28. Istrinya Orang

630 57 45
                                    

Zayyan sesekali mengusap-usap keningnya yang tadi habis kena jitakan darimana-mana dan yang paling keras adalah jitakan dari si Buto Ijo. Kini Buto Ijo sedang berada di kamarnya sejak satu setengah jam yang lalu. Sang Buto Ijo sedang mencoba meluluhkan hati sang istri sementara si kembar kini sedang dijaga oleh Emran dan Ehsan setelah dimandikan oleh dua Mbak Khadamah.

"Mereka ngapain ya? Lama bener, kita aja udah sholat, udah mandi, wangi, itu dua orang belum keluar," komentar Zayyan tanpa rasa berdosa sama sekali.

"Sok banget gak salah," desis sebuah suara, ketus.
Zayyan melirik saudara cool-nya.

"Lah emang salahku apa?" tanyanya sok polos.

Biru kembali menjitak kening Zayyan membuat si absurd memekik keras sekali.

"Sakit, Ru! Tak laporkan Bapak Idan ya! Kamu telah melakukan kekerasan pada anak jenderal."

"Lapor sana! Gak takut malah kamu bisa nambah hukuman dari Bapak Idan."

Zayyan mengerucutkan bibirnya.

"Apa salahku, Akhi? Dedek emesh salah apa sih? Kamu suka sekali menganiayaku, huhuhu," ucap Zayyan sok berkaca-kaca karena emang lagi ngaca melalui kaca etalase.

"Ck! Dasar. Kamu tuh kebiasaan!" desis Biru dengan suara sinis.

"Lambemu itu loh! Kalau ngomong suka gak direm," lanjut Biru.

"Kayak tadi."

"Lah kan aku ngomong sesuai fakta, Ru! Uncle natapnya intens banget."

"Tapi gak perlu ditambahi kata mau poligami juga, Yan?! Kan belum tentu maksud Uncle begitu, mungkin Uncle lagi mikir hal lain seperti, jadiin Mbak Sena sebagai modelnya. Kan Uncle selalu jitu ngelihat orang untuk soal bisnisnya," celetuk Ibra bijak.

Keenan yang sehabis menjitak adik absurnya diam saja, kini menatap Ibra dengan kening berkerut.

"Kamu kenal Ning Sena?"

Ibra kini malah balik menatap sang kakak.

"Mas Ken, please lah. Amnesianya jangan keterlaluan banget! Ya aku kenal Mbak Sena lah wong kan semenjak mondok di sini, ikutan jadi mbak khadamah, suka ngajarin Ibra, Mbak Ana sama Alea juga. Terus kan keluarga kita deket. Sering ketemu, dan Mas juga ikut, loh."

Keenan terlihat sedang mengingat-ingat. Ibra menepuk dahinya, pelan.

"Ya Allah ya Rabb, Mas Mas! Jangan-jangan Mas ya gak ingat Mbak Qonita, Mbak Yasmin, Mbak Farhana dan ...."

Ibra menyebut semua nama sepupu mereka dari garis kakek, nenek, hingga kedua orang tua. Jawaban dari Keenan adalah ringisan yang membuat Ibra hanya bisa mendesah pasrah.

"Ibra nyerah ya Allah."

"Hehehe. Tapi kok kamu bisa mikir Uncle mungkin mempertimbangkan Ning Sena buat jadi model?"

"Mbak Sena kan kalau untuk ukuran cewek termasuk cantik, Mas. Aku yakin Uncle Attar pasti lagi mikirin konsep buat Belle Hijab."

Keenan manggut-manggut dan suara lain kembali membuat Keenan manggut-manggut lagi.

"Betul! Uncle kan selalu bisa mencari peluang dan feelingnya selalu tajam buat nyari bakat-bakat terpendam. Meski aku kesal mengakui Mbak Shada keren pas jadi model, tapi ya nyatanya emang keren," imbuh Biru.

"Dih, mbak sendiri dikatain."

Biru melirik sadis Zayyan, "Kayak diri gak jauh beda, sadar woi, nyadar diri. Bukannya kamu pun sama. Kupingku sampai panas dengerin kamu curhat tentang Mbak Ida. Mbak Ida galak lah, kejam lah, judes lah, Mbak Ida beginilah, begitulah."

Jodoh Untuk Pak Komting! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang