitu gambaran Naya mengenai Derrel yang menyukai Jennie. 

Tidak keberatan sama sekali  jika Derrel menyukai Jennie karna dia terlihat serius. Tapi entah dari mana dan kapan tepatnya, Naya mulai menaruh rasa pada laki-laki yang telah mengisi harinya sebagai pengejar cinta temannya. Meskipun sore itu ada keraguan dalam diri Naya untuk meneriman cinta Derrel, tapi hati mengatakan YA! Sulit sekali menolak ketika kemauan yang telah diimpikan terealisasikan. 

Jika diingat kembali, apakah Naya terlihat seperti wanita murahan yang dengan mudah menerima cinta pria? Lebih parahnya pria yang tadinya mengejar cinta temannya kini malah menyatakan perasaan padanya. Konyol sekali takdirnya. Apalagi dia mau-mau saja diajak ciuman sore itu. Lantas bagaimana dia mengatakan pada Jennie tentang hubungan mereka.

Naya duduk dengan gelisah di sebuah restoran korea bersama dengan Jennie dan Alva yang sudah antusias sejak mereka tiba. Sedangkan Derrel dan Revano masih dalam perjalanan dari kantor masing-masing. Hari memang sudah tak lagi cerah karena malam mulai mengambil alih. Ditambah ketidaknyamanan ini membuat perut Naya rasanya mulas sekali.

"Kalian udah nunggu lama?" Naya mengenali suara itu. Suara pacarnya tentu saja.

Derrel duduk lesehan persis disamping Naya sedangkan Revano duduk di antara Derrel dan Alva. 

"Engga, baru aja kok. Ayo kita cepet pesen." Jawab Jennie tak kalah semangat ingin cepat mencicipi banyak makanan yang ada di buku menu.

Mereka mengangguk dan memilih beberapa makanan termasuk daging untuk di panggang. Tentu itu pilihan Jennie yang baru saja selesai menonton drakor. Bahkan mereka duduk disini pun karena Jennie yang mengajakknya.

"Sambil nunggu makanan ayo main tod aja gimana?" ajak Revano mengambil botol mineral yang dibawanya tinggal sedikit.

Jennie mengangguk dengan semangat. "Ayoo!"

"Siap-siap aja kalian buat tersiksa malam ini." Revano tertawa dengan puas sembari memutar botol mineral di tengah meja.

Botol itu berputar membuat semua orang cemas tentu saja. Ini adalah hal yang menegangkan karena bisa saja semua dikulik malam ini atau melakukan tantangan gila dari teman-temannya. 

YAP! Berhenti di Revano sendiri! Tentu saja itu mengundang tawa nyaring dari yang lain karena begitu lucu takdir mempermainkan Revano.

"Botol sialan. Botol punya gue, yang muter gue, sekarang yang kena juga gue!" kesalnya tapi tak urung juga memilih untuk berkata jujur.

"Cewek mana yang pengen lo jadiin rumah buat pulang?" tanya Naya penasaran karena Revano ini playboy cap kaki lima.

Revano tampak berfikir sebentar, "Kayaknya lo deh, Nay. Kita kenal udah lama juga. Iya kan?" jawab Revano dengan serius sembali menatap Naya. Sorak heboh dari Jennie langsung memenuhi telinga mendengar jawaban Revano.

Hal ini tentu saja tak luput dari Derrel yang duduk diantara mereka. Derrel menatap tidak suka Revano seolah ingin menyeretnya keluar dan dilempar di tengah jalan. Sialan batinya.

Belum ada yang tau hubungannya dengan Naya dan respon Naya membuatnya tersenyum kecil hampir tidak terlihat. 

Naya maju mendorong wajah Revano ke belakang penuh dengan permusuhan. "Dih ogah banget. Dasar playboy cap kaki sapi. Mulut lo pen gue bakar sekalian apa hah?" penuh emosi yang membara  membuat Jennie dan Alva makin terbahak sedangkan Revano terdorong kebelakang dengan wajah melasnya.

"Lah napa dah. Gue ganteng, baik, kaya, royal. Apa lagi kurangnya?" 

Belum selesai Revano mengeluarkan keluh kesahnya, beberapa makanan datang dan mulai memenuhi meja. Akhirnya mereka sepakat untuk melanjutkan TOD setelah makan selesai dan meja tidak lagi penuh. Jennie menerima banyak makanan yang diambilkan Alva dan di taruh di depannya. Bahkan tak jarang Alva menyuapi Jennie beberapa makanan sehingga lebih banyak Jennie yang makan dari pada Alva. Revano rasanya ingin duduk diantara mereka berdua tapi apalah daya jika Alva itu pecemburu hebat. 

Sedangkan Derrel tanpa diketahui yang lain juga menaruh beberapa makanan di mangkuk Naya untuk dimakan. Sebisa mungkin Naya tidak mereog diperlakukan seperti itu oleh Derrel. Sebelum mereka jadian sepertianya hal ini akan biasa saja untuk Naya. Tapi entah mengapa setelah jadian malah semua yang dilakukan Derrel untuknya terasa lebih manis.

Setelah makan, Revano kembali ingin melanjutkan TOD karena tidak terima kalah dan dia punya sasaran. Ketika botol itu diputar, Revano berharap bukan dirinya lagi yang kena. Sialan sekali jika iya. Tapi kali ini botolnya berhenti di depan Naya. Hal itu tentu saja membuat Revano tertawa dengan keras. Semesta masih menyanyanginnya ternyata.

"Jujur ya Nay, tipe cowok lo tuh gimana si? Liat gue udah perfect banget gini lo ga mau?" tanya Revano yang ngotot ingin bertanya padahal Jennie juga ingin. Tersentil harga dirinya tadi karna Naya menolaknya.

Naya yang mendapatkan pertanyaan tersebut tampak berfikir sejenak. Tidak mungkin dia mundur karna wajahnya pasti akan tercoreng. Sedangkan jika menjawab, hanya ada Derrel yang ada di kepalanya. Tangan Naya yang ada di bawah meja digenggam diam-diam oleh Derrel dan reflek Naya menoleh.

"Lama banget si, Nay. Cepetan." ucap Jennie tak sabar.

Naya memandang Derrel kemudian menunduk, "Tipe gue, dia harus laki ga belok sana-sini kayak kaum pelangi. Itu yang nomer satu banget."

"Lagian kaum pelangi mana mau sama mak lampir kek lo, Nay." Revano langsung tertawa melihat tatapan maut Naya.

"Sialan lo, Van. Terus dia pekerja keras, ganteng, pinter, kaya, baik, lembut, hidungnya mancung, sorot matanya menenangkan, senyumnya manis, tinggi tegap, rapi, wangi, ga kumisan sama genggaman tangannya hangat." tak sadar mata Naya melihat sosok Derrel saat menjelaskan tipe nya seolah sedang mendiskripsikan manusia di depannya ini.

"Spesifik banget, Nay kayak udah punya cowoknya aja." sambung Jennie mendengar tipe Naya

Revano mengangguk sembari tersenyum, tau dia apa yang terjadi diantara mereka. Sangat kentara aura cinta yang seperti api membara itu. Revano jadi punya ide usil. Revano kembali memutar botol mineral untuk ketiga kalinya, namun kali ini dia sengaja membuat botol mineral untuk berhenti di Derrel dengan alasan botolnya mau jatuh.

Tidak ada yang curiga karena Revano sengaja memutar botol dipinggir sehingga punya alasan agar bisa menargetkan Derrel yang sedari tadi banyak diamnya. Setelah perdebatan panjang akhirnya Derrel harus melakukan Dare. 

"Cium cewek yang lo suka disini." ucap Revano tanpa peduli jika ada yang lain ingin memberikan tantangan pada Derrel.

Naya dan Jennie langsung menatap Revano dengan penuh permusuhan. Jennie tau Derrel menyuakinya sedakan dia punya Alva sekarang. Sedangkan Naya bingung karena merasa terlalu dini memberi tahu hungungan mereka. Revano sialan.

"Ngga usah dilakuin kalo lo keberatan." ucap Alva yang sudah suram.

Tau betul dulu Derrel menjadi saingan cintanya. Tapi melarang apakah membuatnya tampak seperti pecemburu dan kekanakan? Alva tidak ingin Jennie menganggapnya begitu. Tapi hatinya panas membara ingin merobek Revano ataupun Derrel sekarang juga.

"Mana bisa gitu. Cupu banget gitu aja ga bisa. Apa perlu gue wakilin?" Tawar Revano dengan wajah usilnya.

Naya bersiap memukul Revano dengan mengangkat tangannya yang memegang sendok. Namun detik berikutnya pipi Naya terasa basah oleh benda kenyal. Sendoknya jatuh menimbulkan bunyi nyaring ditengah ketegangan.

"Kalian?" Jennie syok melihat adegan di depannya.

"Ya, gue sama Naya pacaran."

but it's youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang