25. Jika Jonash akan diculik

460 91 22
                                    

"WOY! DISINI JOMBLO SEMUA ANJIR!" Protes Jonash tidak terima ditemani sorakan riuh dari anak-anak lain yang juga bersiul menggoda.

Dalam pandangan anak-anak Cruz, mereka hanya dapat melihat tengkuk Van yang di tarik Alura karena posisi Van adalah membelakangi semuanya.

Van terkejut tatkala Alura menarik dan menabrakan kening Van dengan keningnya sendiri. Dalam jarak sedekat ini, kedua napas mereka beradu dan Van dapat melihat bulu mata Alura yang bergerak ketika netranya terpejam.

Alura sedikit menjauhkan kening mereka sebelum menutup kedua netra Van dengan sebelah telapak tangannya. Belum sempat protes, Alura kembali bergerak, menyentuhkan kening dengan telapak tangannya yang menutup netra Van.

Dalam jarak seintim ini, sorak-sorai menggoda terus bersahutan menggoda ketua mereka yang sedang bermesraan.

Namun yang sebenarnya terjadi ... jauh melebihi itu. Ini merupakan neraka tidak berujung, penderitaan paling mendalam.

Entah bagaimana caranya, Alura dapat membagi penglihatan kilasan kematian Jonash pada Van.

Napas Van sesak dengan jantung mencelos ketika dia pun bisa melihat kilasan kematian Jonash yang mengerikan.

Sampai mampu membuat Van menitikan air matanya.

Si badboy pemarah yang terlihat sangat skeptis dan tidak peduli pada orang lain mampu menangis karena sahabatnya.

Bahkan orang terkejam dan tersangar sekalipun bisa meneteskan air mata untuk orang yang disayanginya.

Alura menjauhkan diri membuat Van menutup netranya dengan telapak tangannya sendiri, berdiam di tempat agar semua orang hanya dapat melihat punggungnya sementara satu tetes air mata mengalir membasahi pipinya.

"Sialan." Umpat Van menggertakan giginya.

Kematiannya benar-benar mengerikan.

Netra Alura mengerjap redup sebelum melewati tubuh Van dan berjalan lurus ke arah Jonash yang sedang duduk di kursi lebar depan warung.

"Jonash gue...,"

Ucapan Alura tidak tersampaikan tatkala tahu-tahu Van sudah menariknya menjauh dari mereka.

"Kok gue jadi takut ya?" Tanya Jonash melihat interaksi keduanya barusan.

"Takut apa?" Tanya Ian mengerutkan kening.

"Takut gue berada dalam kisah cinta segitiga, dimana gue yang jadi pemeran utama."

"Yeu si anjing."

**

Setelah di bawa naik motor entah kemana, akhirnya Van mengajaknya ke Cafe yang jauh dari sekolah. Cafenya lumayan sepi, keduanya memilih tempat duduk di dekat jendela besar dengan dua iced americano yang sudah tersaji namun tidak di sentuh sama sekali.

"Kapan?" Tanya Van meneguk ludahnya sendiri, lidahnya terasa kelu kali ini.

"Kejadiannya." Lanjut Van karena dia tidak melihat sebanyak dan sejelas yang Alura lihat.

Bahkan dia tidak punya waktu menanyakan bagaimana cara Alura membagi penglihatannya pada Van.

Alura menyalakan ponsel untuk melihat tanggal sebelum mendongkak, "Besok. Gue yakin gak salah lihat."

Sontak Van membelalak dengan tangan memukul meja pelan, "Kenapa lo gak bilang dari awal? Ini waktunya mepet banget!"

"Lo sendiri yang banyak omong tadi waktu gue ngajak nolongin Jonash!" Tukas Alura tidak mau diomeli.

Van jadi menghembuskan napas kasar sebelum menyandarkan punggung pada kursi, "Besok hari libur." Gumam Van menyugar rambutnya ke belakang sambil termenung.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang