⚜GGMGM 21⚜

6.1K 192 3
                                    

“aku mencintaimu dengan sangat tulusnya, namun kau membalasnya dengan luka yang serius.“

Tutor move-on dong hu suhuuu


























"nak, 4 hari itu, terlalu cepat. apa.. kamu sedang kebelet buat kawin?" bisik Kyai Shaleh

Gus Fachrul menggeleng. hey, dirinya tidak sedang kebelet buat kawin! ia hanya tidak ingin menunda-nundanya lebih lama. "tidak abi. bukankah menunda-nunda sesuatu itu, tidak baik ya?"

"y-ya, tapi kan..."

"Gus. tanggal pernikahannya biar abinya Gus Fachrul saja ya, yang menentukan?"

Gus Fachrul mendesah pelan. "tapikan Zah.. kalau abi saya yang menentukan tanggal nya, akan sangat lama.. saya tidak ingin menunda-nundanya!"

"kamu dengar kan, tadi? abi ingin kita menikah setelah test diniah nya selesai. dan itu--itu sangat lama Zahra!"

"tapi ya nak, Ummi juga setuju dengan usulan abi kamu.." cicit Ummi Laeli

"Ummiii" rengek Gus Fachrul. kenapa sih, tidak ada satupun orang yang berada di pihak nya?! bahkan, Ummi nya saja berpihak pada abinya! huh, dasar.

Gus Fachrul menghela nafasnya panjang. mungkin, ia harus bersabar, dan menerima dengan lapang dada mengingat tanggal pernikahannya yang masih sangattt lamaa. "okey-okey. Fachrul setuju, sama usulannya abi yang tadi."

"nah, gitu dong daritadi. jadi, deal kan, kalau pernikahannya diadakan nya setelah selesai test diniah?"

"DEAL!!" jawab mereka serempak.

Dara dan juga Cici saling beradu pandang, lalu mengangguk. "deal! " jawabnya

Kyai Shaleh melirik ke arah jam tangannya. "sudah sangat malam, sebaiknya kami pulang dulu. terima kasih Pak Galih, Bu Riana, Zahra, dan--kedua kakak-kakaknya. kami pamit dulu. terima kasih atas waktunya. Assalamu'alaikum.."

"waalaikumsalam"

"oh iya, Zahra. besok kamu sudah harus balik ke pesantren ya!" ucap Kyai Shaleh

"baik Pak ky--eh, maksudnya abi."

Kyai Shaleh geleng-geleng kepala, melihat Zahra yang belum lancar memanggilnya dengan sebutan 'abi'. pastii ia slalu terpeleset memanggilnya dengan embel-embel 'Pak Kyai'. "lain kali harus dibiasain ya!" ucap Kyai Shaleh lalu dijawabi dengan sebuah anggukan oleh Zahra.

"sekali lagi, terima kasih Pak Galih, dan juga Bu Riana!"

"oh, iya Pak Kyai. sama-sama. terima kasih juga atas kunjungan nya." setelah itu, keluarga ndalem pun beranjak keluar dari rumahnya Zahra.

"kamu tidak pernah bilang sama mamah kalau kamu sedang dekat dengan anaknya Kyai Shaleh,"

"maaf mah.. tapi emang Zahra juga nggak terlalu dekat kok, sama dia. kenal juga baru beberapa hari. soalnya kan, dia ngabdi di pondok An-Nur, dia pulang juga karna harus merawat pondok abinya. pondok yang sekarang Zahra tempati"

"heumm.."

Cici memeluk mamahnya dari samping. "mah. kalau misalnya adek nggak jadi nikah, cowoknya buat Cici aja, ya?"

"nggak bisa! kamu cari cowok yang lain aja. kenapa harus cowok yang bentar lagi mau menikah dengan adekmu?"

"hihii.. abis dia ganteng. jadi, Cici suka deh!"

"heh. kakak itu, sudah punya pacar! ngapain ngerebut punya aku?!" lontar Zahra

"aelah dek.. kakak kan, cuman mau nawarin aja ke kamu. kalau kamu nggak mau sama dia, mending buat kakak aja. ye nggak?" Cici menaik turunkan alisnya

"enggak-enggak! mana bisa begitu!"

"bisaaa"

"nggak bisaa"

"bisa dekk!"

"nggak bisa kak! kakak udah punya pacar. jangan ngerebut punya aku dong!"

"heh, Astaghfirullahalazim.. kenapa jadi berantem gini sih?"

"Cici, masuk kamar! Zahra, masuk kamar! Dara, kamu juga masuk kamar!"

"iya mah.." Cici, Zahra, dan juga Dara pun kembali ke kamarnya masing-masing.

"papah nggak nyangka mah, bentar lagi Zahra mau nikah. apalagi, ini, nikahnya sama anak dari pemilik pondok lagi.." ucap Galih sembari menyenderkan kepalanya di sofa.

"mamah juga nggak nyangka pah.."

"papah harap sih, laki-laki itu (Gus Fachrul), mau menerima Zahra apa adanya."

"mamah harap juga gitu pah. ya, papah tau sendiri kan, Zahra itu, orangnya doyan banget makan. tapi, dia juga nggak bisa masak. masak juga bisanya yang simpel-simpel. seperti.. emm.. masak air, masak telur di ceplok, masak nasi goreng, masak tempe, plus tahu digoreng, ya, walaupun hasilnya asin nya minta ampun. udah kayak orang mau nikah lagi"

"Zahra memang beda, dari kedua kakak-kakaknya. tapi, dia juga yang paling rajin dari keduanya."

"eh, Zahra ngasih tau tentang hafalannya nggak, sama mamah?"

"papah pengen tau banget nih, hafalannya Zahra udah berapa juz,"

"seingat mamah ya, pas itu, Zahra bilang, kalau hafalannya baru 17 juz. kurang beberapa juz lagi, buat khatam."

Galih mengangguk. "hmm.. bagus lah, kalau hafalannya sudah segitu. papah takjub sama dia"

"mamah juga takjub sama Zahra. dia bisa menghafal Al-Qur'an se-banyak itu,"



•°•°•°•°•°



Zahra memeluk boneka teddy bear nya. "kalau misalnya aku udah nikah, apa aku masih bisa curhat lagi, sama kamu?" tanyanya sembari memandang lurus ke arah boneka teddy bear milik nya yang sedang ia peluk.

"emm.. aku kangen kamu tedyyy.. udah lama kita nggak ketemu. semenjak aku mondok aja, kita jarang ketemu. ketemu pun, pas aku pulang ke rumah. tapi, di pondok aku juga udah punya temen curhat. bentuknya boneka kayak kamu. tapi, dia boneka nya boneka hello kitty. bukan boneka teddy bear seperti kamu. tapi, walaupun di pondok aku sering curhat sama kitty, aku, nggak bakal lupain kamu kok, tedyy. "

Zahra memeluk boneka nya dengan sangat erat. "aku sayang banget sama kamu tedyyy "



•°•°•°•°•



"Dorrr!!!"

Gus Fachrul yang habis memarkirkan mobilnya sentak terkejut ketika melihat Ustadz Imam dan juga Ustadz Fathul yang sekarang berada didepannya. "innalillahi!"

"kalian ngapain sih, ngagetin saya?!" kesalnya. ia melipat kedua tangannya didada. "kayak nggak ada pekerjaan yang lain aja, selain ngagetin orang"

"ngagetin orang, sekarang menjadi hobi kita berdua Gus! yakan thul?"

"oh, iya. jelass! kami suka mengagetkan orang"

"ck! sudah-sudah. sana kalian balik aja ke pondok" ucap Gus Fachrul dengan nada seperti mengusir.

"Gus ngusir kita?"

"bisa dibilang gitu,"

"kita berdua ini, sedang menjalankan piket tau. yaitu piket berjaga-jaga! takutnya ya, kalau kita balik ke pondok, dan--tidak melaksanakan paketnya, kami diberikan sanksi oleh si Gus nya, trus.. nanti kalau ada santri yang mencoba kabur gimana? atau.. mencoba untuk ketemuan?"

Gus Fachrul memutar bola matanya malas. "ya ya ya. terserah kalian saja. saya masuk ke ndalem dulu. Assalamu'alaikum" tanpa menunggu jawaban salam dari Ustadz Imam dan juga Ustadz Fathul, Gus Fachrul pergi begitu saja.

"eh, si Gus maen pergi-pergi aja."

"IYA, WAALAIKUMSALAM GUS!"



















Jangan lupa kasih votmeen nyaa❣️

GADIS GENDUT MILIK GUS MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang