6

616 88 1
                                    

"Anak-anak, siapa nama kalian?." Tanya paman Han. Setelah melewati hal yang panjang akhirnya kita bisa beristirahat sejenak. Makan malam dengan seadanya. Duduk melingkari meja dengan lauk pauk yang sederhana, terlihat nikmat ketika sedang kelaparan. Disebalah kiriku ada Hyunsu dan sebelah kanan ada Jisu.

"Aku Kim Yeongsu." Jawab anak lelaki, yeongsu.

"Aku Kim Suyeong." Terlihat berat sang kakak mengatakan nya.

"Ah...nama kalian mirip, sama sepertiku."
Suyeong dan Yeongsu menatapku dengan tatapan polos mereka, Itu Sangat menggemaskan. Aku mengangkat bahuku, lalu kembali makan.

"Yeongsu dan Suyeong....nama unik mereka..." Ucap paman Han sembari mengedarkan pandangan nya, mungkin sedang merangkai kata-kata di otak nya. Agar kakak beradik itu tidak sedih.

"Kurasa kalian diberi nama mirip agar selalu bersama. Yeongsu, Suyeong. Benar?."

"Ayah yang menamai kami." Ujar Suyeong. Ku lihat raut wajah mereka yang sedih. Kematian ayahnya terjadi didepan mata mereka. Pasti meninggalkan trauma yang mendalam.

"Ayah..." Lirih Yeongsu sedih, matanya terlihat berkaca-kaca.

"Tenang kakak juga tidak punya orang tua."  Sekarang aku menjadi pusat perhatian mereka, terlihat raut wajah yang menghasihaniku. Bibi Im memberikan sepotong dagingnya pada Yeongsu, sehingga memecahkan keheningan.

"Terimakasih."

Paman Han mengambil minuman, di sodorkan pada Jaehoen. "Tidak, terimakasih. Aku tidak minum." Tolak Jaehoen sopan. Kak Jisu langsung merebut nya dan meminumnya dengan sekali tegak.

"Kau pasti tahu caranya minum." Takjub paman Han. Lalu mengambil satu lagi dan menyodorkan pada Hyunsu.

"Kau juga minumlah."

"Aku..." Seolah mengerti paman Han tidak jadi memberikan pada Hyunsu.

"Untukku saja paman." Pintaku sambil menyodorkan tangan dengan penuh harap.

"Tidak, kalian masih pelajar. Lagipula ada anak-anak. Akan ku belikan minuman jika kalian sudah dewasa kelak. Kalian harus belajar minum dari orang dewasa." Paman Han menegak minuman dengan nikmat, semakin aku ingin mencobanya.

"Tapi..." Kataku murung.

"Akankah... hari itu datang." Perkataan Hyunsu membuat suasana menjadi hening. Setelah mengatakan itu, ia menundukkan kepalanya. Ku pegang tangan dengan erat, seolah menyalurkan asa.

 Ku pegang tangan dengan erat, seolah menyalurkan asa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Ilustrasi by pinterest

"Kita tidak ada yang tau apa yang akan terjadi esok, lusa atau nanti. selagi masih memiliki waktu untuk hidup, hargailah setiap momennya." Ujarku memberi mereka semangat.

"Kau sangat dewasa nak."balas paman Han.

"Astaga. Aku sangat malu di puji paman." Ku sembunyikan wajahku dibelakang tubuh Hyunsu, dengan tangan yang saling menggenggam.

SWEET HOME ••• [ FIGHTING to STAY ALIVE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang