DUA PULUH SATU | Biar Menjadi Rahasia

6.1K 444 90
                                    

DUA PULUH SATU | Biar Menjadi Rahasia

"Jangan mencari tahu apa yang seharusnya rahasia, jangan menggali apa yang sudah terkubur. Kadang ketidaktahuan adalah berkah yang tersembunyi."

🌸🌸🌸

Pesan singkat itu mengusik Kanaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan singkat itu mengusik Kanaya. Merusak hari-harinya. Padahal pagi ini ada berita membahagiakan dari Kala. Sekretarisnya itu mengabarkan padanya bahwa Anne Avelyn, sang designer kondang Indonesia mengajaknya berkolaborasi.

Sebuah prestasi besar yang akhirnya Kanaya capai, tapi tak menimbulkan euforia di hatinya. Dia hanya menghela napas berkali-kali. Memandangi kotak pesan di ponselnya sambil menimbang-nimbang apakah harus membalasnya atau menghapusnya. Sudah tiga hari sejak dia menerima pesan itu, tapi Kanaya belum memutuskan apapun.

Mungkin jika Kanaya balas, segala informasi yang dia cari akan didapatnya. Namun artinya ada konsekuensi yang harus dia terima jika seandainya itu bukan kabar bahagia.

Keluarganya sudah utuh, dia akan mendapat anak lagi, bahkan kini hubungannya dengan Jevano kembali dipenuhi cinta. Maka seharusnya Kanaya berhenti memikirkan hal yang tidak berguna.

Benar kata Tamara, mencari tahu semakin banyak hanya akan merusak pikiran kita sendiri. Jangan mencari tahu apa yang seharusnya rahasia, jangan menggali apa yang sudah terkubur. Karena kadang ketidaktahuan adalah berkah yang tersembunyi.

Kanaya sedang hamil. Anak-anaknya butuh sosok ayah. Maka mengabaikan pesan itu adalah pilihan tepat untuk saat ini.

Tapi hatinya tidak pernah bisa diajak kerja sama. Selalu ada sesak yang dia tahan tiap bertemu suaminya. Perutnya akan kram jika dia banyak berpikir. Jevano siang ini mampir ke butiknya sambil membawa makan siang. Dia juga membelikan makanan untuk pegawai Kanaya.

"Makan yuk, Sayang," Jevano membuka kotak makan berisi ayam penyet yang kemarin Kanaya idamkan. "Aku udah cuci tangan, aku suapi ya?"

Kanaya hanya cemberut dan tidak menjawab. Jevano tahu istrinya itu sedang kesal, entah karena apa. Yang jelas pasti dia sudah berbuat salah.

"Makan dulu yuk, abis itu kita bicara. Adik pasti laper loh," dia sodorkan satu sendok nasi dan lauk di depan Kanaya. Wanita itu sebenarnya sedang kesal, tapi karena ngiler melihat ayam penyet, dia kesampingkan emosinya. Menikmati suap demi suap yang Jevano berikan. Pria itu sampai tidak makan karena kewalahan menyuapi istrinya yang makan dengan lahap.

Dia elus kepala Kanaya dengan gemas, "Pinter banget makannya lahap, sehat-sehat ya Adik."

Tapi Kanaya malah sebal, "Apasih ngelusnya gitu banget, aku berasa seumuran Noah sama Nei."

"Kamu kalau ngambek emang ngalahin mereka. Kenapa sih cemberut terus, aku buat salah ya? Aku minta maaf ya, Sayang kalau bikin kamu kesel."

"Nggak mau."

After OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang