"Syukurlah Gamavin telah melewati masa komanya. Setelah ini kita pantau 1x24 jam dan jika perkembangannya membaik maka akan dipindahkan pada ruang rawat.
Oh iya, kemungkinan Gama masih akan sering tertidur dan bangun, ini karena efek obat dan baru saja bangun dari tidur panjangnya. Jadi selang ventilator masih belum bisa lepas untuk kewaspadaan pernafasan pasien.
Keluarga sudah bisa menjenguk namun tolong jangan membuat pasien tidak nyaman, Terimakasih." Ryan yang baru saja beres memeriksa Gama berujar, sosok Dokter itu begitu terkejut ketika Nurse call pada ruang ICU ditekan ribut. Sekejap berpikir hal buruk, akan tetapi begitu sampai dihadirkan raut sendu dari Markus. Ah, Gamavin sadar ternyata.
"Terimakasih nak" Herlambang yang berada disana berterimakasih.
Pada awalnya Ia tengah pada perusahaan, akan tetapi Eric— Sang Bodyguard mengabarkan bahwa cucunya telah siuman.
Kakek itu segera berlari meninggalkan hiruk-pikuk pekerjaan, menuju pada tempat dimana cucunya berada.
Orion pasti senang mendengarnya, keponakan yang Ia tunggu akhirnya sadar. Ah, sayang putra bungsu Herlambang tengah menggantikan pekerjaan yang tak satu negara, menggantikan tugas yang biasa Kakaknya emban.
"Sama-sama, memang tugasku. Dan lagi pula Gamavin juga sudah kuanggap seperti kerabat sendiri." Ryan berujar tulus.
Jika saja Ia mengucapkan bahwa Gamavin Ia anggap seperti putranya, bisa habis rata dirinya dengan Ayah sahabatnya. Maklum gess, masi takut sama bapaknya.
"Silahkan, kalau begitu Saya tinggal dulu." pamit Ryan.
Markus sejak tadi diam. Membeku akan situasi yang baru saja Ia terima. Akhirnya....putranya sadar.
"Pah..." gemetarnya pada sang Ayah.
"Iya, putramu sudah sadar. Cucu Papa sudah kembali. Temuilah." Herlambang berujar, sebentar membelai bahu putranya. Meyakinkan bahwa yang baru saja mereka dengar memang kenyataan.
"G-gamavin...ss-sadar...."
"Temuilah nak, habiskan waktumu dengan Gama. Cucu Papa pasti merindukan Ayahnya." Dekapan Herlambang berikan pada Sang Putra.
Sungguh haru suasana kali ini. Rasanya putra yang dulu Ia gendong dengan memerah, kini telah beranjak menjadi sosok Ayah yang hebat.
Putranya hebat. Terimakasih telah besar menjadi sosok yang kuat. Herlambang bangga pada Sang Sulung yang begitu luar biasa.
■■■■■■■
Pintu terbuka dengan perlahan, memperlihatkan sosok dengan berbagai alat menempel pada tubuh apiknya.
Markus berjalan mendekat, berusaha menyembunyikan air mata yang berlomba-lomba keluar.
Katakan Markus terbiasa melihat melihat alat yang menempel pada tubuh sang putra, bagaimana tidak? ini yang selalu Ia lihat tiga minggu kebelakang.
Telapak kecil itu Ia genggam, dengan surai sang Putra yang Ia usap perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamavin and The Martin [END]
Novela JuvenilKeseharian yang mengalir bagaikan arus sungai, tiba-tiba saja terusik dengan kabar bahwa dirinya akan diadopsi oleh seorang DUDA KAYA RAYA. Keseharian yang seharusnya berjalan tanpa arah harus berubah dalam arahan seseorang, bahkan aturan sebuah kel...