Beby pov
Aku berada di caffetaria bersama Sooya, kami sedang mempelajari beberapa bab untuk materi kuis. Ya ampun.. kami mahasiswa baru tapi kami di beri kuis mendadak.
Aku memakan roti panggang ku, aku belajar sambil sarapan bersama Sooya. Nanon tidak disini, aku tak tau kemana anak itu dan saat aku menghubunginya dia tak mengangkatnya. Mungkinkah dia terlambat bangun? Atau ada kuliah siang? Mungkin Iya. Aku akan bertanya nanti.
Saat kami dengan tenang sarapan dan membaca buku kami, tiba tiba seseorang mendekati kami. Oh tidak! Bukan hanya seseorang tapi beberapa orang gerombolan.
"Pagi cantik..." dia menyapaku? Atau siapa?.
Oh itu senior kating yang kemarin meng ospek ku. Mau apa dia?.
"Kau menyapaku?" Tanyaku dan aku tak salah kan? Tak ingin percaya diri jadi aku perlu bertanya.
"Sombong sekali dirimu... kau pikir siapa yang aku tanya huh? Dia? Tak menarik" katanya menunjuk Sooya dan jelas itu membuat Sooya geram.
"Yah! Siapa juga yang tertarik dengan orang seprti mu! Tampan juga tidak! Kenapa? Tak terima? Mau apa kau?! Ini sudsh di luar ospek jadi tidak ada senioritas" Sooya berkata mulai emosi dan pria itu tampaknya tak perduli dengan Sooya?.
"I don't care about you nerd, aku sedang menyapanya" dia berkata menatapku tersenyum. Kenapa dengannya?.
"Aku belum tau namamu.. siapa dirimu? Bisa kita saling mengenal?" Tanyanya mengulurkan tangannya padaku.
"Sorry? Apa tujuanmu untuk mengenalku?" Tanyaku dan dia terkekeh bersama teman temannya.
"Wow... dia tampak sok jual mahal" temannya berkata dan dia menaikan sebelah alisnya menyeringai ke arahku.
"Oh aku hanya ingin tau saja siapa dirimu.. apa itu tak boleh?" Tanyanya dan tentu saja tidak! Aku tau niat busuk pria seprtinya! Aku sudah punya kekasih dan aku akan menjaga perasaan kekasihku.
"Tidak, aku sudah punya kekasih dan aku harus menjaga diriku" kataku acuh tak perduli padanya.
"Kekasih? Tunggu... oh apa dia adalah.. anak yang waktu itu sok membantumu? Hahahaha ternyata seleramu rendahan sekali ya.." apa katanya? Apa yang dia bilang? Kenapa dia tidak memiliki moral sedikitpun?.
"Jaga ucapanmu ya! Apa maksud dari perkataan mu tentang rendahan huh?!" Kataku tajam mulai menatapnya kesal.
"Hey.. Chill girl.. kenapa harus marah? Jika tidak benar tidak usah marah ok?" Katanya dan aku benar tak suka dengan cara dia mengatakan itu pda kekasihku.
"Hey... kau ini cantik.. tapi kenapa ya? Sok jual mahal sekali.. kau pikir kau ini siapa huh? Yang tercantik disini? Huh... bahkan kau tak berarti apapun padaku" katanya dan aku mengepalkan kuat kuat tanganku.
"Kau ini cantik... tapi mengapa memilih menjadi kekasih anak itu? Apa kau di bayar menjadi kekasihnya? Dia kaya bukan? Oh pantas saja... kau pasti menginginkan hartanya kan?" Katanya dan aku memburukan nafasku. Apa yang dia katakan? Dia sudah benar benar membuatku emosi.
"Dia kan cacat... sama seperti kakaknya... mengapa bisa kau mencintai orang cacat seprtinya?"
Plak
Aku menampar wajahnya. Jelas! Aku sudah sangat kesal dan meluapkan segala emosiku.
Dia keterlaluan! Mengapa dia mengatakan itu padaku?! Siapa dia beraninya menjelekkan an kekasihku huh?!.
"Jaga mulutmu! Kau pikir kau ini siapa huh?! Dengar ya! Meskpun dia cacat! Dia tak sebrengsek dirimu yang suka melukai hati wanita! Sialan! Mulutmu seperti sampah busuk! Bahkan hatimu dan juga wajahmu! Cuih!" Kataku meludhainya karna aku sudah sangat kesal dengannya. Bagaiaman tidak? Dia tak bisa menjaga ucapannya tentang kekasihku. Dia pikir dia siapa huh?!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly 2
FanfictionBuku kedua dari sky dan butterfly 1. Biar gk bingung baca dulu yang pertama ok? Futa! G!P 20+++ Gk boleh salpak anjir!