Bab 20- Muka Bumi

128 14 4
                                    

Senja kali ini entah terlihat begitu indah, kemuning bercampur oranye diimbuhi jingga menjadi padanan yang epik. Keid tampak tak main-main meminta Ashlynn untuk datang ke cafe karena suasananya yang mendukung apa yang akan mereka bahas. Keid memilih meja memiliki kursi dengan sandaran bulat berwarna abu-abu terang. Keid menyodorkan map berwarna merah di depan Ashlynn, wanita cantik yang telah banyak membantunya itu mengambil dan memeriksa isinya, membacanya dengan teliti per kata. Ashlynn mengambil sebuah kantung kecil berwarna perpaduan warna ungu dan pink, mengeluarkan isinya adalah stempel namanya, lalu membubuhkannya ke perjanjian mereka yang telah dibatalkan secara sepihak oleh Keid. Ashlynn tak lupa pula menambahkan tanda tangan yang meliuk indah.

Usai Ashlynn menandatangani itu, Keid mengirimkan bukti transfer dari rekeningnya ke rekening milik Ashlynn dengan jumlah di luar perjanjian awal. Ashlynn memberikan salinan perjanjian masing-masing, lalu mempersilakan Ashlynn untuk menikmati hidangan yang telah dipesankan Keid.

"Kami akan menikah pertengahan bulan ini, tanpa atau dengan restu keluarga," ujar Keid memberikan undangan pernikahan berwarna emas dan cokelat pada Ashlynn. Ashlynn menaruh garpu selagi mengambil kartu undangan dari Keid. 

"Benarkah saya diundang? Mungkin Nona Kira berbeda pendapat denganmu soal ini, Pak Keid Achard. Sebab, Nona Kira melarangku untuk datang, mungkin takut jika semua tamu undangan membicarakan daripada pengantin wanita."

"Bisakah kita bicara santai? Kau bertemu dengannya?" tanya Keid kaget.

"Semalam, dia memberiku hadiah dan mengatakan jika jangan datang ke acara kalian. Jadi, aku menjadi bingung sebaiknya datang atau tidak?" Ashlynn menatap Keid yang kaget dengan sikap calon pengantinnya.

"Aku akan bicara dengannya soal ini. Terima kasih sudah membantuku, jika keluargaku menghubungimu  abaikan saja atau laporkan padaku. Aku undur diri," ujar Keid memberi salam dan meninggalkan tempat sambil menelepon seseorang, mungkin saja Kira yang ditelepon Keid.

Ashlynn a.k.a Kinsley masih duduk di tempat, menatap kartu undangan yang masih bersegel, lalu membukanya. semoga saja keluarganya tak muncul lagi, mereka yakin mau punya menantu seperti Kira? Ashlynn membalik bagian luar undangan dari kertas tebal berwarna cokelat dengan garis tepi berwarna emas. Bagian dalam berupa kaca yang ditulis dengan tinta emas berhias bunga di tepian inti undangan.

"Permisi, bolehkah saya ikut duduk di sini, meja lain penuh," ujar seorang pria yang memakai kemeja berwarna khaki pada Ashlynn.

Ashlynn yang sibuk membuka undangan dari Keid, pun sedikit mendongak melihat siapa yang mengajaknya bicara. "Oh, tentu saja. Silakan."

Pria yang memakai kacamata bertengger di hidung mancung duduk sambil menaruh nampan berisi kopi dan sepotong cake di piring kecil. "Terima kasih, Nona ... ."

"Ashlynn."

"Nama yang bagus, Nona Ashlynn."

Ashlynn hanya tersenyum dan membaca undangan dari Keid yang tak biasa, lalu mengembalikan ke pembungkusnya yang berwarna cokelat. "Terima kasih."

"What we have done for ourselves alone dies with us; what we have done for others and the world remains and is immortal."

"Apa?" tanya Ashlynn setelah mendengar ungkapan pria di depannya, tangan Ashlynn tak sengaja menyenggol krim cake dan membutuhkan tisu untuk menyeka noda.

Pria di depan Ashlynn hanya tersenyum dan memeriksa kotak tisu yang isinya habis. "Isinya habis."

Ashlynn bangkit ke meja kasir di mana melihat ada kotak tisu di sana. Wanita yang merasa sangat lelah, tetapi memilih untuk datang menemui Keid itu mengambil dua  lembar tisu untuk mengusap tangannya, ketika hendak kembali ke mejanya Ashlynn tertegun. Pria yang tadi mengajaknya bicara sudah tak ada di sana, Ashlynn pikir pria itu pindah meja lain, nyatanya tak ada di meja manapun.

Deamflum [The End] Where stories live. Discover now