2ⁿ

13 1 0
                                    

In the word you are the real Demon!
And protagonis in your life story.

………………………………………………

………………
………
………


Pagi ini begitu dingin, embun sedikitnya membuat beberapa daun basah.

Aku kembali pada rutinitas Ku, meski rasa malas mendominasi.

Ayam tetangga berkokok.

Matahari dan cahaya Semburat Jingga di ufuk timur masih malu malu, dengan kabut tipis yang menyelimuti.

Tak terasa Aku sudah sebesar ini.

Yah Ku kira cuma Umur dan tubuhku saja yang bertambah.

Pola pikir Ku selalu salah di Matanya.

Hidup di Desa dengan kearifan lokal yang masih kental membuat Ku sedikit tertekan.

Mungkin beberapa dari Kalian juga merasakannya?

Aku tak tahu pasti.

Tapi… untuk Ku yang berfikir sedikit berbeda dari Mereka membuat Ku merasa terkucilkan.

Dan entah sejak kapan, Aku merasa semua yang Ku lakukan dan di mana pun Aku berada pasti ada sepasang bahkan ribuan mata yang memandang dengan begitu sinisnya.

Hyperbola?

Anggaplah seperti itu.

Memang itu yang Aku rasakan. So, Kau mau berkomentar seperti apa pun Aku tak peduli.

Tapi, setidaknya Aku bersyukur.

Bisa meningmati Langit biru yang begitu indah dengan banyaknya pohon padi di bawah sana.

Tebing di samping kiri dengan hamparan hutan.

Serta siluet gunung, Kau tahu bukan gambar SD tentang gunung kembar?

Mereka hampir sama, bedanya yang di depanku ini jauh lebih indah daripada yang Aku gambar.

Dengan bisingnya paruh paruh burung yang berkicau setiap kali Aku lewati.

Dulu, Aku akan berfikir setiap langkah apa yang Ku ambil. Namun kini, Aku hanya bisa terus maju tanpa mau mendengarkan kicauan lagi.

Cukup!

Aku akan mengambil semua resiko yang ada.

Yah, seperti orang-orang bijak bilang.

Lebih baik gagal dari pada tak pernah mencoba sama sekali.

But, Aku sesekali masih mendengarkannya dengan senyum terpatri di wajah.



LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang