Piket (K.I)

1.7K 8 0
                                    

Malam ini 16 member berkumpul di theater untuk melakukan latihan, latihan malam ini adalah latihan untuk show Ramune yang akan diadakan weekend. Pukul 8 malam mereka sudah mulai berkumpul di theater sambil menunggu sensei memanggil. Jessi mendekati Kathrina yang tengah duduk sambil main handphone.

“Wih, udah siap banget nih piket!” ucap Jessi menggoda Kathrina yang sedang duduk.
“Ih apasih ci Jeci!” balas Kathrina dengan wajah malu.

Jessi menggoda Kathrina karena gadis itu memang terlihat sekali sudah siap untuk piket. Hari itu Kathrina mengenakan knit cardigan putih sebagai outer dan di dalamnya ia mengenakan crop t shirt putih polos yang terlihat kecil di tubuhnya, di bagian bawah gadis itu mengenakan jeans biru yang menampilkan bentuk kaki kenjangnya yang seksi. Para member ikut tertawa mendengar Jessi yang menggoda Kathrina, mereka semua juga paham bahwa Kathrina sudah begitu siap untuk piket hari ini. 

“Ayo kita mulai latihannya ya!” ucap sensei pada para member. Para gadis itu langsung menuruti dan memasuki area theater.

Hari ini berbeda seperti latihan di theater biasanya, hari spesial yang biasa member sebut “piket” ini adalah hari spesial yang tak seperti hari hari lain. Pada hari piket, para member yang latihan tidak akan berada di atas panggung namun mereka akan berlatih, belajar blocking, maupun memantapkan gerakan di lantai theater. Mereka akan berada di bawah sedangkan member yang terjadwal akan berada di atas panggung untuk melaksanakan “piket”. Seperti yang sudah menjadi hal biasa, para member langsung menuju ke lantai theater dan melakukan latihan sesuai arahan seorang sensei wanita, sedangkan Kathrina yang mendapat jadwal piket langsung naik ke atas panggung.

“Ini dia Kathrina piket!” ucap Ashel sambil terkekeh yang disambut keriuhan para member.
“Uuuh mantep ini” sahut Jessi.
“Ayo fokus fokus buat Ramune!” Sensei wanita itu mengomeli mereka.

Kathrina berdiri diam di atas panggung, menunggu para sensei naik ke atas panggung untuk memulai piket. Sebuah latihan khusus yang para member dapatkan secara bergantian, latihan yang dapat meningkatkan kemampuan menari, stamina, dan terutama daya tarik ketika tampil di atas panggung. Akhirnya sensei memasuki area panggung, membuat Kathrina berdiri dengan gelisah.

“Ini dia mulai!” teriak Olla terkekeh, para member langsung memutar tubuh mereka menghadap panggung dan membuat sensei wanita ikut berpindah posisi.

Seperti yang Olla teriakan, “piket” hari ini dimulai. Kedua sensei pria sudah berada di atas panggung tanpa memakai busana sedikit pun, bahkan penis mereka dapat terlihat tanpa terhalang apapun. Kathrina bersemu merah, ia memperhatikan kedua penis sensei yang berada di posisi kanan dan kirinya. Sensei yang bernama Rafi sudah menangkup kedua pipi Kathrina dengan tangan kanannya hingga bibir gadis itu menguncup, Rafi langsung melumat bibir Kathrina dengan cepat. Sedangkan sensei lain yang bernama Aldi berpindah ke arah belakang Kathrina dan langsung menangkup kedua payudara gadis itu, meski masih terbungkus oleh T Shirt cropped tetapi payudaranya menjadi mainan bagi tangan Aldi. Seakan memang memberikan tontonan bagi para member, pergumulan mereka dapat terlihat dengan jelas dari bawah panggung.

“Mmpphhh…” desahan Kathrina menggema di dalam Theater.
“Ngghhh…”

Bibir Rafi mengecup bibir Kathrina dengan intens, ciuman mereka begitu menggairahkan. Saling lumat dengan lidah beradu yang terkadang sampai beradu di luar pagutan mereka, liur mereka merembes dari sela bibir menandakan begitu panasnya pergulatan antara Rafi dan kathrina. Tangan Rafi tak tinggal diam, sambil tetap melumat bibir Kathrina, pria itu membuka kait kancing celana jeans atin. Jarinya menurunkan resleting celana atin dan menurunkan celana tersebut sedikit sampai di batas panggul untuk memudahkan tangannya. Tangan Rafi menyusup masuk ke dalam celana dalam hitam yang gadis itu kenakan, telapak tangannya langsung mengusap vagina atin. Kedua jari Rafi mengusap vagina atin di permukaan vaginanya, terkadang berhenti di klitorisnya dan fokus mengusap bagian itu.

“Mmmpppphhh… ngghhh… mmmphhh…” desahan atin masih tertahan oleh bibir Rafi, betapa intens permainan yang ia terima dari kedua senseinya.

selengkapnya hanya di :

https://trakteer.id/Bersimfoni/posts

One Shoot Collection 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang