1. Reuni

2.5K 168 45
                                    

___________________________________________

Ini adalah reuni pertama yang Marsha hadiri setelah hampir delapan tahun semenjak lulus SMA. Tidak banyak yang berubah dari sekolahnya ini, mungkin lapangan basket di sayap kiri yang jadi perhatian Marsha, di mana ia selalu duduk di bangku penonton dan menyaksikan beberapa pertandingan pada saat itu.

Marsha baru saja turun dari taxi online yang dipesannya, kemudian tatapannya mengedar pada gerbang sekolah yang berdiri kokoh, ia mengembuskan napas panjangnya sekali, kemudian melangkahkan kaki untuk segera masuk ke dalamnya.

Semoga kali ini, ia lebih melapangkan dada, bahkan hanya sekadar reuni teman SMA.

Jangan salah, meski ia bilang ini adalah reuni pertama yang ia hadiri, sejujurnya, semenjak kejadian itu-empat tahun yang lalu, ia pernah juga mencoba untuk menghadiri acara seperti ini, sayang sekali, baru saja ia sampai di gerbang, Marsha tak kuat dengan air matanya yang berjatuhan. Mungkin, ia juga belum siap dengan pertanyaan orang-orang atau yang menatapnya iba.

Marsha kini, punya hidup yang baru di Kota Bandung, meninggalkan semua soal persoalannnya di Jakarta, menghilang dari radar teman-temannya bahkan beberapa kali memutuskan keluar grup angkatan ketika salah satu kawannya memasukan kontak Marsha.

Ini bukan sebuah penghindaraan atau bahkan dirinya pengecut untuk bergaul dengan teman-temannya sendiri. Ada hal-hal yang sedang ia urusi, memulihkan hati dan pikiran, bisa dimulai dari menghapus semua memori masa lalu, bahkan jika itu tentang masa putih abu-abunya.

"Marsha?" Baru tiga langkah ia menggerakan tungkai kakinya, sebuah suara pria membuatnya harus menoleh. "Marsha Lenathea, ya?"

"Hn..."

"Wow." Pekik lelaki bertubuh jangkung itu dengan nada tak percaya. Lelaki itu tersenyum segaris, kemudian mengulurkan tangannya. "Lo ingat gue kan?"

"Tentu. Evan Antonius?"

"Yeah. Ternyata lo masih inget gue." Pria itu tertawa kecil. "Di mana sekarang? Lo dicari banyak orang lho. Baru nampakin diri lagi selama... delapan tahun, huh?"

"Bandung. Gue ada usaha kecil-kecilan di sana. Lo? Gimana?"

"Gue? Ya... gini aja sih, Sha. Betah di Jakarta, enggak ke mana-mana." Evan memasukan dua tangannya ke saku celana bahan berwarna hitam. "Kerja, balik, nongkrong, tidur. Enggak ada yang menarik."

"Ngegym enggak sih? Tuh badan gue liat-liat makin kekar aja." Marsha tertawa kecil.

Evan Antonius tertawa. Ketika masa sekolah dulu, Marsha tak terlalu dekat dengan kapten basket itu, tapi, Marsha cukup ingat jika Evan dulunya punya wajah jangkung yang kurus sekali, tapi biar begitu, ia digandrungi banyak wanita karena untuk menjadi Evan Antonius, tidak perlu berusaha untuk terlihat tampan, ia seperti diberi keberuntungan dari Tuhan, karena menjadi tampan bagi Evan, bukan suatu hal yang harus diusahakan.

"Biar bisa gaet cewek. Jomblo nih gue."

"Apaan itu? Promosi diri?"

"Kalau lo mau." Evan mengedipkan sebelah matanya, bikin Marsha tertawa dengan lebar. Evan masih sama, masih jadi pria yang supel dan lucu. "Mantan calon suami lo, datang juga lho..."

Barang kali salah satu yang paling bikin Marsha keberatan untuk datang ke acara reuni merupakan pembahasan soal mantan pacarnya. Semua orang tahu jika dulu, Marsha dan sang mantan kekasih, merupakan pusat perhatian bagi siswa siswi.

Marsha yang pendiam dan tak benar-benar punya teman dekat ini, tiba-tiba didekati oleh pria yang konon empat tahun kemudian setelah mereka lulus sekolah-tepat mereka lulus kuliah, mereka merencanakan pernikahan, memimpikan punya keluarga kecil dan hancur lebur acara itu dua hari sebelum acara pernikahan terjadi.

Sampai Jumpa bukan Selamat TinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang