"Kalau semua orang mandang fisik, yang ganteng suka nya sama yang cantik yang jelek juga sukanya sama yang cantik. Terus yang jelek dapet apa?" Ayara bertanya dengan polos.
"Dasar bocah goblok!" Revan menjitak kepala Ayara dengan kencang. Kesal dengan pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Ayara.
"AW SAKIT BANGET?! GA BOLEH KAYA GITU EPAN!" Ayara mengelus kepala nya yang terasa sakit.
"Ya lagian tolol banget sih. Tuhan itu udah menciptakan hamba nya dengan bentuk yang sempurna dan dengan takarannya masing-masing. Kaga ada di dunia ini yang jelek. Lo akan terlihat cantik dimata orang yang tepat." Revan menjelaskan dengan bijak.
"Dih sok bijak najis, Lo juga mandang fisik kaga usah sok paling bijak tai." Feron menyanggah ucapan Revan dengan ekspresi wajah yang geli.
"Lah ya memang gue mandang fisik, itu udah jelas. First impression Lo ke orang lain pasti yg pertama fisik kan? salah ga? cantik itu relatif bro yang menurut gue cantik belum tentu menurut Lo juga cantik kan? gue cuma mempertegas, kaga ada yang jelek di dunia ini." Revan dengan santai menjawab pertanyaan Feron serta mengangkat salah satu kaki nya.
"Berisik. Masalah kecil jangan diperbesar." Ciano yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara, muak dengan pembicaraan teman-temannya yang mengganggu ketenangan. Ciano tidak suka keributan. Ciano selalu menyumbat telinga nya dengan earphone yang setia menemani nya.
"Ini namanya bertukar pikiran Yo.." Feron berbicara dengan postur tubuh serta mimik wajah yang berlagak seperti orang pintar.
"Njay keren juga ni temen gue." Ucap Revan membela Feron. Sedangkan Ciano hanya melemparkan tatapan datar dan kembali mengotak atik ponselnya untuk mengatur musik yang ingin ia dengarkan.
"Jeya cakep juga yak." Ucap Feron ketika melirik ke arah pinggir lapangan basket. Disana terlihat segerombolan mahasiswa yang juga ingin bergabung untuk bermain basket.
"Tiba-tiba bet tai. Kesambet apaan Lo?" Revan mengerutkan kening nya heran.
"Noh dipinggir lapangan. Cakep banget, apa kaga jatuh cinta terus pacaran sama dia?" Feron tak henti-henti nya menatap kearah Kajeya.
"Cakepan juga Ayara iya ga ay?" Ucap Revan seraya melirik ke arah Ayara.
"Hah?" Ayara melotot tak percaya.
"Aku cakep? kamu bilang Aya cakep pan?" Ayara histeris mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Revan. Sedangkan yang ditanya tidak memberi jawaban.
"Heboh bener ay." Feron menutup mulut Ayara.
"Ay, ay! Don't call me that. My name is AYARA! Not ay! Can u just call me Ayara?" Ayara berteriak ke arah Feron.
"Dih si tai, Revan manggil Ay Lo kaga protes, napa gua yang manggil malah jadi ngereog gini?" Feron tidak terima karena menurut nya Ayara tidak adil.
"Memang Epan doang yang boleh, kamu ngga." Ucap Ayara seraya menghadap kearah Revan. Sedangkan Revan justru melirik dengan bingung ke arah Kevin yang sedari tadi hanya diam.
"Tumben Lo diem doang pin?" Tanya Revan.
"Tau, tumben amat biasa nya juga ngerocos mulu." Veron menyetujui ucapan Revan. Pasalnya setiap kali mereka berkumpul Kevin lah yang paling banyak bicara. Berbagai macam hal yang ia bahas. Mulai dari game, musik, motor, dan lain sebagainnya. Kevin lah yang biasanya selalu menjadi pencair suasana.
"Gue diem salah berisik juga salah, memang susah temenan sama lo pada." Kevin akhirnya membuka suara setelah sekian lama diam tanpa sepatah kata pun.
"Yaelah gue cuma nanya kali. Emosian bener." Ucap Revan
KAMU SEDANG MEMBACA
sail away
AcakSemakin kamu menyukai mawar, semakin kamu harus menanggung durinya.