PART 4 : JAJAN?

95 16 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

4. JAJAN?

   Galen kini sedang duduk di tepian lapangan sembari meminum air mineral. Latihan tadi membuatnya lelah dan banyak mengeluarkan keringat. Ia melihat jam di tangannya, sudah sore sekali, menjelang malam. Galen segera bangkit. "Gua cabut dulu, ya," katanya. Ia meraih ransel berwarna abu-abu itu lalu berjalan meninggalkan teman-temannya.

   "Ke sini telat, pulangnya duluan."

   Netra Galen mencari-cari sosok Luna, dimana gadis itu? Akhirnya, dia menemukan Luna yang sedang berjalan ke arahnya, dengan gadis berambut panjang yang di kuncir kuda, dia adalah Arasya. Arasya mempercepat jalannya, ketika sudah ada di hadapan Galen gadis itu menyodorkan buku catatan matematika milik Galen. "Thanks, oh iya lo mau nggak ikut—"

   Galen meraih bukunya. "Kalo itu, gua nggak mau." Galen meraih lengan kecil Luna lalu membawa gadis itu untuk pergi menjauh dari Arasya yang masih terpaku di tempatnya. Merasa tak enak hati, Luna menoleh kebelakang, melihat Arasya yang membalikkan badannya lalu mulai berjalan. "Dari tadi lo sama dia ngobrolin apa?"

   "Ngobrolin kak Galen."

   Galen membukakan pintu mobil untuk Luna, gadis itu segera masuk. Setelah menutup pintu, lelaki itu segera masuk ke dalam dan memakai sabuk pengamannya. "Dia ngomong apa aja?"

   Luna menoleh. "Ngomong kalo kak Galen itu sering di kira pacaran sama kak Arasya, kak Galen lebih suka ikut olimpiade bahasa Inggris soalnya bahasa Indonesia kak Galen belum begitu lancar."

   Galen berdehem, netranya menatap lurus ke jalanan. "Dia bilang gitu? Nggak kok, gue juga suka ikut olimpiade matematika, kalo bahasanya Inggris." Lelaki itu berdehem lagi, apa dia sudah berbicara panjang kepada gadis di sampingnya? Tiba-tiba ponselnya berdering, menampilkan nama Angkasa di sana-sahabat Galen. Lelaki itu segera memasang earphone.

   "Iya, nanti gua ke sana, ya. Ini gue habis pulang latihan." Setelah menjawab telepon Angkasa, Galen mematikan teleponnya, mata lelaki itu beralih melihat ke arah Luna yang tengah memainkan ponselnya, lalu beralih lagi melihat ke arah depan. "Gua anterin lo ke rumah."

   Luna menoleh. "Kakak mau keluar lagi emangnya? Yaudah, sih, gue ikut aja," jawab gadis itu enteng, lalu dia melihat ponselnya lagi.

   Galen berdecak kesal. "Oke gini-gini. Gua turutin apa yang lo mau." Mata Luna mendelik, ia langsung menaruh ponselnya. Luna hendak menjawab, tapi tertahan karena jari lelaki itu membungkam mulutnya. "Tapi lo harus nurut apa kata gua, lo jangan ikut gua," lanjut pria itu.

   Luna mengangguk semangat, dia sedikit berfikir. "Ah, iya! Gue mau ... Mau beli jajan! Ayo, ke supermarket!" ajak Luna semangat. Lumayan, bisa ambil jajan sepuasnya.

   Galen berdecak kesal. Jujur saja, dia masih tidak terima atas keputusan mamanya, mulai sekarang Luna akan menjadi adik Galen, tanggung jawab Galen. Apa? Galen hanya tidak suka di ganggu, bahkan saat mamanya mengandung Galen sangat-sangat murka, tapi sepertinya Tuhan sedang memihak pada Galen saat itu. Mamanya keguguran, dan Galen sangat-sangat senang, dia tak jadi mempunyai adik. Tetapi sekarang? Dia malah mempunyai adik, adik angkat.

GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang